Awal Ramadan Berpotensi Beda, Kemenag: Tunggu Sidang Isbat

Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadan pada 2 April

Jakarta, IDN Times - Kementerian Agama (Kemenag) sore ini akan menggelar sidang menentukan awal Ramadan 1443 Hijriah. Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag, Adib, meminta kepada masyarakat untuk menunggu hasil sidang terkait adanya potensi perbedaan awal Ramadan tahun ini.

"Kita tunggu hasil sidang isbat," ujar Adib dalam keterangannya, Jumat (1/4/2022).

Diketahui, Muhammadiyah telah memastikan awal Ramadan tahun ini jatuh pada 2 April 2022. Selain itu, potensi awal Ramadan berdasarkan hasil rukyatul hilal akan jatuh pada 3 April 2022.

Adib menjelaskan, tidak samanya penetapan awal Ramadan itu terjadi karena adanya perbedaan metode. Dia mengatakan, penetapan awal Ramadan yang dilakukan pemerintah merujuk pada fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.

1. Ada empat hal yang diatur dalam fatwa tersebut

Awal Ramadan Berpotensi Beda, Kemenag: Tunggu Sidang IsbatTim Hilal BMKG mengamati matahari terbenam menggunakan teleskop saat melakukan pemantauan hilal di Dermaga Hati, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Senin (12/4/2021). Pemantauan hilal tersebut dilakukan untuk menentukan awal Ramadhan 1442 H (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Adib mengatakan, ada empat hal yang diatur dalam fatwa MUI tersebut, Pertama, terkait penetapan awal Ramadan, Syawah dan Zulhijjah dilakukan menggunakan metode rukyah dan hisab oleh Pemerintah RI. Aturan kedua, seluruh umat Islam wajib menaati ketetapan dari pemerintah itu.

Ketiga, dalam menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah, Menteri Agama wajib berkonsultasi dengan Majelis Ulama Indonesia, ormas-ormas Islam dan instansi terkait. Kemudian yang keempat, hasil rukyat dari daerah yang memungkinkan hilal dirukyat, walaupun di luar wilayah Indonesia yang mathla-nya sama dengan Indonesia dapat dijadikan pedoman Menteri Agama RI.

“Jika pun ada beda awal Ramadan, sudah semestinya kita mengedepankan sikap saling menghormati agar tidak mengurangi kekhusyukan dalam menjalani ibadah puasa,” katanya.

Baca Juga: Awal Ramadan Tahun Ini Antara Muhammadiyah-Pemerintah Potensi Berbeda

2. Ada perubahan kriteria pentuan awal Ramadan

Awal Ramadan Berpotensi Beda, Kemenag: Tunggu Sidang IsbatPetugas mengamati matahari terbenam menggunakan teleskop saat melakukan pemantauan hilal di Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta, Jakarta, Selasa (11/5/2021). Pemantauan hilal tersebut dilakukan untuk menentukan 1 Syawal 1442 H (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Sebelumnya, anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriah Indonesia Kementerian Agama (Kemenag), Thomas Djamaluddin mengatakan, awal Ramadan dan Idulfitri 1443 Hijriah/2022 Masehi berpotensi berbeda antara Muhammadiyah dengan pemerintah.

Hal itu karena adanya aturan baru dari kesepakatan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) yang ditetapkan pada 2021.

Kesepatan tersebut berupa kriteria penentuan awal hijriah. Dalam Kesepatan terbaru, awal bulan hijriah berganti apabila tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

"Bagaimana Ramadan, Syawal dan Zulhijah? Kalau kita melihat garis tanggal, ini paling mudah menentukan. Kalau masih menggunakan kriteria lama ini di bagian barat wilayah Indonesia, ini 1 April masih 2 derajat, kalau kriteria lama ada potensi dengan wujudul hilal, tapi kalau lihat garis ini ada potensi perbedaan," ujar Thomas dalam webinar penentuan 1 Ramadan 1443 H, Kamis (24/3/2022).

Dia mengatakan, apabila menggunakan aturan baru dari MABIMS berupa tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat, wilayah Indonesia, Asia Tenggara dan Arab Saudi belum memenuhi. Sehingga, tidak mungkin terjadi rukyat.

"Sehingga awal Ramadan ini akan terjadi perbedaan, Muhammadiyah sudah mengedarkan maklumat bahwa berdasakran hisab wujudul hilal, itu 1 Ramadan, 2 April, tapi dengan menggunakan kriteria MABIMS ini, nanti dibuktikan dengan rukyat itu kemungkinan besar 1 Ramadan akan jatuh pada 3 April (2022)," kata dia.

3. Awal Syawal dan Zulhijah akan berbeda

Awal Ramadan Berpotensi Beda, Kemenag: Tunggu Sidang IsbatIDN Times/Imam Rosidin

Thomas menerangkan, untuk awal Syawal dan Zulhijah 1443 Hijriah juga berpotensi berbeda antara Muhammadiyah dan Pemerintah. Menurutnya, bila menggunakan kesepakatan BIMAS terbaru, 1 Syawal berpotensi akan jatuh pada 3 Mei 2022.

"Jadi kesimpulan, ada potensi perbedaan awal Ramadan, Idulfitri dan Iduladha 1443 Hijriah, baik secara nasional maupun internasional," katanya.

Thomas kemudian menjelaskan alasan MABIMS terkait penentuan awal bulan hijriah diubah. Pada kesepakatan sebelumnya, tinggi hilal ditentukan minimal 2 derajat dan elongasi 3 derajat.

"Kemudian dari data-data astronomi itu tinggi minimal hilal pengamatan secara global itu sekitar 3 derajat, tidak ada bukti yang mengatakan 2 derajat itu bisa teramati, karena cahaya syafaq-nya masih kuat, dan ini pun yang 3 derajat dalam posisi yang jauh dari matahari, tapi dalam kriteria MABIMS ini diambil sebagai batas minimum, tidak ada kesaksian di bawah 3 derajat," katanya.

Baca Juga: Kemenag Terbitkan Pedoman Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 2022 

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya