Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Soal Tren Kabur Aja Dulu, Anggota DPR: Bangsa Kita Tanggung Jawab Kita

Ketua Komisi XIII DPR RI Willy Aditya merespons #KaburAjaDulu yang viral di media sosial. (IDN Times/Amir Faisol)
Intinya sih...
  • Willy Aditya menanggapi tagar Kabur Aja Dulu yang viral di media sosial sebagai bentuk protes dan kekecewaan WNI terhadap pemerintah.
  • Indonesia bisa belajar dari Korea Selatan dan Turki yang merangkul diaspora untuk membangun negara, serta mengundang mereka berkontribusi dalam pembangunan.
  • Tagar Kabur Aja Dulu mencerminkan keinginan generasi muda untuk pindah ke luar negeri karena kesempatan kerja dan kondisi hidup yang lebih baik, serta frustasi dengan situasi di Indonesia.

Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi XIII DPR RI Willy Aditya menanggapi tagar Kabur Aja Dulu yang lagi viral di media sosial. Tagar itu merupakan bentuk protes dan kekecewaan warga negara Indonesia (WNI) terhadap pemerintah.

Willy mengungkapkan, Indonesia hanya mengenal satu status kewarganegaraan. Dia pun menilai, sah-sah saja bagi masyarakat yang memilih bekerja di luar negeri.

Namun, Willy mengutip sebuah peribahasa, hujan emas di kampung orang, hujan batu di kampung sendiri, lebih baik di kampung sendiri

"Untuk kemudian mencari kehidupan yang layak itu di mana saja bisa. Tapi kemudian bagaimana spirit pro-patria kita, patriot kita, atau maju-mundurnya bangsa ini, kita lahir di sini, sanak famili kita di sini, tentu menjadi moral obligation kita," kata Willy di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (17/2/2025). 

1. Indonesia bisa belajar ke Korea Selatan

Ketua Komisi XIII DPR RI Willy Aditya merespons #KaburAjaDulu yang viral di media sosial. (IDN Times/Amir Faisol)

Willy mengatakan, Bangsa Indonesia sejatinya bisa belajar dari Korea Selatan yang bisa bangkit setelah perang saudara berkepanjangan. Sektor Industri yang melaju pesat di negara itu tidak terlepas dari kontribusi para warga negara yang mengenyam pendidikan ke luar negeri.

Para diaspora Korea Selatan yang berada di luar negeri diundang untuk berperan dalam membangun negaranya sendiri. 

"Industri mereka itu tidak terlepas dari orang-orang Korea yang belajar di luar negeri dan ketika negara yang mulai bersiap membangun industrinya mereka semua diundang. Jadi diaspora itu penting," kata dia.

Termasuk bagaimana Turki yang merangkul para diaspora mereka sehingga mau berkontribusi terhadap pembangunan di negaranya.

"Bagaimana memperlakukan diaspora mereka di Eropa khususnya, mereka menjadi ujung tombak dalam proses pembangunan negaranya, menjadi ujung tombak dalam citra negaranya, menjadi duta-duta besar yang tersebar di mana-mana," kata dia.

2. Bangsa ini tanggung jawab kita bersama

Ketua DPP Partai NasDem, Willy Aditya sebut partainya akan mengambil langkah belakangan untuk Pilkada DKI 2024. (IDN Times/Amir Faisol)

Menurut Willy munculnya gerakan kabur aja dulu ini tidak lebih sebagai bagian dari emosi dan bentuk ekspresi pelarian saja. Namun, ia tetap mengingatkan tanggung jawab negara dan bangsa ini berada di kita semua sebagai warga negara.

"Siapa yang membangun negara bangsa ini? Kalau tidak kita semua, tanggung jawab kita lah bersama-sama. Tidak bisa hanya tanggung jawab segelintir orang," kata dia.

3. Kabur Aja Dulu bentuk ekspresi kekecewaan

ilustrasi demonstrasi (pexels.com/Ambrosius Mulalt)

Tagar Kabur Aja Dulu populer di media sosial X. Tagar ini menunjukkan gambaran kekecewaan atas kondisi yang dihadapi generasi muda di dalam negeri.

Lembaga pemantau media sosial Drone Emprit memantau gejolak yang ada dari tagar ini di media sosial X. Founder Drone Emprit Ismail Fahmi menjelaskan tagar Kabur Aja Dulu ini adalah reaksi frustasi atas situasi di Indonesia yang dirasakan sebagian netizen.

"Mereka mencari informasi lowongan kerja, tip persiapan berangkat, risiko yang harus dipertimbangkan, dan perbandingan tinggal di Indonesia vs LN," kata dia.

Drone emprit mencatat, topik Kabur Aja Dulu dilatarbelakangi beberapa hal. Pertama adalah tagar itu digunakan untuk mengekspresikan keinginan pindah ke luar negeri dan reaksi terhadap kondisi di Indonesia.

Alasan pindahnya karena kesempatan kerja yang lebih baik di luar negeri, kemudian gaji yang lebih tinggi dan kondisi kerja yang lebih baik serta pengalaman hidup atau belajar di negara lain.

Selain itu, ada kondisi frustrasi dengan situasi di Indonesia. Topik ini juga menjelaskan soal lowongan kerja di berbagai negara seperti Jepang, Malaysia, dan Qatar hingga tips serta saran untuk mencari pekerjaan di luar negeri dan pengalaman dari orang-orang yang telah berhasil pindah.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Amir Faisol
EditorAmir Faisol
Follow Us