Sisi Gelap Bisnis Penjualan Album K-Pop di Indonesia

Oleh Tarida Angelina
JAKARTA, Indonesia —Belakang ini pengguna Twitter diramaikan dengan munculnya sejumlah thread mengenai kasus penipuan yang diduga dilakukan oleh pemilik akun Twitter @hwangable. Kasus ini berawal dari seorang pengguna akun yang merasa janggal dengan album musik K-Pop (Korean Pop) pesanannya tidak kunjung sampai. Hal ini pun ditanggapi oleh sejumlah pengguna Twitter lainnya yang ternyata merasakan pengalaman serupa.
Diketahui, pemesanan album ini sudah dilakukan seminggu sebelum artis idola mereka melakukan comeback (merilis album) akan tetapi sampai satu bulan bahkan hingga setengah tahun, tidak ada kabar mengenai album tersebut. Hal ini sangat disayangkan mengingat akun Twitter tersebut memiliki reputasi yang baik di antara beberapa penggemar K-Pop.
Beberapa pembeli masih mendapatkan barangnya walaupun tidak dalam keadaan memuaskan. Tetapi ada juga yang masih menunggu kejelasan dari oknum yang memiliki display name Lala di akun tersebut.
Seperti yang diungkapkan Dinda, pemilik akun @kebanyakanbias. Dirinya mengenal oknum yang belakangan ini diketahui bernama Cika lewat Twitter karena memiliki kesamaan idola yaitu Wanna One. Kemudian Cika mengajak Dinda untuk bergabung mengurus fanbase Wanna One. Melihat Cika yang lihai dalam mengurus fanbase hingga mengurus pesanan album yang saat itu mencapai hingga 3.000 album, Dinda pun percaya dengan keberadaan Cika.

Hal ini juga diakui Unuy, pemilik akun twitter @minsajanq. Ketika bertemu dengan Cika saat Fanmeet Wanna One tanggal 21 Januari lalu, Unuy merasakan hal yang janggal. Mahasiswa semester 8 itu mengatakan adanya perbedaan wujud asli dengan foto yang selama ini diunggah di akun Twitter.
Jika di Twitter, sosok Cika terlihat dengan struktur wajah dan mata yang tegas, saat wujud asli, bentuk wajahnya terlihat bulat dan berbeda dengan foto. Dari situlah Unuy mulai merasa curiga dengan Cika. Bahkan belakangan diketahui Cika menggunakan nama dan foto orang lain.
Penipuan berkedok fangirl
Unuy dan Dinda menyukai boygroup yang sama, Wanna One dan mencoba mendukung dengan memesan album bahkan membeli berbagai aksesoris seperti season greeting, photo book dan sebagainya. Dinda mengakui secara individu, nominal yang dirugikan oleh Cika kepadanya termasuk sedikit tetapi disayangkan Cika membawa barang season greeting yang dibentuk oleh fanbase Wanna One yang mereka urus bersama.
Selain itu, Cika juga membawa pesanan customer seperti album sebanyak 2.500 copy, lightstick dan merchandise. Semua dijanjikan untuk diberikan saat hari H acara fanmeeting tetapi tidak ada yang sampai karena Cika selalu memberikan alasan hingga saat ini.
Hal ini juga dirasakan oleh Unuy. Ia mengatakan sampai saat ini belum menerima album Wanna One, lightstick fanconcert, gantungan kunci, dan season greeting yang ditotal seharga Rp 581.000. Unuy merasa sakit hati dengan apa yang Ia alami. “Aku bukan pertama kalinya ketipu belanja online sih tapi ini yang paling sakit menurutku. Karena Cika ini sempat baik sama aku dan nyatanya dia tega nipu aku dan teman-teman lainnya,” jawab Unuy melalui pesan pribadi pada Rappler.
Perjuangan mengumpulkan uang
Penyesalan Dinda dan Unuy bukan tanpa alasan. Mereka tertipu dan harus kehilangan uang pribadi yang dikumpulkan dengan susah payah. Dinda bercerita bahwa ia selalu menyisihkan uang sakunya setiap hari dan memilah sesuai kebutuhan, baik untuk keperluan fangirling atau pribadi.
Tak jauh berbeda dengan Dinda, Unuy juga menyisihkan setengah dari uang jajan per 2 minggu. Tentunya ini berefek pada pembatasan pengeluaran yang Unuy lakukan demi bertemu idolanya. Unuy membatasinya dengan hanya membawa bekal dari rumah. Semuanya dilakukan demi bisa melakukan pre-order album sebelum rilis agar Wanna One bisa naik ke peringkat teratas.
Setelah kejadian penipuan ini, Dinda dan Unuy mengaku merasa trauma dengan membeli album idola mereka apalagi melalui Twitter. “Terutama di dunia per-K-Pop-an ini memang sering dijumpai scammer. Memang harus benar-benar selektif,” jawab Dinda yang diikuti Unuy, "Kasus ini benar-benar bikin zonk sih. Karena aku percaya sama dia karena dia baik dan aku mikir enggak mungkin dia tipu aku ditambah testimonial customer dia pada sampe pesanannya. Tapi ujung-ujungnya menipu juga.”

Saat Rappler menanyakan kepada Dinda dan Unuy, keduanya memberikan respon berbeda. Dinda lebih memilih meminta barang ketika ditanya bisa meminta barang atau refund. “Karena season greetings ini project fanbase aku dan teman-teman dan kalo orang beli kan karena ingin barangnya dan percaya dengan project ini. Jadi kalau barangnya enggak datang ya jelas mengecewakan orang banyak,” ujar Dinda yang mengaku kesulitan menanggapi pertanyaan customer yang memesan baik dari dalam dan luar negeri.
Sedangkan Unuy lebih memilih untuk refund. Menurut Unuy, Ia merasa uang Rp 581.000 itu bisa dilakukan untuk hal yang lebih penting tetapi Ia juga berharap setidaknya Cika memiliki itikad baik kepada customer-nya.
Membeli album demi tangga lagu musik
Sudah jadi rahasia umum jika pembelian album di Korea mempengaruhi lagu atau album tersebut dalam situs tangga lagu Korea seperti Hanteo dan Gaon. Keduanya dikenal sebagai situs tangga lagu terpercaya untuk penjualan album fisik.
Hanteo menghitung penjualan album dari seluruh toko Hanteo sedangkan Gaon menghitung jumlah pengiriman album yang dipesan dari distributor original Gaon. Hanteo juga menghitung banyaknya penjualan album pada 24 jam pertama setelah album rilis yang digunakan untuk perhitungan dalam acara musik mingguan. Inilah mengapa banyak penggemar berusaha memesan album sebelum tanggal rilis (pre order).
Selain acara musik mingguan, penjualan album fisik juga berpengaruh pada acara penghargaan musik di Korea. Wanna One yang baru debut pada tahun 2017 tercatat berhasil menjual sebanyak 1.363.484 kopi album hingga bulan Januari 2018 dan membawa mereka meraih penghargaan New Artist of the Year pada 7th Gaon Chart Music Awards. Jumlah penjualan album ini terhitung luar biasa mengingat belum genap setahun kemunculan mereka.
Popularitas yang didapatkan juga dukungan fans yang berbondong-bondong membeli album menjadi faktor utama kemenangan Wanna One.
Fansign: momen eksklusif dengan idola
Selain album, produk yang paling digilai pecinta K-pop dari idola mereka adalah segala hal yang dibubuhi tanda tangan sang idola. Para penggemar K-Pop sejati tak jarang berburu barang-barang merchandise bertandatangan ini. Salah satu cara terbaik untuk memperolehnya adalah dengan mengikuti sesi fansign.
Agensi selalu mengadakan acara fansign dalam rangka merayakan perilisan album artis mereka. Fansign adalah acara sesi bertanda tangan di mana penggemar bisa menanyakan hal apapun dan memberikan hadiah secara langsung kepada idola mereka. Tidak mudah untuk masuk ke fansign ini karena biasanya jumlahnya terbatas hingga 150 orang.
Syarat masuk pun mudah, cukup membeli album idola di toko musik yang bekerjasama dengan agensi tersebut. Semakin banyak membeli album, kesempatan untuk fansign semakin besar. Membeli album dalam jumlah masal (bulk order) juga semakin membuka besar peluang untuk ikut fansign. Ini mengapa banyak penggemar yang berusaha membeli album sebanyak-banyaknya untuk mendapat akses ke sesi tanda tangan ini.
Bulk order juga dimanfaatkan untuk membuktikan popularitas penggemar. Wannable Indonesia, penggemar Wanna One dari Indonesia membeli 3.100 kopi album untuk mendukung debut idola mereka. Pembelian album yang diurus oleh Cika tersebut memberikan kesan yang membanggakan karena jumlahnya yang tidak kecil. Sayangnya, Cika tidak selalu bertanggung jawab dengan pencapaian yang sudah diraih bersama teman-teman sesama penggemar.
Belajar selektif
Kepada Rappler, Dinda mengatakan saat itu beberapa kali Cika masih membalas chat customer yang memesan album/barang. Baru diketahui, Cika pernah terlibat beberapa kasus sebelumnya seperti pembelian tiket konser beberapa tahun lalu. Customer juga meminta refund dan selalu dijanjikan akan dikembalikan uangnya tetapi sampai sekarang tidak ada pertanggungjawaban.
Hingga kini sosok terduga pelaku penipuan ini pun belum bisa dilacak keberadannya. Meski begitu, belum ada laporan resmi kepolisian terkait kasus penipuan ini. Beberapa orang yang menjadi korban pun sudah bergabung untuk mengumpulkan bukti-butki lebih kuat. Mereka aktif bertukar informasi terkait peristiwa penipuan yang mereka alami di akun Twitter @korbanhwangable.
Kasus ini hanya satu dari sekian banyak kasus penipuan barang-barang berbau Korea. Lewat kasus ini, kita bisa belajar untuk selektif dalam memilih tempat untuk membeli barang apalagi jika barang tersebut diimpor dari luar negeri.
Selain itu, sebagai penggemar juga harus mengetahui kapasitas dan kemampuan dalam mendukung idolanya agar tidak meninggalkan tanggung jawab dan kepercayaan demi kepuasan pribadi. —Rappler.com