Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Konflik Global yang Diprediksi Berlanjut di Masa Depan

Arsip - Pasukan IDF setelah pertempuran di Lebanon pada Agustus 2006. (commons.wikimedia.org/Israeli Defence Forces Spokesperson's Unit)
Intinya sih...
  • Perang adalah keniscayaan dalam sejarah hubungan internasional, dengan konflik global yang berdampak luas.
  • Invasi Rusia ke Ukraina memicu ketegangan global dan sanksi ekonomi, sementara hubungan China-Taiwan dan Laut China Selatan juga mengancam perdagangan dunia.
  • Konflik Israel-Palestina dan Israel-Iran dapat berkembang menjadi konflik regional atau global yang mengganggu stabilitas politik dan ekonomi dunia.

Jakarta, IDN Times - Dunia tidak pernah benar-benar damai. Pemikir Hubungan Internasional aliran realisme, Hans J Morghentau, bahkan mengatakan bahwa perang adalah sebuah keniscayaan.

Sejak Perang Dunia II berakhir, berbagai konflik masih terus terjadi, baik dalam skala kecil maupun besar. Beberapa di antaranya berakar pada sejarah panjang persaingan geopolitik, sementara yang lain muncul akibat perebutan sumber daya, ideologi, atau bahkan agama.

Seiring waktu, konflik-konflik ini tidak hanya memengaruhi negara yang terlibat langsung, tetapi juga membawa dampak global. Dari ketegangan di Timur Tengah hingga perebutan kekuasaan di Asia-Pasifik, beberapa konflik berpotensi memicu perang yang lebih luas jika tidak segera diredam.

Berikut adalah lima konflik global yang masih berlangsung dan berpotensi memperburuk ketegangan dunia dalam waktu dekat.

1. Perang Rusia dan Ukraina

Pasukan militer Rusia. (commons.wikimedia.org/Mil.ru, free to use)

Invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 menjadi salah satu perang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. Konflik ini bukan hanya tentang Rusia dan Ukraina, tetapi juga melibatkan kepentingan negara-negara Barat, terutama NATO dan Uni Eropa.

Banyak negara Barat, terutama Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, memberikan bantuan militer dan ekonomi kepada Ukraina dan membuat konflik semakin kompleks. Sanksi ekonomi terhadap Rusia juga menyebabkan ketegangan global, memicu inflasi dan krisis energi di berbagai negara.

Kendati belakangan kedua pihak diisukan bakal mulai pembicaraan damai, pakar menilai perdamaian itu tak akan menghasilkan kesepakatan yang efektif.

Dilansir The Guardian, Asisten Profesor Ilmu Politik Universitas Toronto, Olga Chyzh, mengatakan dominasi AS dalam perundingan hanya akan memberikan Rusia kesempatan melemahkan Ukraina dan NATO. Situasi ini pada akhirnya akan mengganggu perimbangan kekuasaan di wilayah itu.

2. Ketegangan China dan Taiwan

Ilustrasi bendera Taiwan. (unsplash.com/Roméo A.)

Hubungan antara China dan Taiwan selalu tegang. Dalam beberapa tahun terakhir, situasinya semakin memanas. China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak menutup kemungkinan menggunakan kekuatan militer untuk menyatukan kembali pulau tersebut.

Dilansir News Week, beberapa pihak bahkan telah memperkirakan bahwa China akan menginvasi Taiwan pada 2025 atau 2027. AS sebagai sekutu Taiwan, berulang kali menyatakan akan mendukung pulau tersebut jika China melakukan invasi.

Jika konflik ini pecah, dampaknya akan sangat besar, terutama karena Taiwan adalah salah satu produsen utama chip semikonduktor di dunia. Gangguan di sektor ini bisa menyebabkan krisis ekonomi global yang serius.

3. Ketegangan di Laut China Selatan

Kapal AS (kiri) dan Filipina (kanan) sedang mengadakan patroli di Laut China Selatan. Foto diambil 31 Juli 2024. (commons.wikimedia.org/Aaron-Matthew)

Laut China Selatan adalah salah satu wilayah paling diperebutkan di dunia. China mengklaim hampir seluruh perairan ini melalui Nine-Dash Line. Tetapi negara-negara seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia juga memiliki klaim atas bagian tertentu dari wilayah ini.

Ketegangan meningkat karena China terus membangun pulau buatan dan menempatkan fasilitas militer di perairan yang disengketakan. Filipina, dengan dukungan AS, semakin berani menantang klaim China, yang meningkatkan risiko bentrokan antara kapal militer kedua negara.

Dilansir DW, jika konflik ini meledak, dampaknya akan sangat besar bagi perdagangan global. Sebab, Laut China Selatan adalah jalur pelayaran utama yang mengangkut hampir 40 persen perdagangan dunia.

4. Konflik Israel dan Palestina

Pasukan Israel Defence Force atau IDF. (commons.wikimedia.org/IDF Spokesperson's Unit)

Konflik Israel-Palestina adalah salah satu konflik terpanjang dalam sejarah modern. Ketegangan antara kedua pihak semakin meningkat setelah serangan besar-besaran Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023 yang memicu respons militer besar dari Israel di Gaza.

Serangan udara, blokade, dan bentrokan di Tepi Barat terus memperburuk kondisi kemanusiaan. Banyak negara mengecam tindakan Israel, sementara negara-negara Barat seperti AS terus memberikan dukungan militer kepada Tel Aviv.

Konflik ini juga berpotensi melibatkan kekuatan regional seperti Iran, Hizbullah di Lebanon, dan kelompok milisi di Irak dan Suriah.

Jika eskalasi terus berlanjut, perang ini bisa berkembang menjadi konflik regional yang lebih besar dan mengancam stabilitas Timur Tengah secara keseluruhan.

5. Konflik Israel dan Iran

Ilustrasi bendera Iran (unsplash.com/mostafa meraji)

Konflik regional lainnya yang kini semakin memanas terjadi antara Israel dan Iran. Belakangan, Israel bahkan merencanakan serangan ke Iran yang menyasar fasilitas nuklir.

Nuklir merupakan inti dari konflik kedua pihak di wilayah ini. Israel khawatir, Iran mengembangkan senjata nuklir dari hasil pemurnian uraniumnya. Di sisi lain, Iran juga melihat Israel sebagai sebuah ancaman.

Dilansir Al Jazeera, konflik dua negara adidaya di Timur Tengah ini berisiko mengganggu stabilitas kawasan secara keseluruhan. Keterlibatan proksi Iran, serta dukungan negara Barat terhadap Israel akan memicu konflik regional, bahkan global secara berkelanjutan.

Tak hanya berdampak secara geopolitik, konflik ini juga akan mempengaruhi ekonomi global termasuk di sektor perminyakan. Sebab, Iran adalah pemasok utama minyak dunia. Hal ini berisiko membuat negara importir minyak menanggung beban konflik tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us