Australia Akan Larang Demonstrasi pro-Palestina Pekan Depan

Jakarta, IDN Times - Polisi Australia ingin melarang demonstrasi pro-Palestina yang dijadwalkan berlangsung di Sydney pada 6 dan 7 Oktober mendatang. Demonstrasi ini diadakan untuk memperingati satu tahun sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan menyebabkan krisis kemanusiaan di Timur Tengah.
Dilansir dari Reuters, polisi negara bagian New South Wales (NSW) mengatakan bahwa mereka telah melakukan pembicaraan dengan penyelenggara demonstrasi, namun tetap tidak yakin bahwa protes tersebut dapat berlangsung dengan aman. Oleh karena itu, polisi akan mengajukan permohonan ke pengadilan untuk melarangnya.
“Prioritas utama kami adalah keselamatan para peserta dan masyarakat luas,” kata polisi dalam sebuah pernyataan pada Selasa (1/10/2024).
1. Serangan terhadap hak-hak dasar demokrasi
Kelompok Aksi Palestina Sydney mengatakan, tindakan polisi untuk melarang protes merupakan serangan terhadap hak-hak dasar demokrasi.
“Kami memiliki hak untuk berdemo Grup Aksi Palestina dengan tegas menolak upaya ini untuk membungkam protes,” tulis kelompok tersebut dalam pernyataan di media sosial Facebook.
Dalam protes di Melbourne pada akhir pekan, pengunjuk rasa mengibarkan bendera dengan simbol Hizbullah dan foto pemimpin kelompok tersebut, Hassan Nasrallah, yang tewas dalam serangan Israel pekan lalu. Mereka mendesak pihak berwenang untuk melakukan penyelidikan terkait kematian Nasrallah.
Hizbullah dianggap sebagai organisasi teroris di Australia. Memberikan dukungan finansial atau berjuang bersama kelompok tersebut adalah merupakan pelanggaran di negara itu.
2. Perdana menteri NSW dukung tindakan polisi
Perdana Menteri NSW, Chris Minns, menyatakan dukungan penuhnya terhadap keputusan polisi, dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut sejalan dengan aturan manajemen massa dan keselamatan.
"Merupakan tanggung jawab kita untuk bekerja sama menjaga komunitas yang kohesif, harmonis, dan aman yang kita miliki di NSW," ujarnya.
Australia telah mengalami peningkatan insiden kebencian setelah dimulainya perang Israel di Gaza. Tahun lalu, negara itu mengeluarkan undang-undang yang melarang penampilan simbol-simbol kelompok teroris di depan umum.
Bulan lalu, protes anti-perang di luar pameran pertahanan di Melbourne berubah menjadi ricuh, di mana polisi menggunakan granat spons, flashbang, dan semprotan iritan untuk mengendalikan massa yang agresif. Sedikitnya 20 polisi terluka.
3. Iran tembakkan puluhan rudal ke Israel
Sementara itu, ketegangan di Timur Tengah meningkat pada Selasa setelah Iran menembakkan puluhan rudal balistik ke Israel sebagai pembalasan atas agresi Israel di Lebanon dan pembunuhan para pemimpin Hizbullah dan Hamas, yang merupakan sekutu Iran. Israel telah berjanji akan melakukan pembalasan.
“Iran membuat kesalahan besar malam ini, dan mereka akan menanggung akibatnya,” kata Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pertemuan politik-keamanan.
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menyatakan dukungan penuhnya terhadap Israel dan menyebut serangan Iran sebagai tindakan yang tidak efektif. Dia mengatakan bahwa dirinya akan berdiskusi dengan Netanyahu mengenai respons Israel selanjutnya.
Wakil Presiden sekaligus calon presiden AS dari Partai Demokrat, Kamala Harris, mendukung sikap Biden dan mengatakan bahwa AS tidak akan ragu membela kepentingannya melawan Iran.