Sekolah Rakyat Siapkan Lulusan Siap Kerja dan Berdaya Saing

- Ada 166 titik sekolah rakyat sudah beroperasi, dari SD hingga SMA
- Fokus pendidikan vokasi dan bahasa asing untuk persiapan bekerja di luar negeri
- Bahasa diajarkan disesuaikan dengan kebutuhan pasar global, termasuk bahasa Inggris, Arab, Jepang, Korea, Mandarin, dan Jerman
Jakarta, IDN Times – Kementerian Sosial (Kemensos) menggandeng Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (KemenP2MI) untuk memperkuat kurikulum Sekolah Rakyat. Kolaborasi ini bertujuan menyiapkan generasi muda yang siap kerja, terutama di sektor pekerja migran.
Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, Mukhtarudin, mengatakan kerja sama ini merupakan tindak lanjut arahan Presiden Prabowo Subianto. Pemerintah ingin perlindungan dan pemberdayaan pekerja migran semakin berkualitas.
"Agar ini tersistem, terintegrasi sejak awal, maka kami bersinergi bahwa Sekolah Rakyat itu nanti akan kita masukkan kurikulum ataupun materi terkait dengan persoalan ataupun masalah pekerja migran Indonesia," ucapnya di Gedung KemenP2MI, Senin (3/11/2025).
1. Ada 166 titik sekolah rakyat sudah beroperasi

Menteri Sosial Syaifullah Yusuf atau Gus Ipul menegaskan kerja sama ini memperkuat sinergi antar kementerian dalam penyelenggaraan Sekolah Rakyat.
Saat ini, sudah ada 166 titik Sekolah Rakyat yang beroperasi, dari jenjang SD hingga SMA.
"Dari 6.700 di antaranya adalah siswa-siswa yang mengikuti proses pendidikan di tingkat SMA. Tahun 2028, mereka akan lulus, tentu selanjutnya tergantung kepada minat bakat daripada siswa-siswa dari kuliah atau bagi yang ingin bekerja,” kata Gus Ipul.
2. Fokus pendidikan vokasi dan bahasa asing

Kemensos juga akan memberikan pendampingan keterampilan vokasi untuk siswa Sekolah Rakyat. Bagi siswa yang berminat bekerja di luar negeri, akan ada pembelajaran khusus bahasa asing.
"Kami berharap nanti pada waktunya, Kementerian Perlindungan dan Pekerja Migran bisa memberikan pembelajaran sejak dini kepada anak-anak siswa Sekolah Rakyat lewat informasi, lewat edukasi, lewat modul ajar yang memang dibutuhkan bagi anak-anak kita yang akan bekerja di luar negeri," katanya.
3. Bahasa disesuaikan dengan kebutuhan pasar global

Pendidikan bahasa akan menyesuaikan permintaan pasar kerja luar negeri. Bahasa yang diajarkan mencakup bahasa Inggris, Arab, Jepang, Korea, Mandarin, hingga Jerman.
"Bahasa yang mau kita persiapkan adalah bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Jepang, bahasa Korea, bahasa Mandarin, dan mungkin bahasa Jerman karena ini kan juga mulai banyak permintaan dari negara Eropa dan Barat dan Eropa Timur, ya. Jadi, kita akan mengisi itu," katanya.


















