Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penyumbang Terbesar, Mayoritas TKI Jatim di Malaysia Tak Terdaftar

ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid
ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid

Surabaya, IDN Times - Bekerja di luar negeri dengan cara menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) memang masih menjadi opsi bagi masyarakat Indonesia. Dari sekian banyak jumlah TKI, Jawa Timur menjadi salah satu penyumbang terbesar. Data Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (APJATI) menyebutkan bahwa julah TKI asal Jatim 77 ribu orang.

1. Blitar, Kediri, dan Tulungagung daerah penyumbang TKI di Jatim

Default Image IDN
Default Image IDN

Ketua DPD Apjati Jatim, Mazlan Mansyur, mengungkapkan beberapa daerah di Jawa Timur yang selama ini menjadi penyumbang terbesar di antaranya Blitar, Tulungagung, dan Kediri.

Ia berharap para TKI mendapatkan perhatian dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam peningkatan kapasitas TKI. "Supaya bisa bersaing dan layak ditempatkan di negara itu,” kata Mazlan.

2. TKI paling banyak memilih Malaysia

Default Image IDN
Default Image IDN

Apjati menyebut salah satu tujuan favorit para TKI  saat ini adalah Malaysia. Menurut data di sistem komputerisasi tenaga Kerja Luar Negeri (SISKO-TKLN), TKI yang berangkat ke Negeri Jiran mencapai 8 ribu orang.

Sementara, dari data Ditjen Imigrasi, TKI yang masuk ke Malaysia dan mengantongi izin kerja sebanyak 28 ribu. Sehingga, ia menduga sebanyak 20 ribu TKI di Malaysia belum terdaftar.

3. Apjati minta TKI yang berkompeten harus dicetak oleh pemerintah

Default Image IDN
Default Image IDN

Mazlan menuturkan pengiriman TKI ke luar negeri sebagai sebuah peluang kerja, bukan keterpaksaan. Ia menambahkan, mindset masyarakat menganggap bahwa penempatan TKI ke mancanegara sebagai peluang kerja.

Maka mereka yang ditempatkan adalah TKI yang mampu dan kompeten. "Kalau sebagai keterpaksaan, maka akan menjadi masalah,” kata dia.

Dia mencontohkan Filipina yang menjadikan penempatan tenaga kerjanya ke luar negeri sebagai peluang pasar. Dampaknya, tenaga kerja yang diberangkatkan segala sesuatunya dipersiapkan dengan baik, mulai keterampilan, aspek hukum dan lainnya. “Jika tidak, bargainingnya akan lemah,” ujar Mazlan.

Ia mengakui, selama ini pemerintah sudah melakukan pelatihan ketrampilan di Balai Latihan Kerja (BLK), kemudian sertifikasi. Namun, pengiriman itu dianggap sebagai keterpaksaan. Sehingga, hasilnya juga tak maksimal. "Jika dianggap sebagai peluang, ada semangat untuk memproteksi diri,” tuturnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ardiansyah Fajar Syahlillah
EditorArdiansyah Fajar Syahlillah
Follow Us

Latest in News

See More

Sekjen PBB Kecam Penahanan Stafnya oleh Houthi di Yaman

09 Okt 2025, 10:30 WIBNews