3 Fakta Bangunan Runtuh di Aleppo Suriah yang Tewaskan 16 Orang

Jakarta, IDN Times - Sebuah bangunan runtuh di Aleppo, Suriah utara, pada Minggu (22/1/2023). Insiden tersebut menewaskan 16 orang, termasuk di antaranya anak-anak dan empat orang luka-luka, dilansir AP News.
Lokasi reruntuhan berada di distrik Sheikh Maksoud, yang sebagian besar dihuni oleh Kurdi Suriah di bawah kendali Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang didukung oleh Amerika Serikat (AS).
1. Puluhan petugas penyelamat dikerahkan
Bangunan berlantai lima, yang menampung sekitar 30 orang, runtuh dalam semalam karena kebocoran air sehingga melemahkan struktur fondasi bangunan.
Kemungkinan jumlah korban bisa saja bertambah, karena petugas penyelamat masih melakukan operasi pencarian yang diyakini masih terkubur di bawah reruntuhan.
Berdasarkan rekaman video yang dibagikan di televisi pemerintah, terlihat puluhan petugas penyelamat berada di lokasi kejadian. Bor dan buldoser pun dikerahkan untuk membantu petugas menggali puing-puing guna mencari korban yang yang tersisa.
2. Pemerintah Suriah dituding tidak memihak pemulihan wilayah
Pihak oposisi Suriah menuding pemerintahan Presiden Bashar al-Assad menahan layanan dari distrik-distrik tempat pemberontakan terhadap pemerintahannya, guna menghukum penduduk setempat.
Pemerintah Suriah selama bertahun-tahun telah melarang masuknya bahan-bahan dasar untuk memperbaiki bangunan. Rezim Assad disebut menghalangi upaya untuk menstabilkan dan memulihkan kehidupan di wilayah itu.
Bahkan menurut penduduk setempat, dalam banyak kasus, mereka justru yang yang membayar dan melakukan renovasi bangunan yang rusak karena perang.
Namun, Suriah mengklaim bahwa pihaknya tidak memperlakukan daerah yang telah direbut itu secara berbeda dengan wilayah yang tetap berada di bawah kendalinya selama perang. Suriah menganggap bahwa pihaknya sedang memulihkan layanan normal ke semua daerah, dilansir Reuters.
3. Dampak Perang Suriah

Aleppo merupakan kota terbesar kedua di Suriah. Sebelum perang berkecamuk, Aleppo merupakan pusat komersial di negara itu.
Namun, perang yang dipicu oleh konflik internal Suriah pada 2011 telah menewaskan ratusan ribu orang dan menelantarkan separuh dari 23 juta populasi negara itu sebelum perang.
Banyak warga Suriah terpaksa harus meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke bangunan yang strukturnya tidak kokoh, yang rawan runtuh.
Tidak ada rekonstruksi sistematis daerah pemukiman yang hancur atau rusak selama konflik terjadi. Bahkan, layanan negara tetap minim.
Menurut laporan Straits Times, runtuhnya bangunan pada Minggu bukanlah yang pertama, sebab pada September lalu sebuah bangunan runtuh di lingkungan Ferdaws di Aleppo. Insiden tersebut memakan 10 korban jiwa, termasuk tiga anak-anak.
Lainnya, pada Februari 2019, apartemen yang rusak imbas perang juga runtuh. Sebanyak 11 orang dilaporkan tewas, termasuk empat anak-anak.