Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenang Tsunami Aceh, Jusuf Kalla Cerita Borong Roti ke Medan

Wapres ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK) bercerita pengamalan mengatasi bencana Tsunami Aceh. (IDN Times/Amir Faisol)
Wapres ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK) bercerita pengamalan mengatasi bencana Tsunami Aceh. (IDN Times/Amir Faisol)
Intinya sih...
  • Film Smong Aceh disoroti Jusuf Kalla karena kurang mendalam dalam menggambarkan dampak emosional dan sosial tsunami Aceh 2004.
  • Kalla menilai film lebih fokus pada aspek ilmiah dan solusi bencana, tanpa menceritakan pengalaman nyata masyarakat Aceh yang terdampak langsung.
  • Jusuf Kalla juga menekankan bahwa meskipun Aceh menderita, ada banyak pihak yang bekerja sama untuk membantu memulihkan kondisi di daerah tersebut.

Jakarta, IDN Times - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla atau yang lebih akrab disapa JK mengenang kembali tragedi tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004. Kalla yang saat itu mejabat sebagai wakil presiden turun langsung ke lokasi bencana.

Jusuf Kalla terkejut saat pertama kali mendapat kabar dari timnya yang saat itu pertama kali dikabarkan sebagai banjir bandang, bukan tsunami. Saat itu, dia langsung menghubungi gubernur Aceh yang saat itu justru tengah berada di Jakarta. Akhirnya, Kalla segera ke lokasi menggunakan pesawat pribadinya.

Jusuf Kalla menceritakan pengalamanya dalam acara talkhsow dan nonton bareng Nobar Film Smong Aceh yang digelar di Plaza IDN Jakarta baru-baru ini. Smong Aceh merupakan film dokumenter yang menggambarkan kejadian tsunami Aceh pada 2004 serta kehidupan masyarakat Aceh di masa kini. Beberapa korban masih merasakan trauma akibat kehilangan anggota keluarga.

1. Pengalaman pribadi Jusuf Kalla menangani tsunami Aceh

Museum tsunami Aceh (acehprov.go.id)
Museum tsunami Aceh (acehprov.go.id)

Jusuf Kalla mengungkapkan pengalaman bagaimana ia pertama kali mengetahui tentang bencana tersebut terjadi. Ketika terjadinya gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004, komunikasi dengan pihak terkait sangat terbatas.

Pada saat itu, situasi di Aceh sangat mengkhawatirkan. "Ini Aceh habis," kata Jusuf Kalla, menceritakan bagaimana rumah sakit yang tersisa hanya rumah sakit tentara, karena yang lainnya sudah hancur diterjang tsunami. Akibatnya, banyak orang tidak bisa mendapatkan perawatan medis karena fasilitas yang rusak parah.

"Di situlah mulai semuanya. Orang tidak bisa makan karena tidak ada beras," tambahnya.

Dengan cepat, ia mengambil langkah untuk menyelamatkan keadaan, meskipun banyak hambatan.

"Saya suruh bongkar beras, malah banyak masalah. Orangnya tidak ada, kuncinya tidak ada," ujarnya. Dalam keadaan genting itu, bahkan toko-toko yang ada dipaksa untuk dibuka meskipun situasi semakin buruk.

Untuk mengatasi kelaparan yang semakin meluas, Jusuf Kalla memutuskan untuk mengambil Tindakan secara cepat.

"Saya telepon gubernur Sumatra, siap beli roti semua yang ada di Medan," kenangnya.

Karena selain beras yang langka, minyak tanah dan kompor pun tidak tersedia. Dalam usaha untuk menyediakan makanan, ia memerintahkan pesawat untuk terbang ke Medan dan membawa roti.

"Jadi rotilah yang mulai dimakan pertama. Satu pesawat penuh roti, beli semuanya," ungkapnya.

Langkah ini menjadi salah satu upaya pertama untuk memberi makan korban bencana, meskipun situasinya sangat sulit dan penuh tantangan.

2. Rekonstruksi dan persatuan bangsa

Wapres ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK) bercerita pengamalan mengatasi bencana Tsunami Aceh. (IDN Times/Amir Faisol)
Wapres ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK) bercerita pengamalan mengatasi bencana Tsunami Aceh. (IDN Times/Amir Faisol)

Jusuf Kalla mengatakan meskipun Aceh menderita akibat bencana besar ini, ada banyak pihak yang bekerja sama untuk membantu memulihkan kondisi di daerah tersebut.

“Aceh menimbulkan persatuan bangsa dan persatuan dunia. Dunia bersatu membantu kita,” ungkapnya.

Pemerintah Indonesia, bersama masyarakat internasional membentuk rencana besar untuk rekonstruksi Aceh. Meskipun banyak tantangan, seperti keberadaan konflik di Aceh yang harus diselesaikan, Jusuf Kalla berhasil memimpin rekonstruksi dengan efisien.

Menurutnya, kerja sama ini tidak hanya terbatas pada negara-negara besar, tetapi juga melibatkan kontribusi dari negara-negara seperti Malaysia, Singapura, dan Turki yang membantu dalam proses rekonstruksi serta pemulihan.

3. Jusuf Kalla mengkritisi film Smong Aceh yang kurang merepresentasikan tsunami

Wapres ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK) bercerita pengamalan mengatasi bencana Tsunami Aceh. (IDN Times/Amir Faisol)
Wapres ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK) bercerita pengamalan mengatasi bencana Tsunami Aceh. (IDN Times/Amir Faisol)

Film dokumenter tentang tsunami Aceh berjudul Smong Aceh mencoba mengangkat bencana terdahsyat yang mengguncang Aceh pada 2004. Menurut Jusuf Kalla, film ini tidak sepenuhnya menggambarkan dampak emosional dan sosial dari tragedi terbesar abad ke-21 tersebut.

Meskipun menyajikan informasi yang berguna tentang bagaimana menghadapi bencana seperti tsunami, Jusuf Kalla merasa film ini lebih berfokus pada sisi ilmiah, tanpa menggali lebih dalam tentang penderitaan masyarakat Aceh saat tsunami terjadi.

“Film ini sebenarnya film ilmiah tentang tsunami. Tidak menggambarkan banyak hal tentang tsunami Aceh, hanya keilmiahan bagaimana menghadapi ini,” ujar Kalla, dalam acara Nobar Film Smong Aceh di Plaza IDN baru-baru ini.

Jufuf Kalla menilai film dokumenter ini lebih banyak menampilkan pandangan para profesor dan ahli, yang bagi sebagian orang mungkin kurang menarik, karena kurangnya unsur dramatis yang dapat menyentuh emosi penonton.

Dia ingin ada film tsunami Aceh yang benar-benar menggambarkan betapa dahsyatnya dan bahayanya tsunami, sehingga masyarakat dapat mengambil sebagai pelajaran.

Menurut Jusuf Kalla, film ini lebih banyak mengulas tentang teori ilmiah dan proses penanggulangan bencana yang dilakukan para ahli, seperti dokter dan ilmuwan, daripada menceritakan kisah nyata masyarakat Aceh yang terdampak langsung bencana tersebut.

“Film ini tidak dramatis sama sekali. Jadi tidak menggambarkan bagaimana orang Aceh menderita, bagaimana orang Aceh itu kena, bagaimana apa yang dibuatnya untuk itu,” tambahnya.

Kalla juga mengungkapkan film tersebut kurang menggambarkan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi bencana dan membangun kembali Aceh setelah tsunami. Film lebih berfokus pada solusi ilmiah, yang meskipun penting, tidak memberikan gambaran nyata tentang tantangan yang dihadapi masyarakat Aceh dan pemerintah pada waktu itu.

4. Tonny ungkapkan dokumenter Smong Aceh hadirkan dua versi

Film dokumenter Smong Aceh (dok. Cinesurya)
Film dokumenter Smong Aceh (dok. Cinesurya)

Sementara dalam acara yang sama, Tonny mengungkapkan film dokumenter ini hadir dalam dua versi. Versi pertama berdurasi 70 menit, sementara versi kedua berdurasi 30 menit.

Menurut Tonny, versi yang lebih panjang disiapkan untuk keperluan festival film karena memiliki alur yang lebih personal. Sementara, versi yang lebih pendek dirancang untuk keperluan pendidikan.

"Dia akan bisa menjadi medium untuk menyampaikan emosi, peristiwa-peristiwa personal. Dan itu ada di versi 70 menit. Versi yang 70 menit itu yang lebih personal. Ada sosok entertainmentnya. Ya, drama, gitu-gitu sih, buat festival film. Kalau versi yang 30 menit ini untuk pendidikan yang ini. Untuk di sekolah-sekolah mungkin," ucap Tonny.

Kendati, Tonny mengatakan, kedua versi film dokumenter Smong Aceh ini tetap bertujuan untuk menjadi pengingat serta pembelajaran bagi penontonnya dan masyarakat umumnya.

5. Tsunami Aceh 2004

Sejumlah wisatawan saat berkunjung ke Museum Tsunami Aceh di Banda Aceh, Minggu (14/4/2024). (ANTARA/Nurul Hasanah)
Sejumlah wisatawan saat berkunjung ke Museum Tsunami Aceh di Banda Aceh, Minggu (14/4/2024). (ANTARA/Nurul Hasanah)

Diketahui, gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 atau lebih dikenal sebagai tsunami Aceh adalah peristiwa gempa bumi berskala besar, yang terjadi pada Minggu, 26 Desember 2004, pukul 07.58 WIB. Pusat gempa terletak di lepas pantai barat Sumatra.

Guncangan gempa berskala 9,1 hingga 9,3 magnitudo ini menewaskan sekitar 227.898 jiwa di 14 negara. Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand, Somalia, dan Maladewa negara paling parah terdampak.

Banda Aceh melaporkan jumlah korban jiwa terbanyak. Bencana ini dianggap sebagai bencana alam paling mematikan sepanjang abad ke-21, dan bencana terburuk sepanjang sejarah Indonesia, Sri Lanka, dan Thailand. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
Dwifantya Aquina
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us