Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menyelamatkan Suaka Margasatwa Rawa Singkil Lewat 17 Surat Cinta

Poster film dokumenter '17 Surat Cinta' dalam pemutaran eksklusif pada 9 November 2024. (IDN Times/Santi Dewi)

Jakarta, IDN Times - Orang utan terlihat bergelantungan di pohon-pohon yang berada di Suaka Margasatwa Rawa Singkil, Kabupaten Aceh Selatan, Aceh. Area itu kerap disebut sebagai 'Jakarta'-nya orang utan, lantaran banyak ditemukan satwa langka tersebut. 

Rawa Singkil ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa sejak 1998. Artinya, area hutan tersebut dilindungi negara. Luasnya mencapai sekitar 82 ribu hektare. 

Hampir semua area di Suaka Margasatwa Rawa Singkil merupakan rawa gambut. Mereka terbukti efektif menyerap polusi udara dibandingkan ekosistem lainnya. 

Namun, sejak 2022 ditemukan banyak pohon di Suaka Margasatwa Rawa Singkil yang ditebang. Dari data pencitraan satelit, hutan gambut banyak yang dirusak dan wilayahnya meluas. Hal itu ditandai dengan pembangunan akses jalan dan kanal. 

Di sinilah petualangan Rubama sang fotografer alam dan Lukmanul Hakim, analis data, dimulai. Mereka mulai mengumpulkan bukti baik menggunakan data satelit dan datang ke lapangan.

Keduanya tak ingin nasib hutan di Aceh senasib seperti di Pulau Kalimantan dan Sulawesi. Mayoritas ditebang lalu ditanami pohon sawit. Mereka kemudian mengadukan temuan itu langsung ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta. 

Apakah upaya mereka membuahkan hasil positif? Itulah yang digambarkan lewat film dokumenter karya sutradara ternama Dandhy Laksono berjudul "17 Surat Cinta". Dandhy membuat film dokumenter tersebut ketika tengah menuntaskan program Ekspedisi Indonesia Biru. 

1. Kerusakan hutan di Aceh berubah jadi bencana alam

Dampak banjir di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh. (Tangkapan layar film 17 Surat Cinta)

Di film itu, Lukman bercerita tengah melakukan riset bencana banjir yang menimpa Aceh dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir. Hasilnya, ada 344 titik banjir dan dialami 1.807 desa. Artinya, kata Lukman, hampir semua desa di Aceh pernah dilanda banjir. 

Banjir pun makin sering terjadi seiring dengan jumlah tutupan hutan yang berkurang. Masyarakat dari kelas menengah ke bawah yang jadi korban pertama.

Di film itu digambarkan seorang Ibu yang terpaksa harus mengeluarkan biaya tambahan setiap bulan untuk ganti oli dan rem sepeda motornya. Hal itu lantaran sepeda motornya dipaksa menembus banjir di Kabupaten Aceh Singkil. 

Biaya tambahan juga harus keluar dari kantong seorang guru sekolah negeri. Ia mengaku harus mengeluarkan biaya tambahan Rp20 ribu untuk meletakan motornya di atas perahu supaya bisa melewati banjir.

"Kalau kerjanya di (Kabupaten) Singkil, tiap hari lah ngeluarkan biaya tambahan. Ini sudah sebulan banjir seperti ini," kata guru itu. 

Rubama yang menyaksikan sendiri dampak bencana itu menyimpulkan, pembangunan infrastruktur sebanyak apapun bila tak dibarengi pelestarian alam, maka tak ada manfaatnya.

"Setiap terjadi bencana, yang paling mahal membayar adalah masyarakat kelas menengah ke bawah," tutur dia.

2. Sutradara film 17 Surat Cinta prihatin terjadi suaka margasatwa Aceh ikut dibabat

Sutradara film '17 Surat Cinta', Dandhy Laksono (kanan) ketika menggelar pemutaran film terbatas. (IDN Times/Santi Dewi)

Sementara, sutradara film 17 Surat Cinta, Dandhy Laksono mengaku terkejut karena masih terjadi penebangan pohon di area suaka margasatwa. Sedangkan, suaka margasatwa merupakan area yang harus dilindungi, termasuk oleh penegak hukum.

Berdasarkan data, tutupan hutan di Suaka Margasatwa Rawa Singkil sudah berkurang 1.784 hektare. Mayoritas sudah diganti dengan pohon sawit.

Pria yang juga menjadi sutradara Dirty Vote itu mengaku heran, lantaran total luas pohon sawit sudah mencapai 17 hektare. Namun, pohon sawit itu terus ditanam demi memenuhi kepentingan ekonomi. 

"Ini kan luasannya sudah semakin mengecil, tersisa 82 ribu hektare (Suaka Margasatwa Rawa Singkil), bandingkan dengan luas pohon sawit 17 juta hektare. Ini kan peanut ya. Tapi, masih diincar dan dijadikan bagian dari rantai pasok produk-produk global," ujar Dandhy.

"Apa masih kurang (luas pohon sawit) 17 juta hektare?" sambungnya.

Ia juga menambahkan keunikan cerita deforestasi hutan di Aceh bukan berarti penggundulan hutan di provinsi lain tak ikut disorot. Dandhy mengambil contoh 2 juta hektare hutan di Merauke, Papua sudah ditebang.

"Tapi, Rawa Singkil dan Merauke merupakan bukti kongkret untuk menggambarkan luas hutan dalam jumlah besar juga diambil (untuk ditebang), (hutan dalam luasan kecil) disikat juga. Ini bagi kami sangat menarik melihat fenomena itu," imbuhnya.

3. Film 17 Surat Cinta ditayangkan 17 November 2024

Cover film dokumenter '17 Surat Cinta' yang akan ditayangkan pada 17 November 2024. (Tangkapan layar film 17 Surat Cinta)

Dandhy mengatakan film 17 Surat Cinta bisa disaksikan publik pada 17 November 2024. Namun, ia menggunakan cara berbeda agar publik bisa menikmati karyanya.

"Jadi, nanti bagi warga yang mau menyaksikan bisa mengadakan pemutaran film ini di komunitasnya. Bisa hubungi kami, nanti linknya akan kami bagikan," ujar Dandhy kepada IDN Times melalui telepon, Sabtu malam (9/11/2024).

Bahkan, kampus-kampus pun, kata Dandhy, bisa menggelar nonton bersama yang diikuti dengan diskusi. Cara serupa, katanya, pernah diterapkan ketika merilis film dokumenter Dirty Vote. Hasilnya, warga mengetahui ada cara-cara kotor untuk bisa memenangkan paslon tertentu di Pilpres Februari lalu.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Rochmanudin Wijaya
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us