Biden akan Tinjau Kembali Perdamaian dengan Afghanistan
Washington, D.C, IDN Times - Pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden Amerika Serikat saat ini, Joe Biden, akan meninjau kembali perdamaian dengan Afghanistan. Sebelumnya, penarikan pasukan militer Amerika Serikat terjadi di era mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Bagaimana awal ceritanya?
1. Pihak Gedung Putih ingin memastikan kelompok militan Afghanistan memenuhi komitmennya

Dilansir dari BBC, juru bicara dari Gedung Putih ingin memastikan kelompok militan Afghanistan untuk memenuhi komitmennya, termasuk mengurangi kekerasan dan memutuskan hubungan dengan kelompok teroris. Penasihat Keamanan Utama Biden, Jake Sullivan, pada hari Jumat, 21 Januari 2021, waktu setempat telah berbicara dengan pejabat Afghanistan untuk mengkonfirmasi tinjauan tersebut dengan menjelaskan niat Amerika Serikat untuk meninjau kesepakatan untuk memeriksa Taliban demi memenuhi janji yang dibuatnya.
Juru bicara pemerintah Amerika Serikat, Emily Horne, dalam sebuah pernyataan mengatakan Sullivan menggarisbawahi Amerika Serikat akan mendukung proses perdamaian dengan upaya diplomatik yang kuat dan regional, yang akan bertujuan untuk membantu kedua belah pihak dalam mencapai penyelesaian politik yang tahan lama dan adil serta gencatan senjata permanen. Dia juga menegaskan bahwa Sullivan telah membahas dukungan Amerika Serikat untuk melindungi keuntungan luar biasa yang dibuat oleh wanita dan anak perempuan Afghanistan.
2. Pemerintah Pakistan merasa negaranya memiliki harapan untuk terlibat lebih banyak terhadap pemerintahan baru Amerika Serikat

Pada hari Kamis, 21 Januari 2021, lalu Menteri Luar Negeri Pakistan, Mehmood Qureshi, mengatakan negaranya memiliki harapan untuk keterlibatan yang lebih besar dengan pemerintah baru Amerika Serikat serta meminta Biden untuk menindaklanjuti proses perdamaian Afghanistan yang sedang berlangsung dan penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan. Pemerintah Pakistan telah memfasilitasi pembicaraan intra-Afghanistan dan dialog antara Amerika Serikat dengan kelompok Taliban dan sekarang telah menyerukan Amerika Serikat untuk tetap berpegang pada perjanjian tersebut.
Qureshi merasa prihatin karena kekerasan yang terjadi dapat merusak iklim di sekitar. Ia menambahkan Pakistan telah melakukan banyak hal dan pihaknya benar-benar telah membungkuk ke belakang untuk menciptakan lingkungan yang memfasilitasi proses perdamaian. Ia juga menyalahkan perusak atas kekerasan tersebut serta mengidentifikasi mereka sebagai pemain internal Afghanistan yang telah mendapatkan manfaat dari ekonomi perang serta menuding bahwa ada elemen dari luar yang tidak memiliki visi yang sama, yaitu Afghanistan yang damai, stabil, dan makmur.
3. Saat Biden berstatus sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat, hubungan Amerika Serikat-Pakistan ditandai dengan tudingan keras mengenai perang di Afghanistan

Pemerintahan Amerika Serikat di era Presiden Amerika Serikat saat itu, Barack Obama, tepatnya saat Joe Biden sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat, hubungan kedua negara antara Amerika Serikat dengan Pakistan ditandai dengan tudingan keras tentang perang di Afghanistan dan seringnya Amerika Serikat menuduh Pakistan terlibat mendukung kelompok Taliban dan sekutunya. Hubungan semakin memanas ketika pemerintahan di era Donald Trump melakukan negosiasi langsung dengan kelompok Taliban dalam proses yang difasilitasi oleh Pakistan.
Pada tahun 2018 lalu, Trump memangkas bantuan ke Pakistan sebesar 1,1 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp15,5 triliun atas tuduhan yang sama dan menuduh Pakistan telah memberi Amerika Serikat apa-apa selain kebohongan dan tipu daya. Pada sidang konfirmasi Senat Amerika Serikat hari Selasa, 19 Januari 2021, lalu calon Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin, mengatakan Pakistan adalah mitra penting untuk perdamaian di Afghanistan.