Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rommy PPP: KIB Saat Ini Mandek, Belum Tentukan Capres Jelang Pemilu

Silaturahmi Nasional KIB di Makassar (Dok.PAN)

Jakarta, IDN Times - Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhammad Romahurmuziy menyampaikan, posisi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) saat ini tengah mandek. Hal itu lantaran sejak terbentuk pada Mei 2022 lalu dan diumumkan ke publik, belum ada keputusan mengenai sosok bakal capres dan cawapres yang hendak diusung. 

"Dari tiga partai politik itu belum mengusulkan nama yang disepakati bersama, yang berdasarkan ilmu survei menduduki peringkat-peringkat atas. Memang ada nama, tetapi yang diusulkan berbeda-beda," ungkap pria yang akrab disapa Rommy itu dalam keterangan video dan dikutip, Kamis (9/3/2023). 

Partai Golkar mengusulkan nama Airlangga Hartarto sebagai bakal capres. Sementara, Partai Amanat Nasional (PAN) mengusulkan nama Ganjar Pranowo sebagai bakal capres. Bedanya, PAN sudah menggandengkan Ganjar dengan Erick Thohir. 

"Sedangkan, PPP hingga hari ini belum menyampaikan secara resmi karena dari 34 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) baru 15 yang sudah mengusulkan nama. Sisanya yang lain belum," tutur dia. 

Namun, ia juga mengingatkan bahwa ketiga parpol di dalam KIB harus mengusung nama untuk menjadi bakal capres dan bakal cawapres. Di sisi lain, tiga nama teratas di dalam berbagai lembaga survei yakni Ganjar (PDIP), Prabowo Subianto (Partai Gerindra) dan Anies Baswedan (diusung oleh tiga parpol). 

"Itulah kenapa saya katakan KIB ini jalan di tempat karena belum memutuskan. Karena bicara realitas matematika politik, susunan capres di (Pemilu) 2024, semua parpol ini dibatasi dengan adanya 4 calon. Karena untuk mengusung (capres) minimal harus punya 115 kursi di parlemen," ujarnya. 

Ia pun menepis pernah menyebut KIB bisa pecah atau bubar lantaran gamang dalam menentukan capres. Namun, Rommy menilai hingga saat ini belum ada titik temu soal keputusan pencapresan. 

Apakah belum adanya kesepakatan soal hal tersebut benar-benar memicu keretakan di KIB?

1. Rommy khawatir hingga saat ini KIB belum capai titik temu soal capres-cawapres

Informasi soal pembentukan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) (IDN Times/Aditya Pratama)

Pernyataan Rommy soal adanya potensi bubarnya KIB menjadi sorotan publik pada pekan ini. Mantan Menteri Agama itu menjelaskan bahwa ia menyinggung soal soliditas KIB ketika berbicara di hadapan peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) DPRD PPP se-Jawa Timur di Hotel Mercure, Surabaya. Ia mengatakan, bila dilihat dari syarat presidential treshold, maka KIB sudah melampaui itu dan dapat mengajukan sosok capres. 

Namun, yang terjadi hingga kini KIB malah belum kompak menentukan sosok capres-cawapresnya. Di sisi lain, masing-masing parpol di dalam KIB justru memiliki aspirasi berbeda terkait sosok capres dan cawapres. Hal itu yang kemudian mendasari KIB pada akhirnya bisa saja berbeda pandangan soal capres dan cawapres. 

Lantaran ada perbedaan sikap di KIB, maka mereka terus membuka pintu komunikasi dengan parpol dari koalisi lain. "Makanya, saat ini partai-partai KIB juga membuka komunikasi dengan parpol-parpol lain. Pekan lalu Partai Golkar sudah jumpa Nasdem. Makanya, PPP juga jumpai PDI-P. Ke depan akan ada komunikasi-komunikasi lebih intens satu sama lain antar parpol," ujar Rommy pada Rabu, (8/3/2023). 

2. PPP jadi pihak yang paling dirugikan bila KIB tak segera tentukan capres-cawapres

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin (IDN Times/Rochmanudin)

Sementara, analis politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komaruddin mengatakan, wajar bila PPP kini bermanuver. Sebab, sikap KIB yang terlalu lama dalam menentukan sosok capres-cawapres bakal merugikan PPP.

Menurut Ujang, KIB baru bisa bergerak bila ada restu dari Presiden Joko "Jokowi" Widodo. Diprediksi KIB baru bergerak mendekati pendaftaran capres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) yakni sekitar bulan Agustus 2023. Pendaftaran capres mulai dibuka pada September 2023. 

"Bila menunggu terlalu lama yang paling dirugikan adalah PPP karena partai itu yang paling rawan dan diprediksi berpeluang besar gagal ke Senayan. Mereka kan memiliki kursi paling kecil di DPR, hanya 19," ungkap Ujang ketika dihubungi oleh IDN Times pada Kamis, (8/3/2023). 

Ujang memberikan contoh Partai Hanura yang pada 2014 memiliki 14 kursi di parlemen, di pileg selanjutnya gagal mempertahankan kekuasaan di Senayan. Ia juga membocorkan saat ini KIB tak memiliki logistik atau finansial untuk memenangkan pemilu 2024. 

"Artinya, gini, partai itu kan butuh uang untuk menggerakan caleg-calegnya dan mesin partai. Kalau capres dan cawapresnya belum ada, lalu mereka mau minta (dana logistik) ke mana?" katanya secara blak-blakan. 

Menurut Ujang, bila PPP tidak mulai bergerak dari sekarang maka parpol dengan dominasi warna hijau itu yang rawan tak lolos ke Senayan. 

3. Golkar bantah KIB bisa berpotensi bubar sebelum Pemilu 2024

Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Ace Hasan Syadziliy (IDN Times/Sachril Agustin)

Sementara, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Golkar, Jawa Barat, Ace Hasan Syadzily membantah KIB berpotensi bubar. Menurutnya, koalisi hingga saat ini masih solid. 

"KIB masih solid dan kompak," ungkap Ace di dalam keterangan tertulis pada Rabu, (8/3/2023). 

Ia menambahkan soliditas KIB masih terlihat lantaran masing-masing ketum parpol terus berkomunikasi secara intensif. Ace juga menepis KIB goyah lantaran hingga saat ini belum ada titik temu soal sosok capres-cawapres. 

Ia mengatakan KIB memiliki mekanisme dan tahapan untuk mencapai titik kesepakatan tersebut. Pembahasan terkait sosok capres-cawapres KIB, kata dia, akan ditentukan pada waktu yang tepat. 

"Para ketua umum yang tergabung di dalam KIB sudah menyepakati kapan waktu yang tepat untuk membahas figur capres maupun cawapres," katanya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Sunariyah
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Sunariyah
EditorSunariyah
Follow Us