Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Soal Pertemuan Jokowi-Prabowo, AHY: Silaturahmi Itu Bagus untuk Ditiru

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Halte Transjakarta Bunderan HI. (www.instagram.com/@agusyudhoyono)
Intinya sih...
  • Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) angkat bicara terkait jamuan makan malam Jokowi dan Prabowo, menyebutnya sebagai bagian dari silaturahmi yang baik untuk dilakukan.
  • AHY menegaskan bahwa pertemuan antara Prabowo dengan para presiden sebelumnya perlu dijaga dengan baik, karena semua tokoh berharap kepemimpinan Prabowo bisa sukses.

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) angkat bicara mengenai jamuan makan malam yang dilakukan Presiden ke-7 Joko "Jokowi" Widodo dan Presiden Prabowo Subianto di kediaman Prabowo.

Menurut AHY, pertemuan tersebut merupakan bagian dari silaturahmi dan baik untuk dilakukan. Silaturahmi yang dilakukan oleh para tokoh dan pemimpin bangsa patut ditiru. 

"Saya rasa baik, ya, setiap pertemuan, silaturahmi. Apalagi di antara dua tokoh dan pemimpin bangsa," ujar AHY di Halte TransJakarta, Jakarta Pusat, Minggu (8/12/2024). 

"Saya selalu melihat pertemuan dan silaturahmi itu baik dan bagus ditiru oleh yang lainnya," kata dia.

Menurut dia, hubungan antara Presiden Prabowo dan para presiden sebelumnya perlu dijaga dengan baik. Sebab, semua tokoh berharap kepemimpinan Prabowo bisa berjalan sukses. 

1. SBY juga sering bersilaturahmi dengan Prabowo

Susilo Bambang Yudhoyono bersama Prabowo Subianto di Hambalang. (www.instagram.com/@prabowo)

AHY mengatakan, pemimpin yang bersilaturahmi dengan Prabowo bukan Jokowi saja. Presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga sering meminta waktu untuk bertemu. Pertemuan keduanya yang diketahui oleh publik terjadi pada 19 September lalu di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara. 

"Bapak Presiden Prabowo tentu juga ingin terus berkomunikasi dan memikirkan hal-hal penting untuk negeri kita. Pertemuan dan komunikasi itu terjalin dengan Pak Presiden Jokowi, Pak Presiden SBY dan semua yang juga memiliki harapan agar pemerintahan Pak Prabowo bisa sukses," kata dia.

Sebab, para pemimpin memiliki kesamaan cita-cita, yaitu ingin menjadikan Indonesia negara yang sejahtera dan makmur. 

2. Frekuensi pertemuan Jokowi-Prabowo yang terlalu sering dinilai tak lazim

Pertemuan Presiden ke-7, Joko "Jokowi" Widodo dengan Presiden Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan. (Dokumentasi Sekretariat Presiden)

Sementara, menurut Direktur eksekutif Lingkar Madani (LIMA), Ray Rangkuti, frekuensi pertemuan Jokowi dan Prabowo sudah tidak lazim. Dalam catatannya, dalam dua bulan terakhir, keduanya sudah bertemu hampir empat kali. Artinya, mereka bertemu dua kali dalam satu bulan. 

"Ini sebuah pertemuan yang tidak lazim sebanyak ini," ujar Ray dalam keterangan tertulis, Sabtu (7/12/2024). 

Ia menyoroti pertemuan antara Prabowo dan Jokowi biasanya memunculkan sesuatu yang tidak selalu berkaitan dengan kepentingan bangsa dan negara. Dalam pertemuan sebelumnya di Solo, menghasilkan video dukungan Prabowo bagi paslon Ahmad Luthfi dan Taj Yasin. 

Sedangkan, dalam pertemuan terbaru, menghasilkan semangat bagi Gerindra atau Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk menggugat hasil pilkada ke Mahkamah Konstitusi (MK). 

"Dua hal itu kan tidak berhubungan langsung dengan kepentingan publik Indonesia," kata dia. 

3. Daya tarik Jokowi dinilai masih kuat bagi Prabowo

Pengamat politik sekaligus Direktur Lingkar Madani (LIMA), Ray Rangkuti (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Menurut dia, pertemuan antara Prabowo dan Jokowi yang terlalu sering menandakan masih kuatnya daya tarik mantan Wali Kota Solo itu di mata Prabowo. Padahal, Prabowo sudah menjadi presiden berkuasa. 

"Pak Prabowo seperti belum memiliki kepercayaan diri untuk melangkah dan mengelola kekuasaan yang ada di tangannya tanpa harus konsultasi lebih dulu dengan Pak Jokowi," kata Ray. 

Bila intensitas pertemuan itu terus berlanjut, maka tak menutup kemungkinan bisa terbentuk persepsi Prabowo seperti 'petugas' Jokowi. Istilah 'petugas' itu digunakan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri kepada para kadernya, termasuk Jokowi kala itu. 

"Apalagi beberapa sikap politik Prabowo akhir-akhir ini seperti membalik kebijakan Jokowi dan dibatalkan. Seperti status PSN (Proyek Strategis Nasional) PIK 2 hingga kenaikan PPN 12 persen hanya untuk barang-barang mewah. Bila keputusan itu pada akhirnya diubah lagi, maka pandangan bahwa Jokowi adalah petugas Pak Prabowo akan semakin menguat," kata dia. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Deti Mega Purnamasari
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us