Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Amerika Serikat Menjadi Negara Pertama  Menerapkan "Rekomposisi"

twitter.com/thehill

Washington D.C., IDN Times - Amerika Serikat dikabarkan akan menjadi negara pertama yang menerapkan "rekomposisi" atau kompos manusia. Ini merupakan salah satu opsi selain menguburkan atau melakukan kremasi ketika manusia meninggal. Bagaimana awal ceritanya?

1. Ini adalah cara yang lebih murah dan ramah lingkungan

twitter.com/CityLab

Dilansir dari Nbcnews.com, ketika orang-orang meninggal sebagian besar memilih untuk dikuburkan atau dikremasi. Negara bagian Washington akan menjadi negara bagian sekaligus wilayah pertama di dunia yang mengizinkan opsi lain, yakni pengomposan manusia. Pendekatan baru, yang juga dikenal dengan "rekomposisi", melibatkan penempatan tubuh dalam sebuah kapal dan mempercepat dekomposisi mereka menjadi tanah padat yang kaya nutrisi, sehingga kemudian dapat dikembalikan ke keluarga.

Tujuannya adalah cara yang lebih murah dalam menangani sisa-sisa manusia yang lebih baik bagi lingkungan ketimbang penguburan, yang dapat melepaskan bahan kimia ke dalam tanah, atau kremasi, yang melepaskan karbon dioksida di bumi. "Orang-orang dari seluruh negara bagian yang menulis kepada saya sangat gembira tentang prospek menjadi pohon atau memiliki alternatif yang berbeda untuk diri mereka sendiri," ungkap pernyataan dari Senator dari Demokrat asal Washington D.C., Jamie Pedersen, seperti yang dikutip dari Nbcnews.com.

RUU Rekomposisi juga akan menjadikan Washington menjadi negara bagian ke-17 yang memungkinkan hidrolisis alkali dan pelarutan tubuh dalam bejana bertekanan dengan air serta alkali sampai tinggal sisa cairan dan tulang. Pedersen juga berencana untuk memperkenalkan RUU tersebut ketika sesi legislatif akan dimulai pada bulan Februari 2019 ini.

Pedersen melihat rekomposisi sebagai masalah lingkungan dan keadilan sosial. Dia mengatakan membiarkan rekomposisi yang akan bermanfaat bagi orang-orang yang tidak mampu membayar pemakaman atau tidak nyaman dengan kremasi.

Rekomposisi bertujuan untuk menarik 5.500 dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp77,4 juta untuk layanannya, sementara penguburan tradisional umumnya menelan biaya lebih dari 7.000 dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp98,5 juta pada tahun 2017, seperti yang dilaporkan pihak Asosiasi Direktur Pemakaman Nasional. Kremasi dapat berharga kurang dari 1.000 dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp14 juta, meskipun itu tidak termasuk layanan atau guci.

2. Ide untuk rekomposisi datang pada tahun 2013 lalu dari seorang mahasiswi perguruan tinggi

medium.com

Ide untuk mengusulkan rekomposisi datang dari seorang desainer yang berasal dari Seattle bernama Katrina Spade. Ketika itu, ia bermulai pada ide tersebut pada tahun 2013 lalu saat mengerjakan tesis miliknya di University of Massachusetts Amherst. "Kami benar-benar hanya memiliki dua opsi yang mudah diakses di Amerika Serikat yakni kremasi dan penguburan.

"Dan pertanyaannya adalah mengapa kita hanya memiliki dua pilihan dan bagaimana jadinya jika kita memiliki selusin?" ungkap pertanyaan dari Katrina Spade yang dikutip dari Nbcnews.com. Tujuan awal Spade sebenarnya adalah merancang sistem yang akan mengembalikan koneksi orang ke kematian dan akibatnya, yang katanya sebagian telah diputus oleh industri pemakaman.

Seorang teman memperkenalkan praktek pertanian kompos ternak mereka setelah mereka mati. Praktek ini disebut dengan pengomposan mortalitas karena praktek ini telah terbukti menjaga patogan agar tidak mencemari tanah sekaligus menciptakan tanah yang lebih kaya. 

"Itu seperti bola lampu padam dan saya mulai membayangkan sistem yang menggunakan prinsip-prinsip yang sama dengan pengomposan mortalitas yang akan bermakna dan sesuai untuk manusia," ungkap penjelasan Katrina Spade seperti yang dikutip dari Nbcnews.com. Kini, ia bekerja dengan para peneliti di Western California University dan Washington State University.

3. Hasil penelitian menunjukkan rekomposisi ini dinyatakan aman

twitter.com/edmundson_jim

Pada bulan Agustus 2018 lalu, penelitian mengenai rekomposisi telah berakhir dan dinyatakan aman yang dipimpin oleh peneliti Lynne Carpenter Boggs, perwakilan asosiasi profesor pertanian berkelanjutan dan organik di Washington. Hasil dari penelitian ini akan diserahkan dan dipublikasikan pada tahun 2019 ini.

Namun, menurut hasil penelitian rekomposisi tidak untuk semua orang, beberapa patogen seperti bakteri yang menyebabkan antraks, diketahui dapat bertahan hidup dari pengomposan pada hewan, sehingga keamanan rekomposisi akan bergantung pada pengecualian orang dengan penyakit tertentu. "Keuntungan yang saya lihat sebagai ilmuwan tanah dan ilmuwan lingkungan adalah bahwa ia relatif rendah dalam penggunaan sumber daya dan juga menciptakan produk seperti tanah atau kompos yang membantu menyimpan karbon," ungkap pernyataan dari Lynne Carpenter Boggs seperti yang dikutip dari Nbcnews.com.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Christ Bastian Waruwu
EditorChrist Bastian Waruwu
Follow Us