Empat Alasan Bilal bin Rabah Diangkat Sebagai Muazin Pertama Islam

- Bilal bin Rabah, budak berkulit hitam dari Habasyah, bertekad masuk Islam meskipun disiksa oleh majikannya yang musyrik Makkah.
- Sahabat Rasulullah, Abu Bakar memerdekakan Bilal dan ia selalu dekat dengan Rasulullah serta menjadi muazin pertama dalam Islam.
- Alasan Bilal diangkat sebagai muazin pertama karena suara lantang dan merdu, kesetiaan terhadap kalimat azan, kedisiplinan tinggi, dan keberanian mengumandangkan azan.
Jakarta, IDN Times - Bilal bin Rabah adalah seorang budak berkulit hitam yang berasal dari Habasyah (Ethiopia). Majikannya, Umayyah bin Khalaf, salah seorang petinggi musyrik Makkah yang menentang Rasulullah SAW dan dakwah Islam.
Bilal mulai tertarik dengan Islam ketika sering mendengar Umayyah bin Khalaf dan teman-temannya ‘membicarakan’ Rasulullah dan Islam. Singkat cerita, akhirnya Bilal menemui Rasulullah dan menyatakan diri masuk Islam.
Ummayah bin Khalaf yang mengetahui Bilal masuk Islam marah besar. Berbagai macam tindakan kasar dan sadis dilakukan untuk memurtadkan Bilal, mulai menjemur Bilal di padang pasir tanpa pakaian hingga menjatuhinya batu besar. Tapi bilal tetap berteguh dengan keyakinan barunya, Islam.
Dilansir dari NUonline, berikut sekilas kisah Bilal bin Rabah.
1. Bilal bin Rabah dipilih Rasulullah sebagai muazin pertama

Sahabat Rasulullah lainnya, Abu Bakar, akhirnya memerdekakan Bilal bin Rabah, setelah mengetahui keadaannya yang begitu malang. Semenjak itu, Bilal selalu berada di dekat Rasulullah. Ia ikut berhijrah bersama Rasulullah dan sahabat lainnya.
Tempat tinggal Bilal pun tidak jauh dengan rumah Rasulullah ketika di Madinah. Bilal menjadi ahlu shuffah dan tinggal di emperan Masjid Nabawi bersama sahabat lainnya, sementara Rasulullah tinggal di sebuah bilik yang masih menyambung dengan Masjid Nabawi.
Dalam Islam, semua manusia itu memiliki derajat yang sama. Hanya ketakwaannyalah yang membuat mereka mulia di sisi Allah, bukan warna kulit, suku, atau rasnya. Hal itulah yang dialami Bilal. Meskipun ia berkulit hitam, berambut keriting, dan berlatar belakang budak, namun Bilal dipilih Rasulullah untuk mengemban tugas mulia, yaitu menjadi muazin pertama.
Tentu saja ada omongan miring terkait hal ini. Terutama saat Bilal mengumandangkan azan di atas Ka’bah ketika peristiwa Fathu Makkah. Bilal dianggap tidak pantas sebagai muazin di atas Ka’bah karena seorang budak.
2. Empat alasan Bilal dipilih menjadi muazin pertama di Islam

Merujuk buku Ash-Shuffah (Yakhsyallah Mansur, 2015), setidaknya ada empat alasan Bilal diangkat menjadi penyeru umat Islam untuk salat yang pertama kalinya. Pertama, Bilal memiliki suara yang lantang dan merdu.
Mungkin ini menjadi faktor pertama mengapa Rasulullah memberikan tugas kepada Bilal sebagai muazin pertama dalam Islam. Dikisahkan, bahwa siapapun akan bergetar hatinya manakala mendengar Bilal bin Rabah mengumandangkan azan atau membaca Al-Qur’an.
Alasan kedua, Bilal sangat menghayati kalimat-kalimat azan. Ketika Bilal masih menjadi budak Ummayah bin Khalaf, dia disiksa dengan siksaan yang sangat keras agar keluar dari Islam. Mulai diseret dan dijemur di padang pasir dengan tanpa pakaian hingga dijatuhi batu besar tepat di atas dadanya. Bilal bergeming. Dia bahkan terus mengucapkan ahad, ahad, ahad, ketika disika.
Pengangkatan Bilal sebagai muazin pertama merupakan penghargaan kepadanya. Karena apa yang diucapkan Bilal ketika disiksa–ahad, ahad, ahad- memiliki unsur persamaan dengan kalimat-kalimat azan, yaitu tauhid atau meng-esakan Allah SWT.
Ketiga, Bilal memiliki kesiplinan yang tinggi. Azan dikumandangkan lima kali dalam sehari semalam. Waktunya pun sudah ditetapkan atau menjelang dilaksanakannya salat fardu. Untuk itu, diperlukan orang yang memiliki kedisiplinan tinggi untuk mengemban tugas sebagai muazin. Dan Bilal bin Rabah adalah orang yang memiliki kedisplinan tinggi.
Keempat, Bilal memiliki keberanian. Untuk mengumandangkan azan pada masa-masa awal dakwah Islam, diperlukan keberanian yang tinggi. Prinsip tauhid yang ada dalam kalimat azan tentu saja bertentangan dengan kondisi masyarakat pada saat itu, di mana kemusyrikan dan penolakan terhadap Islam masih kencang.
Bilal sudah terbukti memiliki keberanian yang tinggi. Disiksa sekeras apapun saat menjadi budak, dia tetap memegang teguh keyakinannya, Islam. Bilal terus mengumandangkan azan.
3. Bilal bin Rabah enggan kumandangkan azan usai Rasulullah wafat

Saat Rasulullah wafat, Bilal tidak bersedia lagi menjadi muazan. Alasannya, Bilal air matanya akan bercucuran manakala sampai pada kalimat “Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”, sehingga membuatnya tidak kuasanya melanjutkan azan. Kenangan lamanya bersama Rasulullah akan muncul ketika sampai pada kalimat itu.
Akhirna, Khalifah Abu Bakar mencoba merayu Bilal untuk azan kembali, namun usahanya tidak berhasil. Bilal bersedia mengumandangkan azan lagi ketika Khalifah Umar bin Khattab tiba di Yerusalem. Atas permintaan umat Islam, Umar meminta Bilal azan hanya sekali.
Bilal akhirnya naik mimbar dan mengumandangkan adzan. Semua yang hadir menangis tersedu sedan mendengar azan Bilal lagi, termasuk Khalifah Umar. Itu menjadi azan terakhir Bilal.
Sumber: https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/empat-alasan-bilal-bin-rabah-dipilih-menjadi-muadzin-pertama-TLiyk