Keterisian Tempat Tidur di Wisma Atlet Menurun Jadi 12,95 Persen

Jakarta, IDN Times - Koordinator RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet Mayjen TNI Tugas Ratmono, mengatakan keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di Wisma Atlet Kemayoran kini mencapai 12,95 persen. Meski angkanya sudah rendah, ia meminta masyarakat untuk tetap waspada pada COVID-19.
"Pagi tadi (pukul 06.00 WIB) 12,95 persen. Saya pikir ini secara angka artinya kita merawat pasien lebih sedikit," kata Tugas dalam dalam talkshow yang disiarkan langsung di kanal YouTube BNPB Indonesia, Kamis (2/9/2021).
1. Meski BOR rendah, Wisma Atlet akan selalu siaga hadapi pandemik

Tugas menjelaskan, jumlah pasien COVID-19 yang tercatat masih dirawat di Wisma Atlet yaitu sebanyak 1.022 orang. Dia menyebut penambahan kasus COVID-19 di DKI Jakarta per harinya kini kurang dari 50 kasus, dari yang sebelumnya sempat mencapai 700 sampai 900 kasus per hari.
Kendati begitu, Tugas menuturkan Wisma Atlet akan terus siaga meskipun pasien tak sebanyak sebelumnya.
"Selama belum ada keputusan bahwa pandemi selesai dan sudah landai, kita tetap dengan kondisi, terutama Wisma Atlet tetap melakukan persiapan jika ada peningkatan dan dibutuhkan kembali," ucapnya.
2. Peran isoter dapat membantu rumah sakit rujukan

Kemudian, Tugas menyampaikan keberadaan Wisma Atlet sebagai fasilitas isolasi terpusat atau isoter membantu meringankan beban rumah sakit rujukan yang sempat kewalahan menangani pasien kala itu. Dia menambahkan, fasilitas isoter memberikan penanganan yang baik kepada pasien COVID-19 untuk mencegah fatalitas.
"Peran isoter betul-betul memberikan pelayanan secara keseluruhan, dan bahkan khusus di Wisma Atlet kita siapkan juga tempat yang tadinya transisi ICU, kita jadikan ICU untuk beri bantuan RS rujukan DKI yang saat itu penuh," tutur Tugas.
3. Isoter dapat membantu untuk deteksi dini bagi warga yang terpapar COVID-19

Sementara Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Alexander Kaliaga Ginting mengatakan bahwa isoter bisa menjadi deteksi dini bagi masyarakat yang terpapar virus corona. Sehingga, apabila ada kondisi serius, bisa cepat dibawa ke rumah sakit rujukan.
"Kalau dipindahkan ke isoter ini akan ada deteksi dini dan pendampingan. Di isoter ini ada tim medis yang memberikan pengobatan. Kalaupun terjadi perburukan akan bisa segera dibawa ke rumah sakit rujukan," jelas Alex.
Sebab, lanjut Alex, angka kematian yang tinggi di Indonesia juga disebabkan masyarakat lebih banyak melakukan isolasi mandiri dibanding ke isolasi terpusat. Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat yang terinfeksi COVID-19 untuk melakukan isolasi di isolasi terpusat.
"Karena kalau isoman pendampingannya kurang. Sementara kecepatan virus ini menerobos sel-sel yang sehat lebih cepat, sehingga gejalanya bisa memburuk dan cepat, apalagi yang punya komorbid dan tidak sadar saturasinya turun," jelas Alex.