Kasus Keracunan, Anggota DPR Desak BGN Evaluasi MBG 3 Bulan Sekali

- 223 siswa di Kota Bogor keracunan akibat bakteri Escherichia coli dan Salmonella dalam Makan Bergizi Gratis (MBG)
- Neng Eem mendesak Badan Gizi Nasional (BGN) untuk melakukan evaluasi berkala setiap tiga atau enam bulan kepada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG)
- Pentingnya memastikan kesegaran bahan baku, ketepatan proses memasak, kecepatan konsumsi makanan, dan kebersihan kemasan sebagai langkah antisipasi keracunan
Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi IX DPR RI Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz menyoroti berulangnya kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG). Kasus keracunan terbaru menimpa ratusan siswa di Kota Bogor.
Sebanyak 223 siswa di Kota Bogor keracunan akibat bakteri Escherichia coli dan Salmonella yang terkandung di dalam MBG. Ia prihatin atas kasus ini.
Neng Eem lantas mendesak Badan Gizi Nasional (BGN) melakukan evaluasi berkala setiap tiga atau enam bulan kepada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) guna menjaga kualitas pelayanan.
Evaluasi berkala dinilai efektif dalam mencegah berulangnya kasus serupa. Ia juga menekankan pentingnya SPPG mematuhi aturan yang ditetapkan BGN. BGN juga diminta memberikan teguran dan sanksi jika terjadi pelanggaran.
"Saya yakin BGN telah menerapkan SOP keamanan pangan yang ketat serta manajemen resiko untuk mendukung pelaksanaan MBG ini. Saya meminta agar semua pihak sama-sama mendukung agar amanah Presiden ini bisa terlaksana dengan baik," kata dia, Jumat (16/5/2026).
1. Evaluasi mendalam sangat krusial

Ia menilai, evaluasi mendalam terkait pelaksanaan program ini krusial dilakukan. Sehingga, BGN bisa mengidentifikasi potensi dan permasalahan yang telah muncul, serta memitigasi solusinya.
"Jika evaluasi secara mendalam dilakukan dalam pelaksanaan MBG, saya yakin bahwa tujuan awal Presiden dalam pelaksanaan MBG ini bisa tepat sasaran," kata dia.
Neng Eem menyoroti pentingnya memastikan kesegaran bahan baku, ketepatan proses memasak, dan kecepatan konsumsi makanan setelah dikemas atau dimasak sebagai langkah antisipasi keracunan.
"Faktor kebersihan juga harus menjadi prioritas. Tidak hanya kebersihan makanan saja tetapi juga kebersihan kemasan makanan. Semua ini harus menjadi perhatian dan prioritas. Jangan anggap remeh kebersihan ini karena berdampak pada kesehatan anak yang mengkonsumsi MBG," kata dia.
2. Jangan sampai program unggulan Prabowo tercederai

Neng Eem menjelaskan, MBG merupakan program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Jangan sampai program unggulan ini tercederai karena beberapa hal yang seharusnya dapat diantisipasi dan dicegah terjadi.
"Kami turut prihatin dengan adanya kasus keracunan tersebut. Program MBG ini merupakan program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto," kata dia.
"Jangan sampai program unggulan ini tercederai karena beberapa hal yang seharusnya dapat diantisipasi dan dicegah terjadi. Kami minta dilakukan evaluasi mendalam agar kasus tak berulang," imbuhnya.
3. BPOM catat 17 kejadian luar biasa kasus keracunan MBG

Sebelumnya, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mencatat 17 kejadian luar biasa kasus keracunan program MBG yang terjadi di 10 provinsi di Indonesia.
Kepala BPOM Taruna Ikrar mengungkapkan, kasus keracunan MBG di 10 provinsi ini dipicu karena adanya kontaminasi awal bahan pangan.
"Kita juga mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan akan bakteri seperti suhu, kondisi makanan, proses," kata Ikrar dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Jakarta, Kamis (15/5/2025).
"Contohnya ada beberapa makanan dimasak terlalu cepat sehingga lambat distribusikan sehingga menimbulkan kejadian luar biasa," sambungnya.