Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Begini Pengakuan China soal Hubungan dengan Rusia yang kian Lengket

Menteri Luar Negeri China, Wang Yi. (Twitter.com/Yan Xiusheng)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Wang Yi mengatakan bahwa hubungan antara negaranya dengan Rusia semakin kuat. Dia mengibaratkan hubungan itu seperti sebuah monolit. Hal itu disampaikan Wang Yi dalam sebuah simposium di ibu kota Beijing, China, pada Minggu (25/1/2022)

Wang Yi juga mengatakan China akan memperdalam rasa saling percaya dan kerja sama menguntungkan dengan Rusia. Pekan lalu, kapal perang kedua negara tersebut telah mengadakan latihan bersama di Laut China Timur.

Rusia yang dijatuhi sanksi bertubi-tubi oleh Barat, memiliki sekutu kuat China dan hubungan mereka semakin erat saat konflik di Ukraina meletus. Mengomentari tentang konflik Rusia-Ukraina, China mengatakan akan tetap berdiri atas dasar ketidakberpihakan.

1. Kokoh seperti monolit

Wang Yi, Menteri Luar Negeri China. (Twitter.com/MFA Russia)

Perang Rusia di Ukraina telah memicu keretakan diplomatik yang lebar, khususnya antara Moskow dengan negara-negara Barat. Bahkan dampak dari perang tersebut juga berimbas ke banyak negara lainnya.

Rusia telah mendapatkan banyak sanksi dari negara Barat yang mengancam kelumpuhan ekonominya. Tapi Rusia masih tetap memiliki sekutu kuat yakni China.

Wang Yi pada Minggu, mengatakan bahwa hubungan bilateral antara Beijing dengan Moskow tidak berubah di bawah situasi internasional yang tidak stabil, kutip Tass.

"Hubungan yang dipertahankan antara China dan Rusia kokoh sebagai monolit. Mereka tidak rentan terhadap campur tangan dan provokasi," kata Wang Yi.

2. China salahkan Amerika Serikat

Dalam kesempatan itu, Wang Yi berbicara lewat tautan video. Selain mengatakan bahwa hubungan bilateral dengan Rusia semakin kuat, dia menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas hubungan dua negara yang semakin memburuk.

Dilansir Associated Press, China dengan tegas menolak tekanan Barat pada perdagangan, teknologi, hak asasi manusia dan klaim petak luas di Samudera Pasifik. Wang Yi menuduh AS telah melakukan intimidasi.

Meski begitu, Wang mengatakan akan berusaha untuk membangun kembali hubungan yang baik dengan AS. Tapi, AS disebut keras kepala karena melihat Beijing sebagai pesaing utama dan terlibat blokade, penindasan dan provokasi terang-terangan terhadap China.

3. Prinsip ketidakberpihakan China

ilustrasi (Pexels.com/Алесь Усцінаў )

Wang Yi menjelaskan bahwa negara China tidak sedang mencari keuntungan egois dari situasi perang Rusia di Ukraina. Beijing disebut akan tetap berjalan dengan prinsip ketidakberpihakan dalam melihat konflik itu.

"Sehubungan dengan krisis Ukraina, kami secara konsisten menjunjung tinggi prinsip-prinsip dasar objektivitas dan ketidakberpihakan, tanpa memihak salah satu pihak, atau menambahkan bahan bakar ke dalam api, apalagi mencari keuntungan egois dari situasi tersebut," kata Wang dikutip Al Jazeera.

China dan Rusia sedang berada pada titik temu yang sama. Kedua negara itu berada di bawah tekanan Barat dan masa depan ekonomi China khususnya, terikat pada pasar dan teknologi Amerika serta Eropa.

Namun menurut Wang, pengalaman telah menunjukkan bahwa China dan AS tetap tidak dapat saling memisahkan diri atau memutus rantai pasokan karena keduanya akan tetap terhubung dalam kegiatan ekonomi global.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us