Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Orang Tua Kritik Larangan Roblox, Pemerintah Dinilai Kurang Paham

ilustrasi game Roblox (dok. Roblox Corporation/Roblox)
ilustrasi game Roblox (dok. Roblox Corporation/Roblox)
Intinya sih...
  • Roblox bisa jadi pintu masuk dunia pendidikan digital
  • Lebih penting edukasi dan pengawasan daripada pelarangan
  • Fitur keamanan bisa diatur, termasuk membatasi durasi penggunaan aplikasi pada anak
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Orang tua menyayangkan pernyataan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, yang melarang anak-anak SD bermain Roblox. Orang tua menilai pelarangan tersebut terlalu menyederhanakan persoalan tanpa memahami potensi edukatif dari gim tersebut.

“Menterinya gak paham, jadi main larang-larang,” ujar Umma Nufi, ibu dari seorang anak berusia delapan tahun asal Bekasi, Jawa Barat, kepada IDN Times, Rabu (6/8/2025).

Nufi mengatakan Roblox bisa diatur agar kontennya aman untuk anak-anak. Anaknya juga senang belajar bahasa Inggris dari gim ini.

1. Bisa jadi pintu masuk dunia pendidikan digital

Mode Mabar Terbaik Roblox
Mode Mabar Terbaik Roblox (Roblox.com)

Senada, Dini, ibu dari anak seusia yang sama menolak larangan total terhadap Roblox. Menurut dia, gim seperti Roblox bisa jadi pintu masuk dunia pendidikan digital. Dia tidak sepakat ada pelarangan pada anak.

Game seperti Roblox, menurut Dini, justru bisa menjadi pintu masuk anak-anak masuk dunia pendidikan digital.

“Sekarang ini, banyak kursus coding, bahkan robotik, yang mengambil pendekatan awal dari gim seperti Roblox. Anak-anak belajar membuat gim sendiri, menulis skrip, membangun logika berpikir komputasional, semua ini adalah bekal penting untuk masa depan mereka,” katanya.

2. Lebih penting edukasi dan pengawasan daripada pelarangan

Ilustrasi wanita bermain gadget (freepik.com/freepik)
Ilustrasi wanita bermain gadget (freepik.com/freepik)

Dini juga menekankan pentingnya edukasi dan pengawasan ketimbang pelarangan. Orang tua bisa mengatur durasi penggunaan anak menggunakan gadget.

“Pemerintah sebaiknya fokus memberikan panduan, fitur kontrol orang tua, dan edukasi kepada keluarga serta sekolah, bukan sekadar pelarangan," kata dia.

3. Fitur keamanan bisa diatur, termasuk membatasi durasi penggunaan aplikasi pada anak

Ilustrasi atur jadwal penggunaan gadget (Free image by Freepik)
Ilustrasi atur jadwal penggunaan gadget (Free image by Freepik)

Terkait isu kekerasan di Roblox, Dini menjelaskan, fitur keamanan sebenarnya bisa diatur. Teknologi sudah menjadi bagian dari hidup anak-anak, maka tugas orang tua adalah mendampingi tumbuh dengan cerdas dan aman di dalamnya.

“Bisa off chat atau kontrol orang tua. Ini peran orang tua, bukan hanya Roblox, Mobile Legend, Free Fire dan gim lainnya," kata dia.

Dalam hal pendampingan, Dini mengaku menggunakan akun Google Family Link untuk memantau anak di dunia maya.

“Saya minta anak menjelaskan isi gimnya, dan ternyata ia belajar kreativitas, logika, bahkan komunikasi daring,” ujarnya.

Dia juga menyebut sang suami yang merupakan seorang gamer turut mendampingi anak.

Soal durasi gawai, kedua ibu-ibu itu kompak membatasi maksimal tiga jam sehari, dibagi dalam sesi satu jam. Anak-anak juga hanya bisa menggunakan gawai saat orang tua pulang kerja dan tidak punya gawai pribadi, mereka menggunakan milik orang tua. Mereka juga baru bisa menggunakan gawai usai belajar.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us