Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Armenia Tolak Ancaman dan Intimidasi dari Rusia

ilustrasi bendera Armenia (twitter.com/MFAofArmenia)
ilustrasi bendera Armenia (twitter.com/MFAofArmenia)

Jakarta, IDN Times - Juru bicara Parlemen Armenia Alen Simonyan, pada Jumat (7/6/2024), menolak ancaman dan intimidasi dari Rusia. Ia mengecam ucapan dari Wakil Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Mikhail Galuzin soal konsekuensi jika meninggalkan  Collective Security Treaty Organization (CSTO). 

Belakangan ini, hubungan Rusia-Armenia terus memanas di tengah rumor terkait keluarnya dari CSTO dan mendekatkan diri dengan negara-negara Barat. Yerevan juga sudah meminta agar Moskow menarik pasukan penjaga perbatasan di negaranya. 

1. Simonyan sebut Armenia tidak tertarik bergabung dengan aliansi militer lain

Simonyan menekankan bahwa Armenia tidak menginginkan bergabung dengan aliansi militer lain atau pun memberikan izin masuknya tentara asal negara-negara Barat ke dalam teritorinya. 

"Apa informasi yang kami berikan kepada negara-negara Barat? Ini sangatlah konyol. Cukup sudah dengan retorika buruk terkait negara kami. Cukup sudah ancaman dan intimidasi secara langsung maupun tidak langsung," tuturnya, dikutip RFE/RL.

Ia pun menampik pernyataan Galuzin yang menyebut tidak ada alternatif lain di samping CSTO untuk mengamankan Armenia. 

"Dia harus mengklarifikasi lebih lanjut pernyataan tersebut dengan mengatakan apa kewajibana mereka kepada Armenia yang tergabung dalam CSTO," tambahnya. 

2. Tolak disebut serahkan data korban di Bucha kepada Ukraina

Pada saat yang sama, Simonyan mengomentari pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia Maria Zakharova, soal tuduhan Armenia menyerahkan data korban pembunuhan di Bucha kepada pemerintah Ukraina. 

"Dia mengatakan bahwa delegasi Armenia pergi ke Ukraina. Tidak ada delegasi dari Armenia. Namun, bolehkah saya bertanya kepada Zakharova atau Rusia bahwa media kami atau asisten saya, seperti halnya menyerahkan nama 200 korban tewas dalam operasi militer di Nagorno-Karabakh," terangnya.

"Saya bisa menyerahkan nama lebih dari 100 ribu warga Armenia dari Nagorno-Karabakh yang mengungsi jika mereka tertarik, terutama di area di mana mereka mengadakan operasi perdamaian. Saya tidak akan mengomentari keanehan dan kebohongan ini," tambahnya. 

3. Armenia tolak permintaan amandemen UU dari Azerbaijan

ilustrasi bendera Armenia (unsplash.com/@edgar_t)
ilustrasi bendera Armenia (unsplash.com/@edgar_t)

Di sisi lain, Armenia menyatakan penolakan terkait pengubahan UU (Undang-Undang) yang diminta oleh Azerbaijan. Pihaknya menekankan bahwa Armenia tidak mengklaim teritori negara lain. 

"Republik Armenia tidak pernah mengklaim teritori negara tetangganya, termasuk Azerbaijan," ungkapnya, dikutip News AM.

"Konstitusi Republik Armenia dan amandemennya adalah urusan dalam negeri Armenia dan kami menganggap Azerbaijan berniat mengintervensi urusan dalam negeri beserta diskusi internal Armenia," tambahnya. 

Sebelumnya, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menekankan bahwa Armenia harus mengamandemen UU soal klaim teritori di negaranya. Jika tidak, ia mengancam perjanjian perdamaian antara kedua negara tidak akan disetujui. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us