Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS dan Tiongkok Sepakat Kerja Sama Perubahan Iklim

Pejabat iklim Tiongkok Xie Zhenhua dan utusan pejabat iklim AS John Kerry bertemu dalam pembahasan kerja sama perubahan iklim pada April 2021. sumber:twitter.com/

Washington, IDN Times - Dua negara yang menyumbang hampir setengah dari emisi gas rumah kaca yaitu AS dan Tiongkok sepakat berkomitmen untuk menjalin kerja sama mengatasi masalah perubahan iklim. Keduanya sepakat bekerja sama dan merilis pernyataan bersama pada hari Minggu, 18 April.

1. Keduanya sepakat setelah pertemuan di Shanghai

Melansir dari Reuters, kesepakatan antara AS dan Tiongkok terjadi setelah pertemuan pejabat iklim China Xie Zhenhua dan mitranya dari AS, John Kerry, di Shanghai pada Kamis dan Jumat.

"Amerika Serikat dan Tiongkok berkomitmen untuk bekerja sama satu sama lain dan dengan negara lain untuk mengatasi krisis iklim," kata pernyataan bersama mereka. Kedua negara akan terus membahas "tindakan konkret pada tahun 2020-an untuk mengurangi emisi yang bertujuan menjaga batas suhu yang sesuai dengan Perjanjian Paris dalam jangkauan."

Pejabat AS yang ditugaskan mengurusi masalah iklim John Kerry tiba di Shanghai pada Rabu malam.  Perhentiannya di Shanghai adalah kunjungan tingkat tinggi pertama ke Tiongkok oleh seorang pejabat pemerintahan Biden sejak menjabat, dan setelah pertemuan pejabat kedua negara pada bulan Maret di Alaska.

Diskusi bilateral kerja sama perubahan iklim kedua negara terhenti selama pemerintahan Donald Trump, yang menarik diri dari perjanjian Paris 2015 setelah mengklaim itu merugikan bisnis AS secara tidak adil. Dengan bekerja sama AS diharapkan dapat segera menetapkan pengurangan emisi gas rumah kaca. Biden telah membawa kembali AS ke dalam kesepakatan iklim Paris.

Li Shuo, penasihat iklim senior bagi kelompok pemerhati lingkungan, Greenpeace, mengatakan Tiongkok dapat segera menanggapi janji baru AS dengan salah satu dari mereka sendiri, membangun "momentum" pembicaraan Shanghai. "Pernyataan dalam pandangan saya sama positifnya dengan yang dibolehkan oleh politik: Ini mengirimkan pesan yang sangat tegas bahwa mengenai masalah khusus ini (Tiongkok dan Amerika Serikat) akan bekerja sama. Sebelum pertemuan di Shanghai, ini bukanlah pesan yang dapat kita asumsikan."

2. Biden adakan pertemuan virtual untuk membahasa iklim

Melansir dari BBC, sebelum pertemuan di Shanghai, Kerry menyampaikan bahwa kerja sama dengan Tiongkok akan berperan penting dalam melawan krisis iklim. "Ya, kami memiliki ketidaksepakatan besar dengan Tiongkok mengenai beberapa masalah utama, tentu saja. Tetapi iklim harus berdiri sendiri."

Ilmuwan iklim memperingatkan bahwa pemanasan global perlu dijaga jauh di bawah 2 derajat celcius di atas tingkat pra-industri, dengan tujuan 1,5 derajat celcius yang semakin ambisius, untuk menghindari kerusakan iklim yang terburuk.

Presiden Joe Biden pekan ini akan mengadakan pertemuan virtual untuk membahasa perubahan iklim. Belum ada kabar mengenai mengenai kehadiran Presiden Xi Jinping dalam pertemuan tersebut.  Dalam pertemuan itu AS juga mengundang pemimpin 40 negara lainnya. Pertemuan itu dijadwalkan akan dimulai pada hari Jumat, 22 April, bertepatan dengan Hari Bumi. Pembicaraan ini akan menjadi agenda penting sebelum pertemuan pembahasan iklim global lainnya yang dijadwalkan pada 1-12 November di Glasgow, Skotlandia.

3. Tiongkok adalah pengguna batu bara terbesar di dunia

Melansir dari The Guardian, Tiongkok merupakan negara pengguna batu bara terbanyak. AS dan Tiongkok menyumbang hampir setengah dari emisi gas rumah kaca. 

Presiden Biden telah berjanji akan membawa AS beralih ke sektor listrik bebas emisi dalam waktu 14 tahun, dan memiliki ekonomi yang sepenuhnya bebas emisi pada tahun 2050. Dan juga mendorong negara lain untuk berkomitmen pada netralitas karbon pada saat itu.

Sementara Tiongkok pada tahu Presiden Xi Jinping bahwa Tiongkok akan menjadi negara bebas karbon dalam 40 tahun mendatang atau di 2060 dan bertujuan untuk mencapai puncak emisi pada tahun 2030. Pada bulan lalu, Partai Komunis Tiongkol berjanji untuk mengurangi emisi karbon per unit yang dikeluarkan ekonomi sebesar 18 persen selama lima tahun ke depan, sejalan dengan tujuannya untuk periode lima tahun sebelumnya. Namun, para pemerhati lingkungan negara itu bisa berperan lebih besar lagi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ifan Wijaya
EditorIfan Wijaya
Follow Us