Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Wapres: Berpikir Sempit Sebabkan Negara Berpenduduk Muslim Tertinggal

ANTARA/Jessica Helena Wuysang/ama

Jakarta, IDN Times - Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan cara berpikir sempit adalah penyebab negara mayoritas penduduk Muslim mengalami ketertinggalan, khususnya di sektor ekonomi. Hal itu dikenal sebagai underdeveloped country.

"Hal itu yang menjadi salah satu penyebab mengapa banyak negara berpenduduk Muslim masih tergolong underdeveloped country dan mengalami ketertinggalan dalam bidang ekonomi, pendidikan, iptek, dan bidang lainnya," kata Ma’ruf dalam Seminar Internasional berjudul Membangun Peradaban Islam Berbasis Masjid secara daring, seperti dikutip dari ANTARA, Kamis (11/2/2021).

1. Ma'ruf contohkan kelompok yang anggap pandemik COVID-19 konsprirasi

Petugas mengecek proses swab test yang baru dilakukan dari seorang tenaga medis. IDN Times/Candra Irawan

Ma'ruf mencontohkan perilaku berpikir sempit yang muncul akhir-akhir ini yaitu, adanya kelompok yang menganggap pandemik COVID-19 sebuah konspirasi elite global. Menurutnya, pemikiran tersebut menghambat penanganan pandemik.

Ia menegaskan cara berpikir sempit akan menghambat dan kontraproduktif dalam upaya membangun kembali peradaban Islam.

"Contoh sederhana cara berpikir sempit adalah tidak percaya bahwa COVID-19 adalah nyata atau percaya pada teori-teori konspirasi, tanpa mencoba untuk memahami fenomena dengan akal sehat dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan," ujarnya.

2. Berpikir sempit bisa munculkan radikalisme

Ilustrasi (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Ma'ruf juga mengatakan cara berpikir sempit merupakan salah satu penyebab munculnya radikalisme, egois dan tidak mau menghargai perbedaan. Jika hal itu terus dibiarkan, ia menilai, dapat merusak tatanan kehidupan negara yang toleran.

Oleh karena itu, ia mengajak umat Islam di Tanah Air untuk tidak berpikir sempit.

"Cara berpikir sempit juga bisa melahirkan pola pikir yang menyimpang dari arus utama atau bahkan menjadi radikal yang dapat menjustifikasi kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Karena itu, saya tidak ingin umat Islam, ikut dalam arus berpikir sempit, seperti fenomena yang muncul belakangan ini," katanya.

3. Cara berpikir jadi kunci utama kemajuan peradaban

Ilustrasi - Umat muslim menunaikan ibadah salat Idul Adha di Masjid Al Azhar, Jakarta. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/pras.)

Cara berpikir, ia mengatakan, merupakan kunci utama yang menentukan kemajuan atau kemunduran suatu peradaban. Sehingga, cara berpikir yang harus diutamakan umat Islam dalam mengamalkan ajaran agama ialah wasathy atau moderat.

"Bagi saya, cara berpikir yang moderat dan dinamis tersebut berarti bahwa kita tidak bisa hanya memahami secara tekstual pada teks semata serta menolak perkembangan ilmu pengetahuan," katanya.

4. Umat Islam tidak bisa bergantung pada ilmu pengetahuan dalam menyikapi kehidupan

Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin (ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Meski begitu, ia mengingatkan umat Islam tidak bisa bergantung pada ilmu pengetahuan dalam menyikapi kehidupan sehari-hari. Sebab, hal itu akan menimbulkan pola pikir liberal.

"Dengan demikian, cara berpikir Islami itu tidak tekstual dan tidak liberal, la tektualiyan wala liberaliyan, tetapi moderat, wasathiyan atau tawassuthiyan," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aldzah Fatimah Aditya
EditorAldzah Fatimah Aditya
Follow Us