Pasien COVID-19 Meningkat, PERSI Dorong Sinergitas RS dan Pemerintah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pasca libur lebaran, sejumlah daerah mulai melaporkan kenaikan temuan kasus positif COVID-19. Hal ini ditandai dengan melonjaknya tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) secara drastis pada sejumlah rumah sakit di daerah.
dr. Lia G. Partakusuma, SpPK(K), MM, MARS selaku Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) menjelaskan, angka ini diperkirakan masih akan terus meningkat di beberapa minggu berikutnya.
Ia mengatakan, berdasarkan pengalaman empiris di setiap libur panjang sebelumnya, biasanya kenaikan kasus COVID-19 akan mencapai puncaknya sekitar 5 sampai 7 minggu setelahnya.
1. Perbedaan jumlah kapasitas tempat tidur
Lebih lanjut Lia juga menuturkan bahwa, semakin tinggi jumlah kasus COVID-19 tentu akan berpengaruh dengan persentase pasien yang akan dirawat di rumah sakit. Sementara itu, kapasitas tempat tidur dimasing-masing rumah sakit memang berbeda-beda, tergantung dari jenis dan lokasi rumah sakit. Beberapa provinsi memiliki jumlah rumah sakit dan kapasitas tempat tidur yang lebih besar dari provinsi lainnya.
“Sebagai contoh DKI Jakarta, terjadi kenaikan BOR, namun jumlah tempat tidur di Jakarta cukup banyak. Kenaikan belum sampai 70 persen, jadi kelihatannya belum overload,” tuturnya di Jakarta, (12/6/2021).
Meski begitu ia tidak memungkiri, untuk kapasitas rumah sakit di beberapa daerah lainnya seperti Kudus dan Bangkalan, tidaklah besar.
“Begitu terjadi lonjakan kasus, rumah sakit tidak lagi mampu menampung pasien,” jelas dr. Lia.
Baca Juga: Bangkitkan Ekonomi Digital Desa, Kominfo Gelar Siberkreasi Local Fest
2. Terjadi lonjakan antrean di IGD
Saat ini, lanjut Lia, seluruh rumah sakit anggota PERSI menerapkan anjuran Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan kapasitas tempat tidur bagi pasien COVID-19.
Ia juga menyebut, berdasarkan laporan dari rumah sakit anggota PERSI, saat ini terjadi lonjakan antrean pasien di IGD, termasuk di Jakarta. Ia menjelaskan, hal tersebut disebabkan karena pasien harus di screening, sekaligus dilakukan tes COVID-19 terlebih dahulu.
“Pada saat menunggu hasil tes ini yang menyebabkan antrean pasien menjadi panjang. Hal ini sebenarnya tidak kita inginkan. Kita maunya pasien cepat masuk, dan cepat juga keluar. Agar tidak berkerumun di Rumah Sakit,” ujar Lia.
3. Sinergitas jadi prioritas
Untuk mengatasi hal-hal tersebut, Lia menilai bahwa sinergi antara rumah sakit dan Pemerintah sangat dibutuhkan mengingat keterbatasan di setiap rumah sakit dari sisi tempat tidur, obat-obatan, APD, dan tenaga kesehatan.
“PERSI telah mengeluarkan edaran agar anggota kami saling berkoordinasi satu sama lain dalam mempersiapkan tempat tidur, SDM, logistik, obat-obatan, serta berkoordinasi dengan pemerintah setempat. Semoga masyarakat bisa memahami bahwa kemampuan rumah sakit itu memiliki batas, sehingga tidak lalai dalam menjalankan protokol kesehatan,” imbaunya. (WEB)
Baca Juga: Akselerasi Talenta Digital, Kemendikbudristek dan Kominfo Kolaborasi