Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Anak-anak di Gaza Sekarat akibat Israel Halangi Evakuasi Medis  

warga Gaza mengantri makanan. (x.com/@UNRWA)

Jakarta, IDN Times - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan, anak-anak di Gaza sedang sekarat karena Israel membatasi evakuasi medis setelah penutupan penyeberangan Rafah.

Dilansir dari Reuters, Sabtu (26/10/2024), jumlah anak yang berhasil dievakuasi menurun drastis dari rata-rata 296 anak per bulan menjadi kurang dari satu anak per hari.

Menurut UNICEF, dengan tingkat evakuasi yang sangat lambat, diperkirakan butuh waktu 7 tahun untuk mengevakuasi 2.500 anak yang membutuhkan perawatan medis mendesak. Israel, yang mengontrol arus keluar masuk Gaza (COGAT), tidak memberikan alasan penolakan evakuasi medis dan hanya menyediakan daftar pasien yang disetujui.

1. Kisah pilu anak-anak Gaza menanti evakuasi medis

Dikutip dari Relief Web, Juru Bicara UNICEF James Elder mengungkap beberapa kasus tragis anak-anak Gaza yang menanti evakuasi medis.

Mazyona, gadis 12 tahun, mengalami luka parah di wajah akibat serangan roket yang juga menewaskan kedua saudaranya. Kondisinya semakin memburuk dengan serpihan logam di leher. Namun, sudah empat kali permintaan evakuasinya ditolak meski ditawarkan berangkat tanpa pendamping ibu.

Kasus lain adalah Elia, bocah empat tahun yang menderita luka bakar serius tingkat empat dan harus diamputasi. Setelah 43 hari di rumah sakit, ibunya yang juga mengalami luka bakar parah meninggal karena infeksi jamur setelah permintaan evakuasinya ditolak. Meski akhirnya Elia disetujui untuk evakuasi, belum ada kepastian kapan waktu pelaksanaannya.

Sementara itu, Atef, bayi enam bulan yang menderita kanker otot dan malnutrisi parah, telah menunggu evakuasi medis selama dua bulan. Ibunya terpaksa mengungsi dari Gaza utara dengan menggendong Atef berjalan jauh untuk mencapai Rumah Sakit Al Aqsa. Namun, rumah sakit tersebut tidak memiliki sumber daya memadai untuk mengobati putra semata wayangnya.

2. Kondisi kesehatan di Gaza semakin memburuk

Dilansir UN News, situasi di Gaza memburuk setiap harinya dengan pemboman yang tak henti di wilayah utara. Sekitar 100 ribu warga Palestina yang terluka berisiko mengalami cacat permanen. Mereka membutuhkan alat bantu, rehabilitasi, dan perawatan medis, namun fasilitas kesehatan sangat terbatas.

"Serangan di Gaza utara tidak berhenti. Tentara Israel memerintahkan ratusan ribu orang untuk pindah tanpa jaminan untuk kembali. Tidak ada jalan yang aman untuk pergi," ujar Kepala HAM PBB, Volker Türk.

Staf medis terus melaporkan kekurangan parah peralatan dasar seperti jarum suntik, perban, krim luka bakar, cairan infus, dan pereda nyeri. Kondisi ini diperparah dengan kurangnya alat bantu penting seperti kursi roda, kruk, alat bantu dengar, bahkan baterai di tengah hancurnya rumah sakit Gaza.

3. Dunia internasional desak Israel penuhi kewajiban kemanusiaan

Türk menyatakan, kebijakan Israel berisiko mengosongkan Gaza utara dari warga Palestina. UNICEF menegaskan ini bukan masalah logistik karena mereka memiliki kemampuan untuk mengevakuasi anak-anak dengan aman.

Para ahli independen PBB menilai Israel telah melanggar kewajiban hukum humaniter internasional, termasuk Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas.

Mereka menyoroti penyandang disabilitas yang sangat kesulitan memahami dan mengikuti perintah evakuasi. Kondisi ini terutama berdampak pada penyandang disabilitas perempuan yang lebih rentan mengalami bahaya dan trauma.

Pengadilan Internasional menuntut Israel menghentikan pembatasan evakuasi medis di Gaza. Perawatan medis disebut sebagai hak dasar anak-anak yang tidak boleh dihalangi dalam kondisi apapun

"Anak-anak Gaza sekarat bukan hanya karena bom dan peluru, tapi juga karena mereka tidak diperbolehkan meninggalkan Gaza," ujar Elder.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us