Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Polusi Udara di Jakarta Saat Akhir Pekan Ternyata Parah Juga

ilustrasi polusi udara karena asap kendaraan bermotor (unsplash.com/Adrian Pranata)

Jakarta, IDN Times - Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebut, kualitas udara di Ibu Kota lebih baik pada akhir pekan. Berdasarkan perusahaan teknologi kualitas udara Swiss, IQAir, menyatakan kualitas udara Jakarta juga buruk di akhir pekan.

IQAir mengungkapkan kualitas udara Jakarta tidak sehat pada Sabtu (12/8/2023), yakni menyentuh angka 188 AQI US.

Kemudian pada Minggu (13/8/2023), tidak sehat dengan angka 133 AQI US. Polutan utama kualitas udara Jakarta masih di PM 2,5.

1. Heru sebut kualitas udara DKI Jakarta lebih baik akhir pekan

Tinjau Pasar Induk Kramat Jati, Pj Gubernur Heru Pastikan Ketersediaan Stok Komoditas Pangan Tetap Terjaga Jelang Nataru

Pejabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengungkapkan udara buruk di Jakarta memiliki jadwal seperti para pekerja. Kualitas udara akan membaik saat akhir pekan, ketika para pekerja kantoran di Jakarta libur.

Heru menambahkan, kualitas udara di Jakarta akan kembali buruk pada awal pekan, saat masyarakat kembali beraktivitas.

"Iya mungkin (udara membaik saat libur) dan kembali lagi saat hari Senin," kata Heru, Sabtu (12/8/2023).

2. Kota dengan kualitas udara terburuk nomor empat hari ini

(Ilustrasi) ANTARA FOTO/Bayu Pratama S

Pada Senin (14/8/2023) pukul 10.00 WIB, DKI Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk keempat di dunia dengan menyentuh angka 152. Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini adalah 11.4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.

Dalam rekomendasinya, masyarakat diminta menggunakan masker di luar, menutup jendela, menyalakan penyaring udara, bahkan menghindari aktivitas outdoor.

3. Polusi udara Jakarta ganggu kesehatan

ilustrasi polusi udara karena asap kendaraan bermotor (unsplash.com/Adrian Pranata)

Lembar fakta Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) yang diterima IDN Times menjelaskan bagaimana pencemaran udara bisa mempengaruhi kesehatan masyarakat.

Studi yang dilakukan pada 2019, menunjukkan tingginya prevalensi kondisi pernapasan penduduk Jakarta. Di antaranya adalah 1,4 juta kasus asma, 200 ribu kasus bronkitis, 172.000 kasus Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), dan 2,7 juta infeksi saluran pernapasan akut serta 1,3 juta jantung coroner.

Bukan hanya itu, masyarakat juga harus membayar biaya kesehatan Rp51,2 triliun per tahun. Studi juga menemukan bahwa 15,4 persen kematian di Jakarta disebabkan oleh pencemaran udara dari sektor transportasi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lia Hutasoit
Dheri Agriesta
Lia Hutasoit
EditorLia Hutasoit
Follow Us