Pertama Kali Ikut Pemilu Indonesia di Swedia, Campur Aduk Rasanya

Kerja sama Linnaeus Palme dari Swedia dengan negara-negara berkembang mengantarkanku yang berasal dari Trenggalek, Jawa Timur ini ke Gothenburg. Sebagai mahasiswi pertukaran pelajar jurusan Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, berada jauh dari kota pelajar membuatku mengerti akan pentingnya partisipasi dalam demokrasi negara sendiri.
1. Berada jauh dari rumah sejak Januari 2019 tak membuatku lupa akan kewajiban yang harus ditunaikan pada 17 April 2019

Sejak tahu bahwa aku diterima sebagai salah satu mahasiswi pertukaran pelajar di Chalmers University of Technology, aku begitu antusias tentang apa saja yang akan aku dapatkan nantinya. Pada saat H-1 keberangkatanku ke Swedia, aku sudah mengurus surat A5 di kelurahan tempat tinggalku sehingga aku tak perlu kelabakan dan buru-buru mengurus semua keperluanku pada saat pemilihan presiden 17 April 2019 nantinya.
2. Jauhnya jarak dari Gothenburg ke Stockholm tak mengurungkan niatku untuk tetap menyumbangkan suara bagi negeri tercinta

Asal kamu tahu, jarak antara Gothenburg dengan Stockholm adalah sekitar 503 km. Itu seperti jarak dari Jakarta ke Yogyakarta. Dengan berbekal niat dan nekat, sembari traveling aku memberanikan diri untuk pergi naik kereta ke Stockholm, demi menjadi warga negara Indonesia sepenuhnya. Beruntung, sesampainya di stasiun sudah ada mobil dari KBRI untuk Swedia menunggu sehingga aku tak perlu berjalan jauh untuk menuju wisma kedutaan.
Di wisma KBRI, aku dan teman-teman pemilih lainnya dijamu dengan sangat baik oleh bapak dan ibu kedubes RI. Bapak kedubes RI, Bagas Hapsoro, sangat ramah menyambut kami. Selain bisa berkumpul sesama orang Indonesia, di wisma KBRI kamu juga dijamu dengan hiburan elektone jadi kalau ada yang mau menyanyi bisa ikut bersuka cita bersama.
3. Sadar bahwa masa depan bangsa tak bisa dipikul sendiri, aku semakin merasa bahwa momen ini menjadi salah satu yang merefleksikan jati diri

Semakin aku dewasa, aku semakin melek politik. Sebagai warga negara yang punya kewajiban untuk ikut pesta demokrasi, aku merasa meskipun suaraku hanya terhitung satu, tapi sangat menentukan siapa pemimpin yang akan mewakili kita membangun Indonesia 5 tahun ke depan. Terlebih mengurus surat A5 ini juga butuh perjuangan, apakah aku tega membuang kesempatan ini begitu saja?
Adanya isu atau desas-desus di Indonesia tak akan membuatku goyah untuk tetap menyumbangkan suaraku. Karena aku tetap percaya, that our voice matters.
4. Setelah pemilu 2019 ini selesai, siapapun presiden terpilihnya, kuharap tak akan ada yang saling menjatuhkan

Aku berharap semua bisa kembali berdamai, saling membangun dan tak menjatuhkan satu sama lain. Semoga presiden terpilih bisa amanah, mengusahakan yang terbaik untuk Indonesia.
Sebagai salah satu pelajar Indonesia di luar negeri, aku berharap presiden terpilih nantinya bisa lebih mengapresiasi karya anak bangsa yang tentunya lahir dari generasi yang berkualitas. Tak lupa, mengutamakan sektor pendidikan dan memperluas peluang mahasiswa untuk mendapatkan beasiswa studi ke luar negeri agar kelak ketika mereka pulang ke Indonesia, mereka telah memiliki segudang hal positif dari tempat mereka studi dan mengaplikasikannya di Indonesia.