Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tangis Aktivis Aceh Saat Kondisi Disebut Membaik Usai Banjir Sumatra

Farwiza Farhan, konservasionis asal Banda Aceh. (Instagram.com/wiiiiza)
Farwiza Farhan, konservasionis asal Banda Aceh. (Instagram.com/wiiiiza)
Intinya sih...
  • Kondisi di Aceh masih kacau dan terputus pascabanjir
  • Korban meninggal dunia diprediksi bakal terus bertambah
  • Kolega berjalan kaki dari Linge ke Takengon selama 3 hari 2 malam tanpa makan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Tangis aktivis lingkungan asal Aceh, Farwiza Farhan, pecah ketika menyampaikan pesan khusus kepada Presiden Prabowo Subianto yang akhirnya berkunjung ke lokasi banjir Sumatra. Farwiza menepis pernyataan Prabowo bahwa kondisi di Sumatra, khususnya Aceh sudah mulai membaik. Justru di lapangan masih banyak wilayah yang terisolir.

"Bagaimana ini semua bisa tetap dibiarkan? Sementara pemerintah mengatakan bahwa ini bencana biasa saja? Bahwa keadaan sudah terkontrol, stabil. Sama sekali jauh dari itu kenyataannya," ujar Farwiza ketika berbincang di program 'Ngobrol Seru' by IDN Times melalui telepon sambil berurai air mata, Senin, 1 Desember 2025.

Ia pun berharap Prabowo bisa segera menetapkan banjir di Sumatra sebagai bencana nasional. Perempuan yang bekerja sebagai Direktur Eksekutif Yayasan Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh itu juga mengaku heran mengapa Prabowo tega memotong anggaran bagi tiga lembaga penting yang sehari-hari mengatasi bencana. Ketiga lembaga tersebut yakni Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Badan SAR Nasional.

BMKG mendapatkan anggaran pada 2025 sebesar Rp2,28 triliun. BNPB diberi alokasi anggaran pada 2025 sebesar Rp2,01 triliun dan Rp1,49 triliun untuk Basarnas. Pemangkasan anggaran itu, kata Farwiza, kemudian dialihkan ke program unggulan Makan Bergizi Gratis (MBG).

"Keputusan Bapak untuk mengecilkan budget di semua lini penopang kehidupan pemerintah dan memfokuskan semuanya ke MBG mempunyai dampak sangat besar. Karena pada akhirnya demi makan siang gratis, kami semua membayar dengan harta, nyawa, apa yang kami punya. Bagaimana BMKG gak punya cukup budget? Bagaimana BNPB gak punya cukup budget? Bagaimana ini semua bisa dibiarkan?" tanyanya.

1. Kondisi di Aceh masih kacau dan terputus pascabanjir

bantuan ke aceh
Bantuan dari PHR Zona 1 diberikan lewat udara di titik Aceh Tamiang yang masih terisolir (Dok. Jefry for IDN Times)

Ketika ditanyakan kondisi di Aceh, Farwiza mengatakan, situasinya masih dalam keadaan kacau. Jalan-jalan darat masih banyak yang terputus. Sedangkan jaringan komunikasi masih terhambat.

"Ada beberapa upaya untuk mengirimkan Starlink. Tapi, Starlink membutuhkan daya. Sementara, listrik belum sepenuhnya tersambung. Selain itu, teman-teman yang memakai genset untuk listrik, minyaknya sudah mulai habis. Jadi, kondisinya masih amat sangat darurat," tutur dia.

Perempuan yang dinobatkan sebagai Time's Time 100 Next 2022 itu mengatakan, saat ini ia bermukim di Banda Aceh dan minim dari dampak banjir Sumatra. Tetapi, keluarganya yang berada di area Leuseur Aceh tidak dalam keadaan baik-baik saja.

"BBM juga belum bisa didistribusikan karena jalan terputus dari Medan ke Banda Aceh, terputus di beberapa titik. Melalui jalur tengah juga terputus di beberapa titik, begitu juga melalui jalur darat," katanya.

2. Korban meninggal dunia diprediksi bakal terus bertambah

WhatsApp Image 2025-12-02 at 17.53.13 (2).jpeg
Kondisi salah satu daerah di Kabupaten Aceh Tamiang pasca banjir dan longsor. (Dokumentasi warga untuk IDN Times)

Farwiza pun memprediksi korban meninggal dunia di Aceh akan terus bertambah. Menurut data dari BNPB pada Rabu (3/12/2025), sudah ada 277 warga yang meninggal di Bumi Serambi Mekkah.

Sementara, korban yang dinyatakan hilang masih ada 193 jiwa. Sedangkan total korban meninggal dunia di tiga provinsi menembus angka 770 jiwa.

Ia mengatakan, jumlah korban diperkirakan masih terus bertambah karena pendataan yang tidak lengkap. Selain itu masyarakat sudah mulai banyak yang kelaparan sejak bencana melanda pada pekan lalu.

"Saat ini sudah mulai pukul-pukulan untuk (mendapatkan) BBM dan beras. Kondisi tiap hari makin parah dan sepertinya pemerintah tidak menganggap ini serius. Hal itu terlihat dari komentar-komentar dari Kepala BNPB atau instansi terkait seperti Kemenhut. Yang mereka sampaikan itu statement nirempati," tutur dia.

3. Kolega berjalan kaki dari Linge ke Takengon selama 3 hari 2 malam tanpa makan

banjir Aceh
Kondisi salah satu daerah di Kabupaten Aceh Tamiang pasca banjir dan longsor. (Dokumentasi warga untuk IDN Times)

Farwiza juga mengisahkan koleganya yang terpaksa berjalan kaki selama tiga hari dua malam dari Linge ke Takengon. Mereka berjalan kaki tanpa makanan dan perlindungan.

"Di malam hari, mereka beristirahat di bawah pohon sambil mendengar gunung bergerak. Rasanya mengerikan sekali. Saya hanya bisa membayangkan seperti apa perjalanan tersebut," kata Farwiza.

Ketika ditanyakan apa yang harus mulai dilakukan pemerintah, Farwiza berharap bisa mulai dilakukan rapat koordinasi untuk memetakan di mana saja titik yang masih terisolir. "Kedua, umumkan setiap langkah yang diambil tiap hari kepada masyarakat dan publikasi pembaruan data setiap enam jam. Kita perlu tahu apa yang sudah terjadi, dilakukan, kita perlu tahu bagian mana yang masih perlu di-cover," tutur dia.

Ia pun mempertanyakan pernyataan pemerintah yang menyebut Aceh Tengah tidak menjadi prioritas penanganan, apakah hal itu bermakna nyawa mereka tidak menjadi fokus utama pemerintah.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us

Latest in News

See More

Puan Tegur Kepala BNPB Suharyanto: Lebih Baik Berempati

03 Des 2025, 18:39 WIBNews