Sering Dikritik, Anies: Makin Kasar Kata-katanya Makin Permalukan Dia

Jakarta, IDN Times - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan buka suara terkait kritik dan serangan buzzer yang kerap dia terima selama memimpin Ibu kota.
Anies mengatakan, seorang pejabat pemerintahan harus mendengarkan apa yang diungkapkan masyarakat. Dia mengatakan buzzer yang memberi kritik juga bakal bisa malu dengan apa yang mereka katakan, karena setiap perkataan saat ini telah terekam secara digital dan akan dengan mudah terlihat apakah dihapus atau tidak.
"Termasuk bagi buzzer siapa pun yang mengungkap itu jangan sampai di kemudian hari harus men-delete yang ditulis. Ketika seseorang harus men-delete yang ditulis maka itu sebenarnya dia sedang mengatakan saya malu pada diri saya sendiri," ujar Anies yang dikutip dari siaran live Youtube acara HUT ke-13 tvOne, Selasa (16/2/2021).
1. Pejabat pemerintah kupingnya tak boleh tipis

Anies mengungkapkan bahwa seorang pejabat publik harus memiliki pendengaran yang kuat. "Kalau berada di wilayah publik maka kupingnya tidak boleh tipis," ujarnya.
Dia mengatakan, apa pun yang dikatakan oleh masyarakat perlu didengar, baik itu kritik secara akademik maupun dengan kalimat kasar.
"Bila ungkapan dilakukan secara kasar itu ekspresi kemampuan dia dalam mengungkapkan, tetapi bagi saya yang sedang bekerja, ini semua adalah ungkapan pendapat rakyat baik yang mendukung maupun yang tidak mendukung," kata Anies.
Mantan Menteri Pendidikan ini memastikan, tidak masalah jika ada yang mengkritiknya dengan kata kasar, karena menurutnya hal tersebut justru mempermalukan si pengkritik.
"Makin kasar kata-katanya itu makin mempermalukan dirinya sendiri bukan ke saya, saya tidak perlu merasa masalah," kata Anies.
2. Masalah Jakarta yang dkiritik bukan masalah baru

Anies juga mengatakan agar kritik terhadap Jakarta tidak ditempatkan seperti masalah pribadi. Salah satunya adalah dengan menyebut kelebihan dan kekurangan Jakarta
Menurutnya, masalah Jakarta yang selama ini dikritik di bawah kepemimpinannya, tidak serta merta baru muncul tiga tahun terakhir.
"Apakah masalahnya baru mulai 3 tahun terakhir, tidak, masalah sudah ada lama dan kemudian ketika orang mengkritik rileks aja, anggap itu bagian dari ungkapan, pandangan, lanjutnya.
3. Menurut Anies kritik adalah proses demokrasi

Anies menilai setiap kritik yang diberikan adalah sebuah proses dari demokrasi dan pejabat publik harus bisa menerima. Kemajuan teknologi yang menurutnya sekarang bisa mengubah proses kritik masyarakat pada pemerintah.
"Dulu obrolan warung kopi tidak terdengar, kenapa? karena dari tidak ada medianya, hari ini ngobrol warung kopi terus tweet, ngobrol di mana terus tweet jadi telinga hanya dua sekarang telinga ada seribu dua ribu," kata dia