2 Anak Palestina Dibunuh oleh Pasukan Israel di Tepi Barat

- Pasukan Israel membunuh dua anak Palestina di Tepi Barat yang diduduki pada Jumat (21/2/2025).
- Menurut Pertahanan untuk Anak Internasional - Palestina (DCIP), sedikitnya 16 anak telah dibunuh di Tepi Barat yang diduduki sejak awal 2025.
- Militer Israel telah melancarkan operasi besar-besaran di Tepi Barat yang diduduki, khususnya di Jenin, Tulkarem, dan Tubas.
Jakarta, IDN Times - Pasukan Israel membunuh dua anak Palestina di Tepi Barat yang diduduki pada Jumat (21/2/2025). Insiden ini terjadi di tengah berlanjutnya serangan Israel di wilayah tersebut.
Ayman Nassar al-Himouni, 12 tahun, terbunuh di kota Hebron, sementara Rimas al-Amouri yang berusia 13 tahun tewas di Jenin. Keduanya meninggal setelah tertembak di bagian punggung.
Menurut Pertahanan untuk Anak Internasional - Palestina (DCIP), Haymouny ditembak oleh tentara Israel saat mengunjungi rumah kerabatnya di selatan Hebron. Ia sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong.
Sementara itu, Amouri tertembak di halaman rumahnya ketika tentara Israel melepaskan sedikitnya lima tembakan ke arah tempat ia berdiri. Tentara terus menembak saat keluarganya berusaha menyelamatkannya. Amouri dinyatakan meninggal di Rumah Sakit Pemerintah Jenin.
1. Nyawa anak-anak Palestina tidak berharga di mata tentara Israel
Ayed Abu Eqtaish, direktur program akuntabilitas di DCIP, mengatakan bahwa pasukan Israel tidak menghargai nyawa anak-anak Palestina. Mereka juga tidak akan menghadapi konsekuensi apa pun akibat impunitas sistemik.
“Sangat keterlaluan jika para pemimpin dunia membiarkan Israel membunuh anak-anak Palestina dengan kekejaman seperti itu tanpa pertanggungjawaban,” tambahnya, dikutip dari The New Arab.
Menurut DCIP, sedikitnya 16 anak telah dibunuh di Tepi Barat yang diduduki sejak awal 2025. Delapan di antaranya meninggal akibat serangan drone.
Sementara itu, data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan bahwa sejak Januari 2023, sebanyak 224 anak telah dibunuh oleh pasukan Israel atau pemukim ilegal di Tepi Barat. Jumlah ini mencakup hampir setengah dari total kematian anak di wilayah tersebut sejak 2005.
2. Netanyahu umumkan operasi militer baru di Tepi Barat
Selama beberapa pekan terakhir, militer Israel telah melancarkan operasi besar-besaran di Tepi Barat yang diduduki, khususnya di Jenin, Tulkarem, dan Tubas. Pada Jumat, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berkunjung ke Tulkarem.
Otoritas Penyiaran Israel merilis sebuah foto yang menunjukkan dirinya berada di dalam rumah milik warga Palestina, dengan didampingi beberapa tentara Israel. Hamas mengecam kunjungan tersebut, menyebutnya sebagai tindakan provokatif yang mencerminkan kegagalan politik dan militer Israel.
Netanyahu juga mengumumkan operasi militer baru di Tepi Barat usai serangan bom di tiga bus kosong di pinggiran Tel Aviv pada Kamis (20/2/2025). Ia mengatakan bahwa operasi tersebut bertujuan membongkar infrastruktur kelompok bersenjata Palestina.
“Kami akan menghancurkan seluruh jalan, membasmi militan, dan saya telah menginstruksikan bala bantuan di Tepi Barat bersamaan dengan operasi militer tambahan,” kata perdana menteri itu dalam pernyataan dari Tulkarem, yang dirilis oleh kantornya.
3. Lebih dari 50 warga Palestina terbunuh di Tepi Barat sejak 21 Januari 2025
Dilansir dari Al Jazeera, Gubernur Tulkarem, Abdullah Kmeil, mengatakan bahwa rencana Israel untuk mengintensifkan operasi militer di wilayah tersebut dan kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat adalah bukti adanya niat genosida.
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), pada Sabtu, juga mengecam operasi Israel di Tulkarem serta pembunuhan Haymouny dan Amouri.
“OKI menekankan bahwa serangan Israel ini merupakan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan, seraya mendesak komunitas internasional untuk mengambil tindakan
Sejak dimulainya serangan Israel di Tepi Barat yang diduduki pada 21 Januari 2025, tentara telah membunuh lebih dari 50 warga Palestina. Serangan ini juga menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur air dan sanitasi, dan memaksa puluhan ribu orang mengungsi.