Waspada! Positivity Rate COVID-19 di Indonesia Mendekati 15 Persen

Rekor kasus harian COVID-19 di Indonesia tembus 20 ribu

Jakarta, IDN Times - Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, mengungkapkan angka positivity rate di Indonesia sudah mendekati 15 persen, atau tepatnya berada di level 14,64 persen pada minggu ketiga Juni 2021. Angka ini lebih tinggi jauh dari standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 5 persen.

Oleh sebab itu, menurutnya tingginya angka positivity rate perlu diwaspadai dan semaksimal mungkin dikendalikan. Berkaca pada dua minggu pertama di Januari 2021, positivity rate di Indonesia pernah mencapai angka tertinggi, yakni sebesar 28,25 persen.

“Rentang waktu 14 hari adalah yang paling efektif dalam penentuan langkah intervensi kebijakan selanjutnya, karena rentang yang terlalu singkat atau terlalu lama seperti harian atau dua bulanan dapat mengaburkan situasi yang sebenarnya terjadi di lapangan,” jelas Wiku dalam keterangan resmi Satgas COVID-19, Jumat (25/6/2021).

Baca Juga: [BREAKING] Pecah Rekor Tertinggi! Kasus COVID-19 Bertambah 20.574

1. Satgas COVID-19 minta positivity rate dilihat dengan bijak

Waspada! Positivity Rate COVID-19 di Indonesia Mendekati 15 PersenIlustrasi corona. IDN Times/Arief Rahmat

Meski begitu, Wiku meminta semua pihak melihat positivity rate ini dengan bijak dan tidak salah menafsirkan keadaan. Ia menjelaskan, positivity rate ditentukan dari jumlah orang yang diperiksa.

OIeh sebab itu, ada beberapa kondisi yang mempengaruhi akurasinya, salah satunya terbatasnya sumber daya dan akses pada fasilitas tes. Hal ini menurutnya disebabkan penggunaan fasilitas tes diprioritaskan untuk yang sudah memiliki gejala atau kontak erat.

Maka dari itu, ia mengatakan, kemungkinan hasil tes cenderung menunjukkan positif COVID-19. Sebab, sudah dikerucutkan pada kelompok orang yang memang memiliki gejala atau kontak erat. 

“Di Indonesia, pada umumnya orang sehat tidak menjalani tes COVID-19, dan hal ini dapat mempengaruhi angka positivity rate menjadi tinggi”, terangnya.

Baca Juga: Tetap Waspada! Kasus Aktif COVID-19 Naik 11.018 Hari Ini

2. Akses tes COVID-19 harus diperluas

Waspada! Positivity Rate COVID-19 di Indonesia Mendekati 15 PersenIlustrasi corona. IDN Times/Mardya Shakti

Sebagai upaya menangani COVID-19, Wiku berharap akses tes COVID-19 semakin luas, sehingga masyarakat bisa menjangkaunya. Apalagi, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.01.07/MENKES/446/2021 yang menetapkan penggunaan rapid test antigen sebagai salah satu metode dalam pemeriksaan COVID-19.

Ia mengatakan, rapid test antigen ini lebih terjangkau dibandingkan tes PCR, sehingga bisa dijangkau masyarakat.

“Tentu, ini mempertimbangkan antigen jauh lebih cepat dan murah, dengan akurasi mendekati tes PCR. Antigen digunakan untuk melacak kontak erat, penegakan diagnosis dan skrining COVID-19 dengan kondisi tertentu seperti menghadiri kegiatan atau sebagai syarat bila seseorang ingin melakukan perjalanan,” ungkap Wiku. 

Baca Juga: Kasus COVID-19 Jakarta Tambah 7.505, Rekor Pecah Lagi!

3. Akurasi alat tes COVID-19 harus dijaga

Waspada! Positivity Rate COVID-19 di Indonesia Mendekati 15 PersenIlustrasi corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Wiku mengingatkan akurasi alat tes COVID-19, terutama tes antigen dan PCR yang diakui pemerintah, harus dijaga. Sebab, ada beberapa situasi yang dapat menurunkan efektivitas tes antigen, seperti penggunaan antigen yang tidak dikonfirmasi dengan tes PCR pada orang dengan kemungkinan terinfeksi atau kontak erat.

Begitu juga dengan penggunaan antigen yang tidak sesuai mutu standar WHO, dan pengambilan sampel swab yang tidak sesuai prosedur seperti di sepertiga hidung anterior dapat berdampak pada penurunan efektivitas tes antigen.

Wiku membeberkan, dalam pemeriksaan nasional yang dilakukan sejak minggu keempat Februari 2021, menunjukkan peningkatan tes antigen yang sedikit lebih tinggi daripada PCR. Beriringan dengan itu, jumlah orang yang diperiksa oleh PCR tidak berkurang jumlahnya. Artinya, pemeriksaan PCR memang tidak dikurangi di lapangan. 

“Menyikapi keadaan ini, saya meminta kepada seluruh pemerintah daerah untuk memastikan penggunaan antigen yang tetap pada fungsinya dan dengan metode yang tepat. Apabila pada kasus yang perlu konfirmasi PCR, maka harus diteruskan dengan tes PCR agar hasilnya lebih akurat,”ucapnya.

Meski begitu, Wiku meminta pemeriksaaan dengan metode PCR tetap dimasifkan walaupun telah ada metode rapid test antigen. 

“Ingat, PCR tetap menjadi gold standard atau standar tertinggi pemeriksaan COVID-19,” tandas Wiku.   

Baca Juga: Anies: Jakarta Siap Hadapi Segala Kondisi COVID, Tapi Jangan Takabur

Topik:

  • Jihad Akbar
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya