Waspada! Pasien di RSDC Wisma Atlet Kemayoran Bertambah Jadi 195

Jakarta, IDN Times - Jumlah pasien yang terinfeksi COVID-19 dan dirawat di Rumah Sakit Darurat COVID (RSDC) Wisma Atlet kembali bertambah dua orang. Total pasien yang kini dirawat di RSDC Wisma Atlet menjadi 195 orang.
Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I, Kolonel Marinir Aris Mudian, menjelaskan total 195 pasien tersebar di tower 4 hingga 7.
"Pasien rawat inap di RSDC Wisma Atlet Kemayoran di tower 4, 5, 6, dan 7 per Rabu berjumlah 195 orang. Sementara, jumlah semula pada Selasa mencapai 193 orang," ujar Aris ketika menerangkan perkembangan situasi pasien di RSDC Wisma Atlet, dikutip dari ANTARA, Kamis (11/11/2021).
Bila dibandingkan pada pekan lalu, jumlah pasien yang dirawat mengalami peningkatan sebanyak 15 orang. Sementara, akumulasi pasien yang dirawat di RSDC Wisma Atlet Kemayoran terhitung pada 23 Maret 2020 hingga November 2021 mencapai 128.932 orang. Sedangkan, akumulasi jumlah pasien yang keluar dari RSDC Wisma Atlet mencapai 128.737 orang.
Lalu, di wilayah mana saja di area Jakarta yang mulai mengalami kenaikan kasus COVID-19?
1. Semua wilayah di Jakarta alami peningkatan COVID-19, meski masih sedikit

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia, mengatakan kenaikan kasus COVID-19 ditemukan merata di semua wilayah ibu kota. Meski angkanya masih sedikit.
"Misalnya pada tiga minggu terakhir terjadi (kenaikan) pada Jakarta Timur. Ada juga kenaikan yang terjadi di wilayah lain dalam dua minggu terakhir. Tapi, range peningkatannya tergolong kecil sekali pada rentang 0,3 persen hingga 0,7 persen. Sehingga, bila dirata-rata ada di kisaran sekitar 0,5 persen," ujar Dwi ketika berbicara kepada stasiun CNN TV pada Rabu kemarin.
Ia mengatakan, mayoritas kenaikan kasus COVID-19 di ibu kota karena adanya aktivitas sehingga terjadi interaksi dengan orang lain.
2. Setiap hari jumlah orang yang dites di Jakarta berkisar 15 ribu - 25 ribu

Sementara, Dwi juga menjelaskan salah satu cara untuk bisa mengendalikan COVID-19 di Tanah Air yakni dengan tetap meningkatkan tes dan melakukan pelacakan. Meski kasus di Jakarta sudah landai, tetapi jumlah tes yang dilakukan setiap hari mencapai 15 ribu hingga 25 ribu.
"Alasan melakukan tes bisa karena menunjukkan gejala COVID-19 atau dilakukan tes pada kontak erat. Bisa juga tes karena ada kebutuhan aktivitas yang ingin dilakukan," kata Dwi.
Ia menuturkan, Pemprov DKI Jakarta bisa mengatakan kondisi pandemik COVID-19 sudah terkendali karena tingkat penularan antar masyarakatnya sudah berada di bawah 5 persen seperti yang diisyaratkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Dwi juga menyebut analisis terhadap data COVID-19 dilakukan setiap hari agar tidak kecolongan bila terjadi indikasi peningkatan kasus.
3. Ahli kesehatan apresiasi pemerintah yang mengamati ketat bila terjadi kenaikan kasus COVID-19

Direktur WHO wilayah Asia Tenggara periode 2018 hingga 2020, Tjandra Yoga Aditama, mengapresiasi pemerintah yang memantau secara ketat bila terjadi kenaikan kasus COVID-19. Ia membandingkan pada Mei lalu, pemerintah baru memberlakukan PPKM Darurat setelah kasus harian mencapai 27 ribu per hari.
Di sisi lain, Tjandra mewanti-wanti meski kasus COVID-19 di Tanah Air sudah landai bukan berarti pandemik sudah usai. "Jadi, kemungkinan fluktuasi masih ada. Saya tentu tidak mengharapkan akan ada kenaikan lagi. Meski cakupan vaksinasi dan tingkat disiplin sudah tinggi, tetapi fluktuasi masih tetap ada," kata Tjandra.
Ia mengatakan secara keseluruhan dunia belum bisa mengendalikan pandemik COVID-19. Itu pula yang menyebabkan kenaikan kasus COVID-19 masih sangat mungkin terjadi.
"Tetapi, ada sisi positifnya, karena sekarang semua orang sudah mulai peduli bila terjadi kenaikan kasus. Tetapi, memang itu yang harus dilakukan. Bila nantinya angka kenaikan kasus kembali tinggi, maka langkah pengetatan memang harus dilakukan," tutur dia lagi.