Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Profil Sanae Takaichi: Dari Drummer Heavy Metal hingga Jadi PM Jepang

Sanae Takaichi pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP). (x.com/@takaichi_sanae)
Sanae Takaichi pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP). (x.com/@takaichi_sanae)
Intinya sih...
  • Sanae Takaichi terpilih sebagai presiden Partai Liberal Demokrat (LDP) dan calon perdana menteri perempuan pertama di Jepang, menggantikan Shigeru Ishiba.
  • Takaichi adalah politisi konservatif berusia 64 tahun yang berkomitmen melanjutkan kebijakan ekonomi dan pertahanan pro-pasar yang dulu dijalankan Shinzo Abe.
  • Karier politiknya dimulai pada akhir 1980-an, ia menang dalam pemilihan sebanyak 10 kali dan hanya sekali kalah. Namun, ia dikenal karena pandangan sejarah yang kontroversial.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sanae Takaichi baru saja membuat sejarah politik di Jepang. Ia terpilih sebagai presiden Partai Liberal Demokrat (LDP) dan dipastikan menjadi calon perdana menteri perempuan pertama di negeri itu. Kemenangan ini menandai babak baru bagi politik Jepang setelah pengunduran diri Perdana Menteri Shigeru Ishiba.

Dia diharapkan dikonfirmasi oleh parlemen pada 15 Oktober 2025. Meski oposisi berpotensi menghambat, para analis menilai peluangnya untuk gagal sangat kecil. Sosok konservatif ini dikenal sebagai sekutu dekat mendiang Shinzo Abe dan berjanji mengubah kecemasan publik menjadi harapan baru bagi Jepang.

1. Identitas dan posisi politik

Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi (x.com/@takaichi_sanae)
Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi (x.com/@takaichi_sanae)

Sanae Takaichi adalah politisi berusia 64 tahun yang berhaluan konservatif keras dalam Partai Liberal Demokrat (LDP). Ia memenangkan kepemimpinan partai itu pada ulang tahun ke-70 LDP, mengalahkan Menteri Pertanian Shinjiro Koizumi di putaran akhir. Kemenangannya dianggap simbol kebangkitan kembali kelompok nasionalis di tubuh partai.

Sebagai penerus politik Shinzo Abe, Takaichi berkomitmen melanjutkan kebijakan ekonomi dan pertahanan pro-pasar yang dulu dijalankan Abe. Ia didukung oleh tokoh berpengaruh seperti Taro Aso, eks perdana menteri berusia 85 tahun yang menjadi penggerak utama di LDP. Dukungan ini memperkuat posisinya di partai yang selama dua tahun terakhir kehilangan dukungan publik.

Sebagai pemimpin LDP sayap kanan, Takaichi diharapkan menarik kembali pemilih konservatif yang berpindah ke partai ekstrem seperti Sanseito. Banyak pengamat menilai keberhasilannya akan menentukan arah masa depan politik Jepang.

2. Latar belakang pribadi

Sanae Takaichi bermain drum (x.com/@takaichi_sanae)
Sanae Takaichi bermain drum (x.com/@takaichi_sanae)

Takaichi lahir pada 1961 di Prefektur Nara dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang pegawai kantor, sementara ibunya bekerja sebagai petugas polisi. Latar belakang non-elit ini sering ia gunakan untuk menunjukkan kedekatan dengan masyarakat biasa.

Dilansir dari DW, sebelum terjun ke politik, Takaichi sempat menjadi pembawa acara di stasiun televisi liberal Asahi. Ia kemudian menempuh studi manajemen bisnis di Universitas Kobe dan mengikuti program fellowship pada 1987 di Amerika Serikat (AS). Program itu membawanya bekerja dengan anggota Kongres Demokrat Patricia Schroeder, yang dikenal kritis terhadap Jepang.

Pengalaman tersebut membuka matanya terhadap cara pandang masyarakat Amerika. Ia menulis bahwa banyak orang AS tidak bisa membedakan budaya Jepang, China, dan Korea. Di luar politik, Takaichi dikenal nyentrik, mantan drummer band heavy metal, penyelam scuba, dan penggemar mobil Toyota Supra yang kini dipamerkan di museum Nara.

3. Karier politik yang panjang dan penuh tantangan

Sanae Takaichi mengisi acara di Prefektur Fukuoka (x.com/@takaichi_sanae)
Sanae Takaichi mengisi acara di Prefektur Fukuoka (x.com/@takaichi_sanae)

Karier politik Takaichi dimulai pada akhir 1980-an, didorong oleh konflik perdagangan antara AS dan Jepang. Ia pertama kali mencalonkan diri sebagai independen pada 1992, namun gagal. Baru pada 1993 ia menang, lalu bergabung dengan LDP tiga tahun kemudian.

Sejak itu, ia terpilih menjadi anggota parlemen sebanyak 10 kali dan hanya sekali kalah. Berbagai posisi strategis pernah dipegangnya, mulai dari menteri keamanan ekonomi hingga menteri urusan dalam negeri dan komunikasi, jabatan terakhir yang diembannya dengan masa kerja terpanjang.

Meski pernah kalah dari Fumio Kishida pada 2021 dan Shigeru Ishiba pada 2024, Takaichi tak menyerah. Pada upaya ketiganya tahun ini, ia akhirnya memenangkan kursi kepemimpinan LDP dan bersiap dilantik menjadi perdana menteri setelah Diet bersidang pada 15 Oktober. Semangat pantang menyerah ini membuatnya dikenal luas di kalangan anggota partai.

4. Pandangan politik dan kontroversi

Takaichi dikenal karena pandangan sejarah yang kontroversial. Dalam kolom yang ia tulis pada 2004, ia menyebut perang Jepang pada masa Perang Dunia II sebagai perang defensif. Ia juga rutin berziarah ke Kuil Yasukuni, tempat peringatan korban perang termasuk penjahat perang, yang kerap memicu kecaman dari China dan Korea Selatan.

Ia menolak undang-undang yang mengizinkan wanita menikah mempertahankan nama gadis mereka, dengan alasan menjaga tradisi keluarga. Ia juga menentang pernikahan sesama jenis dan pernah mengancam mencabut lisensi stasiun televisi yang tidak mengikuti garis kebijakan pemerintah ketika menjabat sebagai menteri urusan dalam negeri di bawah Abe.

Takaichi juga dikenal keras terhadap China dan mendukung Taiwan. Presiden Taiwan, Lai Ching-te, bahkan menyebutnya sebagai teman setia Taiwan. Sementara itu, eks Perdana Menteri Kishida dilaporkan pernah menjulukinya Taliban Takaichi karena sikap konservatif ekstrem yang ia tunjukkan.

5. Kebijakan dan tantangan ke depan

ilustrasi bendera Jepang (unsplah.com/Colton Jones)
ilustrasi bendera Jepang (unsplah.com/Colton Jones)

Dilansir dari CNBC, Takaichi berkomitmen melanjutkan kebijakan ekonomi Abenomics yang menekankan pengeluaran fiskal besar, reformasi struktural, dan kebijakan moneter longgar. Ia menentang rencana Bank of Japan untuk menaikkan suku bunga yang kini berada di 0,5 persen, karena khawatir akan menghambat pertumbuhan.

Ia dianggap sebagai sosok paling tepat di LDP untuk menghadapi Presiden AS, Donald Trump, terutama terkait potensi revisi kesepakatan perdagangan AS–Jepang. Jepang sebelumnya menjanjikan investasi senilai 550 miliar dolar AS (setara Rp9,1 kuadriliun) kepada AS, yang mungkin akan dibicarakan ulang di bawah kepemimpinannya.

Penulis Japanization: What the World Can Learn from Japan's Lost Decades, William Pesek, menyampaikan pandangannya kepada CNBC.

“Kita sudah bisa menebak bahwa dia tidak akan menurunkan inflasi, karena jika dia menggandakan Abenomics masa lalu, yang berarti yen yang melemah tajam, yang berarti lebih banyak pengeluaran pemerintah, itu berarti lebih banyak inflasi,” katanya.

Komentar ini menggambarkan skeptisisme sebagian analis terhadap arah ekonomi yang akan ia jalankan.

Sebagai perdana menteri, tantangan awal Takaichi adalah membentuk pemerintahan minoritas. Ia harus meyakinkan satu partai oposisi untuk bekerja sama, di tengah krisis biaya hidup dan kekhawatiran publik atas meningkatnya jumlah pendatang asing di Jepang.

6. Kehidupan pribadi dan citra “Iron Lady”

Sanae Takaichi mengucapkan terima kasih kepada 1600 peserta dan penyelenggara acara pidato di Bunkyo Civic Hall. (x.com/@takaichi_sanae)
Sanae Takaichi mengucapkan terima kasih kepada 1600 peserta dan penyelenggara acara pidato di Bunkyo Civic Hall. (x.com/@takaichi_sanae)

Takaichi menikah pada usia 43 tahun dengan sesama anggota LDP, Taku Yamamoto, yang kemudian mengambil nama belakangnya menjadi Taku Takaichi setelah mereka menikah ulang pada 2021. Ia tidak memiliki anak biologis, namun mengadopsi tiga anak dari suaminya. Kisah keluarganya sering dijadikan contoh tentang keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi.

Dalam kehidupan pribadi, ia pernah mengalami perawatan medis berat dan menjadi pengasuh bagi anggota keluarganya sebanyak tiga kali. Pengalaman itu membuatnya fokus pada kebijakan kesejahteraan, terutama dukungan bagi perempuan yang bekerja dan pengasuh. Ia juga terbuka membicarakan menopause dan pentingnya edukasi bagi pria tentang kesehatan wanita.

Kepada anak-anak sekolah dalam sebuah kunjungan kampanye, ia pernah berkata dengan lantang.

“Tujuan saya adalah menjadi Iron Lady (Wanita Besi),” ujar Takaichi, dikutip dari BBC.

Kalimat itu mencerminkan tekadnya untuk menjadi sosok seperti Margaret Thatcher, Perdana Menteri wanita pertama Inggris, yang kuat, disiplin, dan berprinsip. Siapa sangka, impian itu kini sedang diwujudkannya di panggung politik tertinggi Jepang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Sah, Anggito Abimanyu Jadi Ketua LPS Gantikan Purbaya

08 Okt 2025, 15:38 WIBNews