Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kemenag Bantah Ada Pungli Program Safari Wukuf

WhatsApp Image 2025-06-10 at 15.12.04.jpeg
Jemaah haji Indonesia saat melakukan wukuf di tenda Arafah, Arab Saudi, Kamis (9/6/2025). (Media Center Haji/Rochmanudin)
Intinya sih...
  • Program Safari Wukuf dijalankan Kemenag bersama KKHI sejak lama
  • Wakil Kepala BP Haji sebut adanya indikasi pungli pada Program Safari Wukuf
  • Dugaan pungli dilakukan anggota KBIH

Makkah, IDN Times - Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag), Hilman Latief, membantah dugaan adanya pungutan liar alias pungli, dalam program Safari Wukuf pada puncak ibadah haji 2025.

Safari Wukuf merupakan layanan bagi jemaah haji Indonesia dengan kondisi tertentu, seperti sakit atau keterbatasan fisik, yang tidak memungkinkan mengikuti wukuf secara reguler.

"Perlu kami sampaikan bahwa Safari Wukuf ini adalah program yang sudah lama, kami tidak memungut biaya apapun dari pasien atau pun dari jemaah," ujar Hilman di Makkah, Senin (9/6/2025) malam.

1. Program Safari Wukuf dijalankan Kemenag bersama KKHI sejak lama

WhatsApp Image 2025-06-09 at 05.11.02 (1).jpeg
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag, Hilman Latief. (Media Center Haji)

Hilman menjelaskan program ini dijalankan Kemenag bersama Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), dan telah berlangsung selama bertahun-tahun.

"Insyaallah kita tidak memungut biaya apapun, tidak ada biaya yang dipungut dari jemaah secara langsung," tegas dia.

Menurut Hilman hal itu disebabkan adanya komunikasi antara jemaah dengan pimpinan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Sementara, KBIH bukan bagian penyelenggara ibadah haji.

"Terkait kabar yang beredar mengenai pungutan, kalau kami cermati itu sebenarnya hubungan antara jemaah dengan KBIH atau pun para pembimbingnya, di sana mereka sebagian jemaah melakukan komunikasi dengan para pembimbingnya atau pun pimpinan KBIH atau pun organisasi yang kemudian dititipkan," tuturnya.

"Mereka kemudian ada yang memerlukan biaya untuk pendorongan kursi roda pada saat umrah wajib, umrah sunah, kemudian pada saat kegiatan lain, dan itu tidak dalam konteks Safari Wukuf. Mungkin ada jemaah yang melaporkan bahwa mereka sudah membayar pada orang yang akan membantu itu, kebetulan orangnya juga ada yang terpilih karena kondisi tertentu menjadi jemaah yang ikut Safari Wukuf," lanjut Hilman.

Hilman mengatakan biaya tambahan biasanya muncul saat jemaah beraktivitas di Masjidil Haram, seperti sewa kursi roda, yang dibayarkan kepada pihak pemberi jasa, bukan kepada petugas haji.

"Untuk Safari Wukuf, pemerintah, Kemenag, dan petugas tidak memungut biaya apapun. Kami membawa jemaah dari hotel atau menerima jemaah yang dikirim dari hotel oleh petugas lain, dan kami mengembalikannya ke hotel masing-masing," jelasnya.

2. Wakil Kepala BP Haji sebut adanya indikasi pungli pada Program Safari Wukuf

Wakil Ketua BP Haji, Dahnil Anzar (Foto: IDN Times/Halbert Caniago)
Wakil Ketua BP Haji, Dahnil Anzar (IDN Times/Halbert Caniago)

Sebelumnya, Wakil Kepala Badan Penyelenggara Haji (BP Haji), Dahnil Anzar Simanjuntak, menerima informasi dugaan pungli saat berbincang dengan jemaah di hotel transit kawasan Aziziyah, Makkah.

"Safari wukuf itu gratis. Kalau ada yang meminta bayaran, itu artinya bohong dan penipuan," kata dia.

Dahnil menjelaskan layanan Safari Wukuf diperuntukkan bagi jemaah lansia, disabilitas, dan risiko tinggi (risti). Fasilitasnya mencakup safari wukuf menggunakan bus, pemulangan ke hotel transit, serta badal lontar jumrah dan tawaf ifadah—semuanya tanpa biaya.

3. Dugaan pungli dilakukan anggota KBIH

6195033598113991857.jpg
Petugas haji saat membantu jemaah haji disabilitas di Makkah, Arab Saudi. (Media Center Haji 2025)

Sementara, Tenaga Ahli BP Haji, Rachmat Tri Fahmi, menyebut dugaan pungli dilakukan anggota KBIH, berdasarkan penuturan jemaah.

"Kami akan melakukan proses tabayun atau klarifikasi kepada pihak-pihak terkait terlebih dahulu, untuk memvalidasi pernyataan dari jemaah tersebut," ujarnya.

Tahun ini, program Safari Wukuf diikuti 477 jemaah lansia dan risiko tinggi. Mereka diberangkatkan ke Arafah menggunakan 15 bus dan didampingi 118 anggota Satgas. Target awal adalah 500 jemaah, namun satu orang meninggal dunia di hotel transit, dan 21 lainnya batal berangkat karena berbagai alasan, seperti dirujuk ke rumah sakit atau kembali ke kloter karena ada pendamping.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us