China Tuduh AS Lebih-lebihkan soal Ancaman Rusia ke Ukraina

Jakarta, IDN Times - Juru bicara Kementrian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan pada hari Rabu (16/2/22), bahwa Amerika Serikat (AS) memainkan ancaman perang dan menciptakan ketegangan di Ukriana.
Menurut Wenbing, ancaman perang Rusia ke Ukraina terlalu dibesar-besarkan AS dan itu adalah disinformasi. Jika terus berlangsung, maka beberapa negara Barat akan menciptakan turbulensi dan ketidakpastian bagi dunia.
AS dan Sekutu Barat menuduh Rusia telah menumpuk sekitar 100 ribu pasukan di sekitar Ukraina. Jumlah itu bahkan terus bertambah dan diperkirakan telah mencapai lebih dari 150 ribu.
Baru-baru ini Rusia mengatakan telah menarik beberapa pasukannya yang latihan di dekat Ukraina. Meski begitu, AS mengatakan tidak percaya dengan klaim Moskow. AS malah mengklaim bahwa Rusia tidak menarik pasukannya, tapi menambah sekitar tujuh ribu personel.
1. Negara Barat sebarkan disinformasi

AS dan Sekutu Barat menuduh bahwa Rusia merencanakan invasi ke Ukraina. Bahkan rencana invasi itu disebutkan bisa dilakukan dalam waktu dekat.
Analisa itu didasarkan pada pengamatan satelit dan intelijen, yang menunjukkan bahwa Rusia telah menumpuk lebih dari 150 ribu pasukan di sekitar perbatasan Ukraina. Peralatan tempur yang dibawa oleh pasukan Rusia memenuhi kesiapan untuk melakukan invasi.
Rusia sejak awal menolak tuduhan merencanakan invasi. Rusia menempatkan pasukan di wilayahnya, yang itu menurut Moskow adalah hak negara berdaulat seperti mereka. Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengatakan bahwa negaranya tidak menginginkan perang.
Tapi menurut China, negara-negara Barat terus menyebarkan dan membesar-besarkan ancaman perang Rusia ke Ukraina. Dilansir Reuters, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menjelaskan "pemberitahuan dan disinformasi yang terus-menerus seperti itu oleh beberapa negara Barat akan menciptakan turbulensi dan ketidakpastian bagi dunia yang penuh tantangan, dan mengintensifkan kesusahan dan perpecahan."
2. Media China sebut ancaman perang AS dan Barat berlalu dengan kedamaian
Sebelumnya telah santer terdengar dari beberapa pejabat AS yang mengatakan bahwa serangan Rusia ke Ukraina bisa terjadi pada Rabu, 16 Februari 2021. Kabar itu telah tersebar luas dan ditanggapi oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Zelensky, meskipun meragukan kabar itu, mengajak semua rakyat Ukraina menjadikan hari tersebut sebagai hari persatuan nasional. Semua rakyat Ukraina diminta untuk mengibarkan bendera nasional dan menyanyikan lagu kebangsaan.
Global Times, media China yang dikelola pemerintah China menyebutkan bahwa waktu invasi Rusia yang telah disebarkan itu, faktanya telah berlalu dan terlewati dengan damai tanpa kejadian apa-apa. Bahkan Rusia dikabarkan telah menarik pasukannya dari perbatasan.
Zhang Han, Wang Wenwen dan Fan Anqi yang menulis untuk media itu, Rusia justru mengeluarkan candaan untuk mengolok-olok klaim dari Barat. Presiden Putin dengan bercanda bertanya kepada Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, apakah waktu yang tepat dari "invasi" telah dipublikasikan di pers Barat?"
Menurut Yury Tavrovsky, prediksi invasi yang dikeluarkan Barat itu mempertanyakan efektivitas dinas intelijen AS dan NATO. Rusia sepenuhnya mengendalikan situasi dan memutuskan apakah akan membawa atau menarik pasukan.
3. Rusia disebut menambahkan, bukan melakukan penarikan pasukan

Kremlin baru saja mengumumkan bahwa unit militer dari Distrik Selatan yang berlatih di Krimea, telah ditarik dan akan ditempatkan di pangkalan militer permanen. Kabar itu disambut baik oleh beberapa kalangan, termasuk Kanselir Jerman Olaf Scholz yang saat itu berkunjung ke Moskow.
Tapi klaim tersebut tidak dipercaya oleh AS. Dilansir Associated Press, menurut AS, Rusia tidak menarik pasukan tapi justru menambahkan sebanyak 7.000 tentara Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina.
Saat ini jumlah pasukan Rusia yang ada di sekitar Ukraina diperkirakan sekitar 150 ribu personel. Mereka ditempatkan di utara, timur dan selatan, yang praktis telah mengepung tiga sisi Ukraina.
Perusahaan citra satelit komersial Maxar Technologies melaporkan foto-foto yang menunjukkan peningkatan aktivitas militer Rusia di dekat Ukraina. Menurut mereka, itu termasuk pembangunan jembatan ponton di Belarus, yang jaraknya kurang dari 6 kilomter dari perbatasan Ukraina.
Jens Stoltenberg Sekretaris Jenderal NATO, mengatakan aliansi atlantik utara juga belum melihat "penarikan pasukan Rusia" seperti yang dikabarkan oleh Kremlin.