Sengitnya Liga Debat Mahasiswa Antar UGM dan IPB ke Final

- UGM lolos ke Final Liga Debat Mahasiswa dengan mengalahkan UIN Jakarta
- UGM unggul dalam adu gagasan dan ide mengenai tema Pendidikan tentang "Perubahan Iklim, Didapatkan oleh Gen Z di Lembaga Pendidikan atau Tidak?"
- Terkait pendidikan lingkungan, UGM menilai bahwa kondisi pendidikan lingkungan saat ini belum maksimal
Palembang, IDN Times - Universitas Gadjah Mada (UGM) lolos babak semifinal Liga Debat Mahasiswa diselenggarakan IDN Times sesi satu digelar pukul 14.00 WIB, Selasa (28/5/2024). UGM mampu mengalahkan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta skor tipis terpaut satu poin.
Dewan juri menganggap, UGM unggul dalam adu gagasan dan ide mengenai tema mosi debat yakni, Pendidikan tentang "Perubahan Iklim, Didapatkan oleh Gen Z di Lembaga Pendidikan atau Tidak?".
Lalu, semifinal sesi dua dihelat pukul 16.00 WIB hari yang sama mempertemukan IPB University dengan Institut Teknologi Sumatera (ITERA). Pertandingan ini dimenangkan oleh tim dari IPB.
Dari debat yang terjadi antara UGM dan UIN Jakarta, tim juri mencatat keunggulan tipis UGM. Kedua tim dinilai sama-sama menyajikan fakta secara kongkret sesuai kondisi sistem pendidikan lingkungan. UGM lolos ke Final hanya selisih 1 poin. Pada sesi kedua IPB lolos dengan selisih hanya 4 poin dengan meraih 249 poin berbanding 245 poin.
Digelarnya babak semifinal tersebut alhasil mengantarkan tim UGM dan IPB akan beradu argumen di Final Liga Debat Mahasiswa diselenggarakan di Kantor IDN Media Jakarta, 6 Juni 2024.
1. Kurikulum Kampus Merdeka tak sentuh persoalan pendidikan lingkungan

Merujuk jalannya semifinal debat, UGM selaku tim kontra menganggap pendidikan lingkungan saat ini belum maksimal. Kondisi ini dapat dilihat dari cara pemerintah menentukan kebijakan pendidikan berbasis lingkungan hidup serta kebijakan di sektor lingkungan.
Tim UGM digawangi Nawfal Aulia Luthfurrahman, Haybah Shabira dan Meira Davina Jasmine, mampu meyakinkan dewan juri pendidikan mengenai lingkungan belum maksimal. "Pendidikan bukan hanya menjangkau individu untuk mendapat informasi, sehingga kami menilai pendidikan saat ini belum masuk ketegori ideal untuk mewujudkan pendidikan yang kritis," jelas tim UGM.
Sistem pendidikan saat ini seperti Kurikulum Merdeka yang memberikan eksperimen agar mahasiswa dan siswa lebih mengeksplorasi minat dan bakatnya. Namun hal itu dinilai tak menyentuh persoalan dari pendidikan lingkungan.
"Kurikulum yang ada minim akan pendidikan lingkungan. Sektor pendidikan lingkungan ini harus bertujuan membangkitkan kepedulian pelajar terhadap kondisi lingkungan hidup. Hanya 52 persen Gen Z yang mau terlibat dalam gerakan lingkungan hidup," papar Nawfal.
Informasi mengenai lingkungan hidup banyak didapat Gen Z dari media daring. Padahal seharusnya kurikulum pendidikan lah yang memberikan informasi tersebut kepada pelajar. Hal itu terjadi akibat lemahnya lembaga pendidikan dalam mentransformasikan kondisi lingkungan.
"Selama ini tak ada tenaga pendidik khusus lingkungan. Pendidikan lingkungan masih terbatas kalaupun medsos memberikan informasi cakupan mengenai informasi itu dinilai kurang dan hanya mengikuti tren," bebernya.
2. Perlu perubahan tujuan dalam sistem pendidikan berbasis lingkungan

Lemahnya pendidikan lingkungan dalam kurikulum pendidikan juga didasari oleh kebijakan pemerintah yang kontradiktif. Satu sisi pemerintah menginginkan agar kurikulum pendidikan lingkungan bisa dipahami generasi muda. Sisi lainnya, kebijakan pemerintah bertentangan lantaran dinilai cenderung menguntungkan korporasi perusak lingkungan.
"Riset dan publikasi ilmiah terkait penelitian lingkungan saat ini sangat terbatas. Birokrasi masih memandang kurikulum pendidikan bukan sebagai prioritas. Tidak ada anggaran khusus untuk lingkungan hidup," timpal Haybah.
Demi membangun kesadaran pada sistem pendidikan yang ada diperlukan upaya merubah tujuan dari pendidikan. Selama ini pemerintah dinilai hanya sebatas berganti-ganti kurikulum bukan memperkuat kurikulum yang ada guna meningkatkan pendidikan cinta akan lingkungan.
"Tentu permasalahan pendidikan ini tidak bisa dilakukan pemerintah saja. Butuh sinergi media, pemerintah, dan masyarakat, untuk menjadikan pendidikan lingkungan agar bertransformasi menjadi lebih baik," jelas dia.
3. UIN Jakarta klaim Gen Z melek akan pendidikan lingkungan

Tim UIN Jakarta selaku pihak pro terhadap kondisi pendidikan lingkungan menganggap upaya pemerintah dalam sudah sangat baik. Tim yang dimotori oleh M Andi Jabbar, Sofatunida, dan Talitha Hasna Fauzi, mencatat adanya penurunan sampah plastik di lautan, efek rumah kaca yang sejalan dengan kondisi pendidikan lingkungan yang ada di Indonesia.
Generasi Z sebagai generasi yang sudah melek kondisi lingkungan hidup. Kondisi tersebut sudah diajarkan sejak mereka kecil. Sehingga apa yang dipraktekan saat ini merupakan bagian yang dipanen dari sistem pendidikan yang sudah ada. "Pendidikan lingkungan hidup sudah diadopsi dari tingkat paling bawah sampai pendidikan tinggi," ujar Andi.
Andi menerangkan, persoalan mengenai pengelolaan sampah organik dan plastik menjadi rahasia umum yang diajarkan dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dimaksimalkan untuk tujuan di sektor ekonomis. "Pengelolaan sampah dari limbah organik bisa dijadikan Eco Enzim yang bisa dijadikan sumber pendapatan," jelas dia.
Tim UIN Jakarta menambahkan, sistem pendidikan yang sudah ada hanya perlu dimaksimalkan lewat penambahan materi mengenai lingkungan hidup. Beberapa sistem pendidikan lingkungan ala barat dapat dicontoh untuk menguatkan sistem yang sudah ada.
"Outdoor kurikulum yang selama ini diberlakukan di Skotlandia dan Swedia mampu membuat anak muda lebih aware terhadap lingkungan hidup. Ini yang perlu ditiru oleh sistem pendidikan di Indonesia," jelas dia.
4. Sesi kedua debat ITERA-IPB tak kalah sengit

Babak Semifinal sesi kedua yang digelar pada Selasa (28/5/2024) pukul 16.00 WIB, IPB University berhadapan dengan Institut Teknologi Sumatera (ITERA). Debat sesi kedua tak kalah sengit. Kedua tim dari masing-masing kampus saling sanggah untuk mempertahankan argumen dengan menyajikan data konkret.
IPB selaku Tim Pro debar berujar pendidikan lingkungan sudah ada di lingkup keluarga, hanyasaja perlu ditingkatkan. Mereka menekankan adanya standardisasi kebijakan pendidikan lingkungan formal seperti kurikulum agar ada perubahan perilaku dari masyarakat.
Pemerintah pun bisa memberikan subsidi apabila ada kurikulum baru. Tim IPB mencontohkan Program KKN Merdeka yang mendorong mahasiswa agar mengerti dan merasakan terkait isu lingkungan dengan terjun langsung ke masyarakat.
Tim IPB yang digawangi oleh Vindati Utami, Wardhi Utami dan M. Amrul Haq Maulana, membuka perdebatan dengan argumentasi terhadap langkah Generasi Z dalam mendukung upaya mencegah perubahan iklim. Seperti adanya pendidikan formal yang harus menjadi perhatian bagi pemerintah.
Hal ini sebagai upaya membantu para generasi muda akan melek tentang lingkungan, melalui basis kurikulum yang matang dirancang oleh Pemerintah nantinya jika terlaksanakan.
"Kami tim yang menjelaskan bahwa yang patut diprioritaskan adalah lembaga formal dikarenakan dengan menjelaskan kekurangan yang bisa terjadi dari adanya lembaga non formal misalnya seperti adanya hoaks, media sosial dan juga ke tidak kredibilitasan," ucap Vindati Utami.
Dari struktural hal yang perlu distandardisasikan adalah kurikulum, figur yang kredibel atas informasi dan adanya kolaborasi pemerintah daerah, agar mekanisme solusi untuk lebih inklusif. Keberlanjutan lingkungan bisa menambahkan kebiasaan bagi murid atau generasi sejak dini dari pendidikan formal dikarenakan ada kepastian dan juga kredibilitas.
5. Peran keluarga dalam pendidikan lingkungan

Sedangkan kampus ITERA sebagai Tim Kontra mengatakan, pemerintah belum bisa menjadikan pendidikan sebagai hal ‘murah’ yang bisa diakses oleh semua masyarakat. Lembaga pendidikan juga dirasa belum cukup mengedukasi pendidikan lingkungan. Seperti lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang masih berfokus pada pembelajaran kognitif dan hubungan antar-manusia, bukan berdasarkan kepada pendidikan lingkungan.
Indonesia Corruption Watch (ICW) menurut tim ITERA, mencatat tingkat korupsi di sektor pendidikan masih sangat tinggi. Sepanjang 2023, terdapat 30 kasus korupsi sektor pendidikan yang ditindak oleh penegak hukum yang mencapai Rp132 miliar.
Tim yang digawangi oleh Ahmad Rizky, Ferry Irawan, dan Wahyu Ginting menyampaikan jika pemerintah memiliki kewajiban untuk pendidikan yang layak. Sebab, miskin dan tertinggal diwajibkan membayar pajak. "Tanpa adanya niatan serius, pendidikan iklim tidak bisa sempurna diimplementasikan, karena kita tahu pendidikan yang cukup kita harus melakukannya secara kolektif," jelas Ahmad Rizky.
Menurutnya sebagai masyarakat harus memiliki pikiran mendapatkan pendidikan yang berkualitas bukan hal yang spesial, termasuk pendidikan iklim. Sehingga, tidak ada spesialisasi pendidikan iklim yang didapat itu layak.
"Kita harus sadar bahwa pendidikan yang berkualitas itu adalah hal yang biasa dan harus dirasakan semua masyarakat, tanpa membedakan mereka tinggal, pekerjaan, dan lainnya. Karena memberikan pendidikan yang layak memang kewajiban pemerintah Indonesia sebagai bentuk apresiasi terhadap cita-cita bangsa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa," jelasnya.
Menurut tim ITERA, tidak hanya pendidikan formal yang dibutuhkan untuk perubahan iklim dalam pendidikan lingkungan. Namun pihak keluarga sangat penting bagi siswa atau anak-anak bangsa.
"Apabila keluarga tidak mampu maka ini tugas Pemerintah turut andil dalam mengedukasi hal tersebut. Pertama, kesejahteraan sosial dan ekonomi agar pendidikan bisa masuk dalam kehidupan," tambah Ferry Setiawan.
6. Liga Debat Mahasiswa berlangsung sejak 21 Mei

Liga Debat Mahasiswa 2024 diikuti 12 kampus dari berbagai daerah di Indonesia. Kompetisi ini digelar dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-10 IDN Times diperingati pada 8 Juni 2024.
Kompetisi berlangsung sejak penyisihan mulai 21 Mei hingga babak Final pada 6 Juni 2024 di Jakarta. Kompetisi digelar untuk mengasah nalar kritis dan keterampilan berpendapat mahasiswa di kalangan Generasi Z, sesuai audience IDN Times.
Satu tim beranggotakan tiga hingga lima orang. Peserta Liga Debat Mahasiswa 2024, antara lain: Institut Pertanian Bogor (IPB), Telkom University, Univesitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Diponegoro, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), UIN Syarif Hidayatullah. Berikutnya, Institut Teknologi Nasional, Universitas Padjadjaran, Institut Teknologi Sumatera, Universitas Mataram, Universitas Negeri Medan, dan Institut Teknologi Bandung.
Babak penyisihan hari pertama digelar, Selasa (21/5/2024) pukul 14.00 WIB melalui Zoom. Kampus yang bertanding yakni Universitas Diponegoro (Tim Pro) melawan UIN Jakarta (Tim Kontra) yang diwakili oleh tiga peserta dari perwakilan kampus dengan berbagai jurusan.
Debat berlangsung dan diisi saling sanggah untuk mempertahankan argumen dengan menyajikan berbagai data-data, sehingga membuat UIN Jakarta berhasil meraih kemenangan. Lalu pada sesi kedua babak penyisihan, mempertandingkan Telkom University melawan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pukul 16.00 WIB.
Hari kedua sesi pertama Liga Debat Mahasiswa mempertemukan Institut Teknologi Nasional versus Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah menyampaikan mosi debat dan saling melempar pertanyaan serta sanggahan, panelis yang terdiri Kiara Putri Mulia (Program Manager FPCI Climate Unit), Dr. Nia Sarinastiti (Akademisi Unika Atma Jaya), Prigi Arisandi (Founder ECOTON), dan Uni Lubis (Pemimpin Redaksi IDN Times) memberikan berbagai pertanyaan, akhirnya tim ITB lebih unggul dan lolo ke babak perempat final.
Pada sesi kedua debat mempertemukan Universitas Mataram dan ITERA. Babak perempat final Liga Debat Mahasiswa diawali dengan pertarungan Universitas Padjadjaran (Unpad) yang diwakili Fathan, M. Rafi Hidayat dan Natau Sinaga, melawan UIN Jakarta yang diikuti oleh Talitha, M. Andi Jabbar, dan Sofatunida.
Mosi Unpad yang pro bahwa Gen Z harus mengubah gaya hidup mereka dengan membawa tumbler, membeli barang ramah lingkungan, dan turut memberitakan kondisi iklim, ternyata belum mampu membawa tim mereka lolos ke babak selanjutnya. UIN Jakarta dengan data-data yang komprehensif disertai argumen secara meyakinkan bisa lolos ke Semifinal.
Sesi kedua debat mempertemukan Telkom University dengan pembicara Joddy Saputra, Jodi Rizky Rahman, dan Stephani Febiola versus Universitas Gajah Mada (UGM) diwakili oleh Haybah Shabira, Meira Davina, dan Nawfal Aulia.
UGM secara tegas menyatakan perubahan gaya hidup Gen Z tidak berdampak secara signifikan. Gen Z memang sudah cukup peduli namun perubahan dari salah satu generasi tidak cukup. Fokus utamanya adalah perubahan sistemik dan struktural karena problematika ini adalah hal yang kompleks. Tim UGM juga memberikan solusi dengan upaya memakai alternatif energi terbarukan dan dibarengi dengan regulasi dari pemerintah. UGM pun berhasil menang dan maju ke babak semifinal.
Babak perempat final hari kedua digelar pada Sabtu (25/5/2024) pukul 14.00 WIB. Tim Pro dari Institut Pertanian Bogor (IPB) versus Tim Kontra dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan perwakilan Ahza Asadel, Elvina Fidela dan Krisna Nur berlangsung seru. Mosi IPB yang menyatakan Gen Z dapat menjadi pemantik diskusi, mengubah lifestyle, dan secara aktif bergerak secara kolektif untuk mendesak pemangku kebijakan membuat regulasi tentang peduli lingkungan, membawa mereka lolos ke babak semifinal.
Sesi kedua perempat final, Universitas Negeri Medan (Unimed) selaku Tim Pro yang diwakili oleh Siti Maysarah, Chairunnisa Nasution, Kenny Clarissa versus ITERA selaku Tim Kontra oleh Wahyu Ginting, Ahmad Rizky, Ferry Setiawan. Seluruh peserta debat sangat aktif menyampaikan mosi.
Pada sesi pertanyaan dari panelis yaitu Kiara Putri Mulia (Program Manager FPCI Climate Unit), Prigi Arisandi (Founder ECOTON), dan Dr. Satria Kusuma (Akademisi Unika Atma Jaya), Itera mampu secara lugas menjawab dengan data serta memberikan solusi jangka pendek dan panjang untuk pemerintah, industri serta individu, sehingga mereka melenggang ke babak semifinal.
Setelah melalui perjuangan pada babak penyisihan, perempat final, dan semifinal yang berlangsung selama sepekan, 12 perwakilan dari perguruan tinggi ternama se-Indonesia layak diberikan apresiasi. Setiap anggota tim dari masing-masing kampus telah menampilkan gagasan terbaik demi mewakili almamaternya.
Babak final Liga Debat Mahasiswa 2024 didukung Vale Indonesia dan Telkom Indonesia ini, IDN Times selaku penyelenggara menyiapkan hadiah uang tunai, plakat dan sertifikat bagi pemenang. Juara pertama mendapatkan Rp10 juta, juara kedua Rp8 juta, juara ketiga Rp6 juta dan juara keempat Rp4 juta.