Banyak Siswa Keracunan MBG, Prabowo: Itu Sebetulnya Sakit Perut Biasa

- Prabowo bandingkan MBG dengan makan gratis di Brasil
- Program makan gratis di Brasil dirasakan 40 juta orang setelah 11 tahun
- 40 juta anak dan ibu hamil belum terima MBG di Indonesia
Jakarta, IDN Times - Presiden Prabowo Subianto sempat menyinggung mengenai maraknya keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dialami oleh puluhan ribu siswa. Tetapi, Prabowo menyebut, yang dialami siswa adalah sakit perut. Keluhan semacam itu, kata dia, bisa saja terjadi karena kurang higienis.
"Ada yang mereka bilang keracunan. Itu namanya sakit perut biasa. Saya kadang salah makan meskipun makan di rumah saja. Kadang-kadang karena tidak cuci tangan," ujar Prabowo ketika berpidato di Bekasi, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Senin (17/11/2025).
Meski begitu, kata Prabowo, pemerintah siap mengambil alih tanggung jawab. Ia menegaskan pelaksanaan distribusi MBG tak boleh lagi ada penyimpangan. Oleh sebab itu, persiapan untuk pembuatan dan distribusi MBG lebih ketat.
"Pemantauan juga dilakukan lebih keras. Kami minta semua prosedur yang perlu diambil harus diambil. Alat pembersih ompreng, hingga alat filtrasi air," tutur dia.
Di sisi lain, Prabowo menilai, banyak juga masyarakat yang merasakan manfaat MBG. Terutama yang selama ini masih kesulitan memenuhi kebutuhan pangan.
"Secara garis besar, sebagian besar dari mereka setuju ada manfaatnya (dari MBG). Tanya guru-guru dan anak-anak. Mereka merasakan manfaat atau tidak dari makanan yang dibagikan di sekolah. Saya hakul yakin mereka merasakan manfaatnya," katanya.
Para siswa, kata Prabowo, akan merasa lebih kuat karena mereka mengonsumsi protein. Sehingga, tubuhnya menjadi lebih tinggi, ototnya lebih baik dan tulangnya juga lebih kuat.
"Sel otak pun juga menjadi lebih cerdas," ujar dia.
1. Prabowo bandingkan MBG dengan makan gratis di Brasil

Lebih lanjut di forum itu, Prabowo kembali membandingkan program MBG dengan program makan gratis yang sudah berjalan di Brasil. Ia bercerita butuh waktu 11 tahun bagi Brasil agar program makan gratisnya dirasakan 40 juta masyarakatnya.
"(MBG) kita belum sampai 12 bulan, sudah mencapai 44 juta. Tapi kita tahu kita tidak puas karena sasaran kita adalah 82,9 juta (penerima manfaat)," kata Prabowo.
Ia mengatakan ketika berkunjung ke Bekasi, masih banyak anak yang mengeluhkan belum menerima MBG. "Ada anak-anak yan teriak ke saya 'Pak, Pak, kami belum terima MBG. Saya jawab sabar-sabar," tutur dia.
Dari laporan yang ia terima, masih ada 40 juta anak dan ibu-ibu hamil yang belum terima MBG. Ia pun meminta masyarakat bersabar. Lantaran program MBG didanai dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), maka harus disiapkan dengan matang.
2. Brasil sudah selenggarakan program pemberian makanan sekolah nasional sejak 1954

Sementara, Brasil memulai program pemberian makan gratis sejak 1954. Program itu dinamakan Pemberian Makanan Sekolah Nasional atau Programa Nacional de Alimentação Escolar. Pemerintah Brasil rata-rata mengeluarkan 1,3 miliar dollar AS per tahun untuk program gizi siswa nasionalnya.
Global Survey of School Meal Programs oleh The Global Child Nutrition Foundation (2021) menyebutkan, PNAE telah menyediakan menu makanan sehat untuk 40 juta anak di hampir 250 ribu sekolah di seluruh negeri setiap hari. Bahkan, selama COVID-19, ketika pembelajaran tatap muka ditutup, program makan siang untuk anak-anak tetap berjalan. Secara khusus makanan sekolah disiapkan dan disediakan untuk diambil siswa atau orangtua dan dimakan di rumah.
”Berinvestasi dalam ketahanan pangan dan gizi bagi generasi muda merupakan investasi dalam pembangunan dan mengakhiri kesenjangan,” kata Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, dalam pidatonya saat ditunjuk sebagai Ketua Bersama The School Meals Coalition bersama Perancis dan Finlandia pada 20 November 2023.
Brasil telah menjadikan program makan siang di sekolah sebagai bagian dari upaya mengatasi kemiskinan, terutama di kalangan petani. Pada tahun 1990, 14,8 persen penduduk Brasil menderita kelaparan. Antara tahun 2004 dan 2013, Brasil berhasil memberantas kemiskinan menjadi 4,2 persen dari sebelumnya 9,5 persen.
3. Ahli dorong pemerintah lakukan penelitian untuk ukur dampak MBG

Sementara, menurut Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Tjandra Yoga Aditama, dibutuhkan penelitian kohor--sekelompok orang yang memiliki karakteritik atau pengalaman yang sama dalam periode tertentu, seperti waktu lahir, lulus sekolah, menikah, dan sebagainya, untuk mengetahui apakah program MBG memang memberikan dampak positif terhadap perbaikan gizi anak. Penelitian itu, kata dia, sebaiknya dilakukan mulai 2025 lantaran masih dalam tahap awal penerapan MBG.
"Saya usulkan dua. Nomor satu ada survei kepuasan dan kedua, ada penelitian kohor (evidence based public policy). Mumpung baru sekian bulan (implementasi MBG), maka diteliti dari sekarang. Stunting yang disebut-sebut kan tidak akan hilang dalam sekian bulan," ujar Tjandra ketika berbincang dengan IDN Times di Jakarta, Jumat, 24 Oktober 2025.
Ia menyebut bila perlu penelitian kohor itu harus terus dilakukan hingga satu periode kepemimpinan Prabowo selesai. Dari sana, baru diketahui apakah program MBG efektif. "Kita tidak mungkin tahu apakah hasil MBG bagus atau tidak tanpa ada studi yang lengkap. Maka, saya usulkan ke BGN ada studi kohor," tutur dia.
Lebih lanjut, Tjandra menggarisbawahi prinsip dasar ketika membagikan makanan, maka harus aman. Sebab, meski bergizi sekali pun tetapi tidak aman untuk dimakan, maka tak layak untuk dikonsumsi.


















