Wamendikdasmen: Alam Punya Logika Sendiri, Diperlakukan Tanpa Logika

- Program AIED dan School of Biodiversity mengubah cara manusia memahami hubungan dengan lingkungan.
- Forum Seameo Biotrop menjadi momentum penting untuk meninjau kembali capaian pembelajaran dan kesadaran interaksi yang keliru dengan alam.
- Tema forum "Innovations and Partnership for Transforming Biodiversity Education and Sustainable Future" selaras dengan kebijakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, mengatakan pentingnya mengembalikan kesejatian interaksi antara manusia dan alam. Menurutnya, berbagai musibah yang terjadi belakangan ini menjadi pengingat bahwa manusia kerap memperlakukan alam tanpa memahami logikanya.
“Alam memiliki logikanya sendiri, sedangkan kita sering kali memperlakukannya tanpa logika yang seharusnya. Mudah-mudahan program dan kiprah dari Biotrop ini dapat mengembalikan kesejatian interaksi antara kita dengan alam,” ujar Atip dalam sambutannya dalam kegiatan Seameo Biotrop Outlook 2025-2026 di Gedung Kemendikdasmen, Rabu (10/12/2025).
1. Program yang bisa ubah cara manusia memahami hubungan pada lingkungan

Atip menyoroti dua program Seameo Biotrop yang menjadi pilar kuat inovasi pembelajaran ekologis, yaitu Agro Eco Edu Tourism (AIED), serta School of Biodiversity.
"Kedua program ini bukan hanya memperkenalkan pendekatan pembelajaran yang baru, tapi juga mengubah cara siswa, guru, dan masyarakat memahami hubungan antara manusia dan lingkungan," katanya.
2. Mengetuk kembali kesadaran interaksi yang keliru dengan alam

Atip menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Seameo Biotrop atas penyelenggaraan forum tersebut. Ia menyebut kegiatan ini menjadi momentum penting untuk meninjau kembali capaian pembelajaran, sekaligus menata arah strategis pendidikan biodiversitas dan keberlanjutan di Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara.
"Ini sangat penting sekali sebagaimana yang kita saksikan musibah yang cukup besar, antara lain mengetuk kembali kesadaran kita adanya interaksi yang keliru antara kita dengan lingkungan, dengan alam," katanya.
3. Pentingnya literasi sains dan karakter

Forum tahun ini mengusung tema “Innovations and Partnership for Transforming Biodiversity Education and Sustainable Future.” Tema tersebut, kata Atip, sangat selaras dengan arah kebijakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah sebagaimana diatur dalam Permendikdasmen Nomor 10 Tahun 2025 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
"Regulasi tersebut menekankan pentingnya literasi sains, karakter, pembelajaran kontekstual, dan kemitraan berbasis riset sebagai pilar utama transformasi pendidikan," katanya.

















