Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dana Bantuan Dipotong, 1 Juta Warga Myanmar Terancam Kelaparan

Mantan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengunjungi gudang WFP di Yordania. (U.S. Department of State, Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • World Food Programme (WFP) menghentikan bantuan pangan bagi 1 juta orang di Myanmar mulai April 2025.
  • Saat ini, sekitar 15,2 juta warga Myanmar tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan harian mereka, WFP hanya mampu menyalurkan bantuan kepada 35 ribu orang paling rentan.
  • WFP membutuhkan dana darurat sebesar 60 juta dolar AS (sekitar Rp981 miliar) untuk bisa melanjutkan bantuan di Myanmar tahun ini.

Jakarta, IDN Times - Program Pangan Dunia (World Food Programme) mengumumkan penghentian bantuan pangan bagi 1 juta orang di Myanmar mulai April 2025. Keputusan ini terpaksa diambil karena WFP mengalami kekurangan dana untuk program bantuan mereka.

Saat ini, sekitar 15,2 juta warga Myanmar tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan harian mereka. WFP hanya mampu menyalurkan bantuan kepada 35 ribu orang paling rentan dari total populasi 51 juta jiwa di negara tersebut.

Myanmar masih bergulat dengan krisis berlapis setelah kudeta militer 2021. Krisis politik, konflik sipil, dan ketidakstabilan ekonomi semakin mempersulit kehidupan di Myanmar.

"Pengurangan bantuan ini akan berdampak sangat parah bagi komunitas-komunitas rentan di seluruh Myanmar. Banyak dari mereka bergantung sepenuhnya pada dukungan WFP," ujar Michael Dunford, Direktur WFP Myanmar.

Melansir The New Arab, Sabtu (15/3/2025), WFP membutuhkan dana darurat sebesar 60 juta dolar AS (sekitar Rp981 miliar) untuk bisa melanjutkan bantuan di Myanmar tahun ini.

1. WFP prioritaskan kelompok paling rentan

WFP memprioritaskan bantuan terbatas mereka bagi kelompok paling rentan. Bantuan akan disalurkan kepada anak-anak di bawah usia 5 tahun, ibu hamil dan menyusui, serta penyandang disabilitas, dilansir Press TV.

Hampir 100 ribu pengungsi internal di wilayah Rakhine terancam kehilangan akses bantuan pangan. Pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp-kamp pengungsian juga akan menjadi salah satu kelompok yang terdampak.

Para keluarga yang bergantung pada bantuan WFP mulai menunjukkan tanda-tanda krisis. Bahkan sebelum pemotongan, mereka sudah terpaksa melewatkan waktu makan, menjual aset, dan berhutang demi bertahan hidup.

"WFP tetap berkomitmen mendukung rakyat Myanmar. Namun, pendanaan tambahan sangat diperlukan agar kami bisa terus menjangkau mereka yang membutuhkan," kata Dunford.

2. Situasi diperparah musim paceklik

Konflik berkepanjangan di Myanmar telah membuat lahan pertanian terkontaminasi dengan ranjau darat. Peralatan pertanian juga banyak yang rusak akibat pertempuran antara militer dan kelompok pemberontak.

Sepertiga penduduk Myanmar saat ini menghadapi kerawanan pangan akut. Kondisi ini diperburuk oleh keterbatasan akses bantuan kemanusiaan ke wilayah-wilayah konflik.

Musim paceklik yang akan berlangsung dari Juli hingga September 2025 berisiko memperparah krisis. WFP merencanakan bantuan darurat bagi 300 ribu orang selama periode kritis tersebut.

"WFP mengajak semua mitra untuk membantu pendanaan tambahan guna memenuhi kebutuhan di Myanmar karena situasi di seluruh negeri ini terus memburuk," ujar Dunford.

3. Pengungsi Rohingya di Bangladesh juga terdampak

WFP mengalami kekurangan dana dari berbagai donatur, termasuk Amerika Serikat (AS) yang sedang memangkas anggaran bantuan luar negerinya. AS berkontribusi 4,4 miliar dolar AS (sekitar Rp72 triliun) dari total anggaran WFP 9,7 miliar dolar AS (sekitar Rp158 triliun) pada 2024.

Kondisi ini tidak hanya berdampak di Myanmar. Program bantuan pangan di kamp pengungsi Cox's Bazar, Bangladesh juga terancam. Bantuan bulanan bagi lebih dari satu juta pengungsi Rohingya akan berkurang dari 12,5 dolar AS (Rp204 ribu) menjadi 6 dolar AS (Rp98 ribu) per orang.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengunjungi Cox's Bazar pada Jumat (14/3/2025) dan menyaksikan sendiri bahwa para pengungsi hidup dalam kondisi sangat kekurangan. 

"Saya berjanji akan melakukan segalanya untuk mencegah pengurangan bantuan. Saya akan berbicara dengan semua negara yang bisa mendukung kami agar dana tersedia," jelas Guterres.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us