AS Bakal Izinkan Ukraina Pakai Rudal Buatannya untuk Serang Rusia

- Pemerintah AS mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan Washington untuk menyerang Rusia langsung, termasuk rudal tipe ATACMS.
- Presiden Joe Biden sebelumnya meminta Ukraina untuk tidak menggunakan senjata AS yang dapat menjangkau Rusia secara langsung.
- Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, telah lama meminta izin AS untuk menggunakan senjata jarak jauh dan optimis konflik akan berakhir lebih cepat setelah Trump menjadi presiden AS tahun depan.
Jakarta, IDN Times – Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan Washington untuk menyerang Rusia secara langsung. Salah satu yang diperbolehkan adalah penggunaan rudal tipe ATACMS yang mampu menjangkau hingga 306 kilometer.
”Ukraina berencana untuk melakukan serangan jarak jauh pertamanya dalam beberapa hari mendatang,” kata sebuah sumber yang dikutip Reuters.
Langkah ini menjadi sebuah perubahan kebijakan AS yang signifikan dalam konflik Rusia dan Ukraina. Tindakan ini diambil setelah muculnya laporan terkait pengiriman 10 ribu pasukan Korea Utara ke Rusia untuk membantunya dalam perang. Langkah tersebut mendapat penolakan dari Barat dan Korea Selatan.
1. AS sebelumnya enggan beri izin kepada Ukraina

Sebelumnya, Presiden Joe Biden telah meminta Ukraina untuk tak menggunakan senjata buatan AS yang mampu menjangkau Rusia secara langsung. Penggunaan kekuatan berlebih oleh Kiev dikhawatirkan memicu konflik terbuka antara Washington dan Moskow.
Sementara itu, beberapa pejabat AS skeptis terkait penggunaan senjata jarak jauh buatan AS dalam konflik tersebut. Mereka menyebut bahwa penggunaan senjata semacam itu kemungkinan tak akan mengubah lintasan perang secara keseluruhan.
”Keputusan tersebut dapat membantu Ukraina pada saat pasukan Rusia memperoleh keuntungan dan mungkin menempatkan Kiev dalam posisi negosiasi yang lebih baik jika pembicaraan gencatan senjata terjadi,” lapor Reuters.
Adapun Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, sejak awal terus meminta agar AS mengizinkannya menggunakan senjata jarak jauh semacam itu.
2. Trump kritik kebijakan konflik Rusia-Ukraina di era Biden

Presiden AS yang baru terpilih, Donald Trump, telah lama mengkritik kebijakan Biden dalam konflik Rusia-Ukraina. Meski begitu, tak jelas bagaimana kebijakan ini akan berlaku ke depannya.
Trump diduga bakal menyetop bantuan militer ke Ukraina. Trump mengkritik bantuan puluhan miliar dolar yang diberikan untuk Ukraina sejak dimulainya invasi Rusia pada Februari 2022.
Ia juga telah berjanji akan menyelesaikan konflik dalam 24 jam. Namun, ia tak pernah menjelaskan caranya.
3. Perdamaian bakal dicapai dalam waktu dekat

Zelenskyy mengatakan pada Jumat, 15 November 2024, bahwa konflik akan berakhir lebih cepat setelah Trump menjadi presiden AS tahun depan. Ia optimis bahwa langkah itu bisa diwujudkan dalam waktu dekat.
"Yang pasti perang akan segera berakhir dengan kebijakan tim yang sekarang akan memimpin Gedung Putih. Ini adalah pendekatan mereka, janji mereka kepada warga negara mereka," kata Zelenskyy dilansir Le Monde.
Meski begitu, ia mengaku belum tahu tanggal pastinya. Zelenskyy mengatakan telah melakukan percakapan konstruktif dengan Trump setelah dinyatakan menang dalam pemilihan baru-baru ini.
Duta Besa Rusia untuk PBB, Gennady Gatilov, pada Kamis mengatakan bahwa pihaknya juga siap berdamai dengan Ukraina, asalkan diprakarasi oleh Trump.
"Trump berjanji untuk menyelesaikan krisis Ukraina dalam semalam. Tentu saja ini tidak akan pernah terjadi. Namun jika dia memulai atau menyarankan sesuatu untuk memulai proses politik, itu disambut baik," kata Gatilov.
Gatilov juga menggambarkan Ukraina berada dalam posisi yang kurang menguntungkan dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun tersebut.