11 Tentara Amerika Serikat Gegar Otak Akibat Serangan Misil Iran

Baghdad, IDN Times - Sebanyak 11 tentara Amerika Serikat dirawat karena menunjukkan gejala-gejala gegar otak setelah Iran meluncurkan kurang lebih 22 misilnya ke pangkalan militer Irak di Al Asad. Pangkalan tersebut dipakai oleh militer Amerika Serikat yang bertugas di Irak.
Sebelumnya, Amerika Serikat mengatakan bahwa tak ada anggota pasukan militer mereka yang terluka karena serangan tersebut. Beberapa pejabat tinggi memuji CIA dan sistem peringatan dini di Al Asad sebagai faktor yang berkontribusi terhadap keselamatan para tentara.
1. Mereka diketahui terluka setelah ada asesmen

Dilansir dari USA Today, Komando Pusat Amerika Serikat di kawasan mengatakan dalam sebuah pernyataan resmi bahwa "ada beberapa yang sedang dirawat akibat gejala gegar otak dari ledakan dan masih diperiksa sampai saat ini". Mereka diketahui terluka setelah prosedur asesmen dilaksanakan begitu serangan Iran berhenti.
"Sebagai prosedur standar, seluruh personel yang berada di sekitar lokasi ledakan diperiksa apakah ada luka trauma otak, dan jika dipandang tepat kemudian dipindahkan ke tempat perawatan lebih tinggi," tulis pernyataan tersebut, seperti dilaporkan Defense One.
2. Mereka dipindahkan ke lokasi lain

Begitu mendapatkan asesmen awal, 11 anggota satuan militer Amerika Serikat langsung dibawa keluar dari Al Asad untuk menerima perawatan lebih baik. "Saat ini, delapan orang sudah dipindahkan ke Landstuhl, dan tiga lainnya ke Camp Arifjan," bunyi pernyataan tersebut.
Landstuhl sendiri merujuk kepada rumah sakit militer di Jerman yang dioperasikan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Sedangkan Camp Arifjan berada di Kuwait dan merupakan instalasi militer yang digunakan oleh Angkatan Udara, Angkatan Laut serta Marinir Amerika Serikat.
3. Donald Trump mengatakan tak ada korban dari serangan Iran

Pada pagi setelah serangan, Trump mengatakan kepada para reporter bahwa dari pihak Amerika Serikat "tidak ada korban, semua tentara kami aman, dan hanya ada kerusakan minimal di pangkalan militer".
Serangan Iran tersebut adalah untuk membalaskan pembunuhan terhadap Qassem Soleimani, pimpinan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), oleh Amerika Serikat pada 3 Januari. Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, mengatakan melalui Twitter bahwa negaranya takkan melakukan serangan lagi.
Sedangkan para pejabat tinggi Amerika Serikat masih belum bisa menjelaskan alasan spesifik dan disertai bukti tentang mengapa Soleimani harus dibunuh. Trump mengklaim Soleimani memberikan ancaman nyata terhadap keselamatan warga Amerika Serikat, tapi tidak jelas ancaman apa yang dimaksud.
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb