Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ultah 100 Tahun, Ahmadiyah Gelar Tafsir Al-Quran dan Aksi Lingkungan

Jemaah Ahmadiyah saat melaksanakan ba’iat internasional sebagai penanda berakhirnya Jalsah Salanah UK 2023. (khalifatulmasih.org)

Jakarta, IDN Times - Dalam rangka ulang tahun ke-100, Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) meluncurkan program perayaan Tasyakur 100 Tahun Muslim Ahmadiyah Indonesia, yang dikemas dalam media gathering dan silaturahmi tokoh nasional di Jakarta, Jumat, 21 Maret 2025.

Selama 2025, Ahmadiyah Indonesia akan fokus pada dua program besar, yaitu Kajian Al-Quran dan Gerakan Kesadaran Lingkungan. Berbagai program turunan dari dua isu besar ini akan diselenggarakan selama 2025, dengan menggandeng berbagai kelompok masyarakat di Indonesia baik kelompok intelektual, organisasi masyarakat sipil, kelompok agama, pemuda, perempuan, hingga pemerintah, sebagai bagian dari inklusi kontribusi Ahmadiyah untuk negeri.

"Nanti puncak acaranya pada Desember 2025. Acara hari ini sebagai silaturahmi dari berbagai kelompok yang selama ini berkolaborasi melakukan kegiatan-kegiatan inklusi dengan berbagai jaringan. Ada jaringan pemuda, jaringan perempuan, NGO, kelompok agama ada dari PGI, Hindu, Budha, Kementerian Agama. Ada juga mantan Menag Lukman Hakim dan Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Fajar Riza Ul Haq, tapi karena beliau ada acara di tempat lain jadi berhalangan hadir," kata Sekretaris Pers Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Yendra Budiana, Jumat.

1. Ahmadiyah ingin menegaskan kontribusi pada bangsa Indonesia sejak lama

Para pemuda Ahmadiya dari Hindia Belanda (Indonesia) bersama Hazrat Khalifatul Masih II ra, Qadian (Dok. ahmadiyah.id)

Yendra menjelaskan program Tasyakur 100 Tahun Muslim Ahmadiyah Indonesia untuk menegaskan kembali kontribusi muslim Ahmadiyah pada bangsa Indonesia, yang dilakukan sejak lama. 

"Jadi program 100 tahun Ahmadiyah, pertama kami ingin menegaskan kembali kebangsaan dari kelompok Ahmadiyah, baik ke internal maupun ke publik, karena sejatinya sejak sebelum Indonesia merdeka, Ahmadiyah sudah terlibat aktif dalam pendirian bangsa ini, negara ini, misalnya tuan Maulana Muhammad Sadiq Sahib, mubalig Ahmadiyah saat itu," ujar dia.

Menurut Yendra, dia satu-satunya orang asing yang mendapat penghargaan dari pemerintah Indonesia, dari Sukarno saat itu, karena jasanya dalam penerangan atau memperkuat kemerdekaan Indonesia.

"Jadi beliau saat itu kepanjangan dari khalifah Ahmadiyah, yang memerintahkan seluruh jemaah Ahmadiyah di seluruh dunia agar menyarakan pengakuan kemerdekaan Indonesia. Karena rata-rata mubalig Ahmadiyah saat itu menguasai bahasa Inggris dan Arab, jadi tentunya memiliki akses," ujar dia.

Selain itu, lanjut Yendra, khalifah Ahmadiyah menyerukan seluruh pengikut Ahmadiyah puasa Senin-Kamis agar tercapainya pengakuan bangsa Indonesia. "Nah, Sekretaris Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia itu orang Ahmadiyah, tuan Raden Muhyidin. Kemudian beliau diculik Belanda dan tidak diketahui rimbanya. Karena itu, Ahmadiyah organisasi keagamaan yang tidak berpolitik dan tidak boleh berpolitik, tetapi memiliki komitmen memberikan kontribusi di mana Ahmadiyah itu berada," lanjutnya.

2. Menyampaikan kembali fakta-fakta tentang Ahmadiyah yang keliru

Presiden pertama Indonesia, Dr. IR Sukarno (kiri) bertemu dengan mubaligh Ahmadiyah di Indonesia, Syed Shah Muhammad Sahib dan Hafiz Qudratullah Sahib (Dok. ahmadiyah.id)

Yendra mengatakan rangkaian program 100 Tahun Ahmadiyah juga untuk menyampaikan kembali fakta-fakta tentang Ahmadiyah yang sering kali menjadi salah paham kepada publik. Pertama, kata dia, Ahmadiyah seakan-akan baru ada sejak peristiwa 2005 sampai sekarang, padahal sudah ada sejak 1925.

"Kedua, untuk menyampaikan kepada publik bahwa kitab suci Ahmadiyah disangkanya selama ini adalah Tadzqirah, padahal faktanya sebagaimana disampaikan narasumber acara ini dan peneliti juga bahwa Ahmadiyah sejak awal kitab sucinya ya Al-Quran," kata dia.

Bahkan, kata Yendra, para tokoh pendiri bangsa Indonesia banyak belajar Islam melalui terjemahan Al-Quran Amhadiyah, karena pada saat itu Al-Quran berbahasa Inggris dan Belanda hanya milik Ahmadiyah. Di sisi lain, kata dia, karena mungkin secara intelektual penerjemahan Ahmadiyah itu dikenal sangat rasional.

"Dari sana mereka (para pendiri bangsa) belajar tentang konsep misalnya pemisahan antara negara dan agama, seperti itu," ujar dia.

"Jadi kami menyampaikan kepada publik tentang fakta yang selama ini menjadi salah paham tentang kitab suci Ahmadiyah disangka Tadzqirah padahal Al-Quran. Bahkan Kementerian Agama memakai terjemahan Al-Quran Ahmadiyah pada 1965. Bahkan sampai sekarang masih dikutip pengantar mempelajari Al-Quran," tegas Yendra.

Ketiga, Yendra melanjutkan, Ahmadiyah ingin menyampaikan apa yang dilakukan selama ini baik pemerintah atau mungkin mereka yang tidak tahu Ahmadiyah, tidak membuat kelompok Ahmadiyah berhenti, putus asa, atau bahkan membenci.

"Kita tetap semangat, tidak putus asa, dan selalu memberikan kontribusi yang terbaik kepada bangsa dan negara serta masyarakat Indonesia, sesuai dengan motto kami Love for All, Hatred for None (Kecintaan untuk Semua dan Kebencian Tidak untuk Siapapun)," kata dia.

3. Program aksi nyata untuk Indonesia: Gerakan moral dan lingkungan

Sekretaris Pers Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Yendra Budiana. (IDN Times/Rochmanudin)

Pada program 100 Tahun, Ahmadiyah juga menggelar aksi nyata kegiatan sosial masyarakat. Yendra mengatakan, Ahmadiyah punya target 100 Kampung Donor Darah dan 100 Kampung Donor Mata.

"Tapi kita targetnya ingin lebih banyak dari ini. Saat ini kita punya 15.000 pendonor mata tapi kebutuhan 1 juta. Jadi kita ingin bukan saja Ahmadiyah yang mendonor mata, tapi juga meng-influence kelompok masyarakat yang lain agar mereka menjadi bagian solusi untuk mereka yang ingin melihat, sehingga lebih banyak lagi yang mendonorkan mata. Ramadan tahun lalu kita melakukan gerakan donor darah 100 titik yang dihadiri Wali Kota Tangerang Selatan," ujar dia.

Sebenarnya, menurut Yendra, secara strategis dalam rangka 100 tahun Ahmadiyah, program ini dikemas dalam dua hal. Pertama, kajian Al-Quran yang membahas tentang sesuatu yang bisa berdampak pada bangsa, misalnya soal sikap mental korup yang selama ini terjadi di Indonesia.

Kedua, mendorong terkait mental korup itu dengan gaya hidup sederhana. Di Ahmadiyah ada yang terkenal dengan ajaran hidup sederhana, bukan sederhana hanya dalam hal keuangan tetapi juga dalam gaya hidup.

"Jadi hidup harus sederhana untuk diri sendiri dan maksimal untuk orang lain. Itu yang akan kami angkat," kata Yendra.

Selain itu, Yendra menyebut, Ahmadiyah akan melakun terjemahan Al-Quran. Di Indonesia Ahmadiyah punya banyak terjemahan Al-Quran berbahasa lokal. Saat ini mereka punya terjemahan bahasa Sunda, Jawa, Bali, hingga Batak.

"Kita akan memasuki terjemahan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia. Mungkin Madura menjadi prioritas dalam waktu dekat," kata dia.

Selain itu, Yendra mengatakan, pada Agustus 2025, Ahmadiyah akan menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Quran kelas tahfis Quran.

Tak hanya itu, dalam gerakan sosial, Ahmadiyah juga akan mengemas 100 Tahun Ahmadiyah dengan mengkampanyekan Clean City yang bukan saja bersih sacara fisik, tetapi juga menghilangkan tentang kebencian.

"Karena sering kali masalah muncul karena salah sangka dengan orang lain. Clean yang kedua adalah sikap mental, karena masalah bangsa dan generasi penerusnya adalah masalah mental. Itu yang kiranya menjadi fokus kami di acara 100 Tahun Ahmadiyah untuk berkontribusi dalam membantu menyelesaikan masalah bangsa, karena tidak mungkin menyelesaikan masalah bangsa sendiri. Karena agama seharusnya menjadi yang terdepan menyelesaikan masalah moral bangsa," ujar Yendra.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us