Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perlindungan Anak di Dunia Digital Masih Dihadapkan Banyak Tantangan

Seminar Nasional bertajuk "Dari Refleksi Jadi Aksi: Tantangan Digital dan Solusi dalam Konteks Lokal dan Nasional dalam Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak"  oleh Yayasan PKPA di Jakarta, Kamis (24/4/2025) (Dok. Yayasan PKPA)
Seminar Nasional bertajuk "Dari Refleksi Jadi Aksi: Tantangan Digital dan Solusi dalam Konteks Lokal dan Nasional dalam Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak" oleh Yayasan PKPA di Jakarta, Kamis (24/4/2025) (Dok. Yayasan PKPA)
Intinya sih...
  • Banyak anak menjadi korban bahkan pelaku kekerasan digital
  • Kolaborasi penting dalam mencari solusi perlindungan anak di era digital
  • Perlunya aksi nyata untuk menanggapi kekerasan online terhadap anak
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Tantangan perlindungan anak di era digital masih tinggi, seiring meningkatnya risiko eksploitasi dan kekerasan di dunia maya. Anak-anak menjadi kelompok paling rentan di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan akses internet yang luas. 

Asisten Deputi Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Dwi Jalu Atmanto, mengatakan negara harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi anak dari berbagai risiko, termasuk eksploitasi seksual anak secara online yang dimungkinkan penyalahgunaan teknologi informasi.

“Kegiatan ini merupakan momentum yang tepat dan sejalan dengan fokus pemerintah Indonesia, dalam menggali solusi untuk perlindungan anak di ruang digital,” kata Dwi, dalam agenda seminar nasional bertajuk “Dari Refleksi Jadi Aksi: Tantangan Digital dan Solusi dalam Konteks Lokal dan Nasional dalam Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak”, Kamis (24/4/2025).

1. Penting pahami risiko dan dampak teknologi digital pada anak

Ilustrasi scrolling gadget (pexels.com/Kerde Severin)
Ilustrasi scrolling gadget (pexels.com/Kerde Severin)

Manager Program Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA), Fandy Zulmi, menjelaskan diskusi jadi ruang kolaboratif bersama untuk mencari solusi dari berbagai tantangan perlindungan anak. Kolaborasi jadi upaya mencari jalan yang berpihak pada kepentingan anak.

Dalam sesi diskusi panel ini, para narasumber membahas berbagai tantangan yang dihadapi anak-anak di era digital. Salah satu hal yang disoroti adalah pentingnya pemahaman menyeluruh pada risiko dan dampak teknologi digital terhadap anak.

2. Banyak anak yang menjadi korban bahkan pelaku kekerasan digital

Ilustrasi child grooming (IDN Times/Mardya Shakti)
Ilustrasi child grooming (IDN Times/Mardya Shakti)

Salah satu hasil temuan yang disoroti adalah masih banyak anak yang menjadi korban, bahkan menjadi pelaku kekerasan digital. Maka kondisi ini menunjukkan butuh aksi nyata untuk menanggapinya, meski sudah ada payung hukum dan kebijakan yang disediakan.

"Saat ini kita memang sudah memiliki beberapa payung hukum dan kebijakan, namun data yang kami kumpulkan memperlihatkan bahwa masih banyak anak yang mengalami kekerasan online," kata Konsultan Endline Study Program Stopping Cybercrime Against Children, Fotarisman Zaluchu.

3. Anak juga dapat berperan aktif melindungi sesamanya

Ilustrasi kekerasan pada perempuan dan anak. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi kekerasan pada perempuan dan anak. (IDN Times/Aditya Pratama)

Direktur Eksekutif Yayasan PKPA, Dewi, menyoroti soal peran anak yang juba bisa berperan aktif melindungi sesamanya. Karena itu, anak-anak juga perlu dukungan tersebut. 

"Selain itu, anak juga dapat berperan aktif dalam melindungi sesamanya. Apa yang mereka butuhkan adalah dukungan dari para pemangku kebijakan melalui kebijakan yang ramah anak,” kata Direktur Eksekutif Yayasan PKPA, Dewi.

Sementara, Yayasan PKPA juga membuka program Stopping Cybercrime Against Children, untuk meningkatkan pemahaman aktor perlindungan anak tentang keamanan digital. Program ini mengembangkan metode e-learning agar pembelajaran perlindungan anak menjangkau lebih luas dan dapat direplikasi.

Kegiatan lain meliputi seminar, diskusi tematik, FGD untuk menyusun panduan ramah anak, serta kunjungan lapangan untuk memetakan kebutuhan lokal. Program ini dilaksanakan di Indonesia, Nepal, dan Filipina.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us