Eks Wali Kota Jepang dengan 99 Tuduhan Pelecehan Terpilih Jadi Dewan

- Pelecehan seksual dan intimidasi yang dilakukan Kojima.
- Kritik masyarakat atas lambannya penanganan kasus pelecehan.
- Kompleksitas nilai sosial Jepang mengenai isu pelecehan dan pemilihan politik.
Jakarta, IDN Times - Masyarakat Jepang dikejutkan dengan terpilihnya kembali Hideo Kojima sebagai anggota dewan kota di wilayah Prefektur Gifu, pada Senin (8/9/2025). Kojima sebelumnya mengundurkan diri sebagai wali kota pada Maret 2024 setelah terlibat dalam kasus pelecehan seksual yang melibatkan 99 tuduhan terhadap staf perempuan di pemerintah kota.
Terpilihnya Kojima sebagai anggota dewan menuai berbagai reaksi, mulai dari kaget hingga kemarahan di media sosial, mengingat rekam jejak Kojima yang tercemar oleh kasus pelanggaran serius tersebut. Kejadian ini memunculkan perdebatan tentang nilai etika dan budaya politik di Jepang.
1. Pelecehan seksual dan intimidasi yang dilakukan Kojima
Hideo Kojima pada Maret 2024, mengumumkan pengunduran dirinya setelah sebuah komite investigasi resmi mengonfirmasi adanya 99 kasus pelecehan seksual yang dilakukannya terhadap para staf perempuan di pemerintahan kota tersebut.
Komite ini menemukan bahwa Kojima melakukan berbagai pelecehan fisik seperti menyentuh payudara dan bokong rekan kerjanya, serta tindakan intimidasi lainnya yang melanggar etika pemerintahan. Dalam konferensi pers pada 28 Februari 2024, Kojima sempat menyangkal beberapa tuduhan tapi akhirnya menyatakan penyesalan dan setuju untuk mundur demi penyelesaian masalah.
"Saya telah menyebabkan banyak masalah, dan saya mohon maaf," ujarnya, dilansir The Japan Times.
2. Kritik masyarakat atas lambannya penanganan kasus pelecehan
Setelah pengunduran dirinya diumumkan, masyarakat Jepang dan warganet di media sosial menunjukkan kemarahan yang besar. Banyak yang mengecam tindakan Kojima dan mengkritik lambannya penanganan kasus pelecehan seksual di pemerintahan lokal.
"Dia seharusnya tidak menangis. Yang akan menangis adalah para karyawan yang dilecehkan," tulis seorang warganet di media sosial, dikutip Times of India.
Sebagian lagi mengecam sikap Kojima yang menganggap sentuhan fisik tersebut sebagai bentuk komunikasi biasa.
3. Kompleksitas nilai sosial Jepang mengenai isu pelecehan dan pemilihan politik
Pilihan rakyat yang memberi kursi pada Kojima menandai sebuah kontroversi besar di dunia politik lokal Jepang. Kojima, yang sebelumnya telah meninggalkan jabatannya pada Maret 2024, dinilai beberapa pihak masih memiliki basis pendukung yang kuat meskipun rekam jejaknya tercemar.
Hasil resmi pemilu yang menyatakan kemenangan Kojima sebagai anggota dewan kota, dinilai pengamat politik sebagai kompleksitas budaya dan nilai sosial di Jepang mengenai isu pelecehan dan pemilihan politik.
"Fenomena ini mencerminkan adanya ketidakseimbangan dalam persepsi publik terhadap pelanggaran seksual versus loyalitas politik," kata seorang pakar politik Jepang.
Kemenangan Kojima menimbulkan pertanyaan serius tentang perlindungan hak perempuan dan penegakan hukum dalam sistem politik lokal di Jepang.