SBY Soroti Geopolitik Global: Politik Bebas-Aktif Bukan Berarti Diam

- SBY mengimbau Indonesia terus berbicara dalam geopolitik global
- Indonesia harus aktif menyampaikan pandangan, bukan hanya diam
- Ancaman terhadap stabilitas global tidak hanya dari konflik bersenjata, tapi juga geoekonomi, teknologi, dan perubahan iklim
Jakarta, IDN Times - Presiden Keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengimbau agar Indonesia harus terus berbicara dalam mengatasi geopolitik global yang saat ini dipenuhi ketidakpastian.
Hal tersebut disampaikan SBY saat jadi pembicara dalam acara diskusi yang digelar The Yudhoyono Institute (TYI) bertajuk "Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan dan Ekonomi Global" di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Minggu (13/4/2025).
1. Politik bebas aktif tidak berarti diam

SBY menekankan, meski pendekatan politik diplomasi Indonesia bebas aktif, namun bukan berarti harus berdiam saja. Menurutnya, Indonesia harus terus menyampaikan pandangan.
"Kita dari mimbar ini, dari bumi Indonesia harus juga ikut bicara. Jangan diam, politik bebas aktif tidak berarti diam, tidak berarti tidak berpendapat. Tentu kita harus bisa dengan penuh tanggung jawab, dengan tujuan yang baik, ikut menyampaikan pikiran-pikiran kita," kata dia.
2. Indonesia punya pekerjaan mengurangi kemiskinan dan ketimpangan

Menurut SBY, Indonesia saat ini punya pekerjaan menyelesaikan masalah kemiskinan dan ketimpangan. Ia pun mengimbau agar seluruh pihak tidak hanya berfokus pada masalah perang dagang.
"Kita punya pekerjaan rumah, mengurangi kemiskinan sejagat dan juga ketimpangan sedunia. Itu juga yang sangat penting, karena diinginkan oleh semua bangsa di dunia. Nah, makin kita mengusahkan pikiran kita, hari-hari kita, hanya untuk perang dagang yang mungkin dampaknya buruk, demikian juga pendekatan dalam mengatasi persoalan regional melalui geopolitics of power, melalui perang, melalui apa-apa yang merupakan hard power. Ciri dari power politics, seperti itu yang sebetulnya makin menjauh dari kewajiban global yang lain," beber dia.
3. Wamenlu ungkap ancam global makin beragam

Sementara dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu), Arrmanatha Nasir menyoroti bahwa ancaman terhadap stabilitas global saat ini tidak hanya bersumber dari konflik bersenjata.
Nasir menjelaskan, dalam laporan Global Risk Report World Economic Forum tahun 2025, diungkapkan ada berbagai ancaman global yang berpotensi menerpa berbagai negara di dunia. Di antaranya, konfrontasi geoekonomi, stagnasi ekonomi, resesi, inflasi, dan pengangguran.
"Terkait dengan hal yang pertama, saya ingin menyampaikan suatu report dari Global Risk Report World Economic Forum tahun 2025 yang menggambarkan bahwa mayoritas ancaman terhadap stabilitas dunia di masa depan tidak hanya bersumber dari konflik bersenjata. Laporan tersebut menyebutkan konfrontasi geoekonomi, stagnasi, resesi, inflasi, dan pengangguran telah menjadi dimensi ancaman yang semakin nyata,"
Selain itu, ancaman lainnya berkaitan dengan perubahan iklim ekstrem, krisis pangan, kekurangan air, perkembangan teknologi, hingga kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI).
"Perkembangan teknologi termasuk artificial intelligence yang di satu sisi memberikan harapan untuk mengatasi berbagai tantangan dunia namun di sisi lain juga dapat berdampak negatif dengan isu-isu seperti misinformasi, disinformasi, dan polarisasi sosial," tuturnya.