'Diteror' China, Taiwan Semakin Gencar Cari Dukungan Internasional

Jakarta, IDN Times – Presiden Tsai Ing-wen mengatakan bahwa Taiwan akan memastikan perdamaian dan stabilitas regional, serta bekerja sama dengan negara-negara demokrasi yang memiliki visi sama. Pernyataan itu disampaikan kepada pejabat tinggi Prancis dan Australia yang berkunjung ke Taipei pada Kamis (7/10/2021), beberapa hari setelah ketegangan terjadi dengan China.
Pejabat tinggi yang dimaksud adalah empat senator Prancis dan mantan Perdana Menteri Australia Tony Abbott.
Keterangan Tsai merupakan bagian dari strategi Taiwan untuk mencari dukungan internasional, khususnya dari negara-negara demokrasi seperti Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Sejak Jumat pekan lalu, China menggalakkan kampanye militernya dengan mengirim hampir 150 pesawat jet melewati wilayah udara Taiwan. Seorang pejabat pertahanan Taiwan bahkan mengatakan, tindakan Beijing tercatat sebagai provokasi militer terburuk dalam 40 tahun terakhir, demikian dilansir dari The Straits Times.
1. Taiwan akan bekerja sama dengan negara demokrasi dan mitra AS

Berbicara di kantor kepresidenan kepada para senator Prancis, yang delegasinya dipimpin oleh mantan menteri pertahanan Alain Richard, Tsai berterima kasih karena keprihatinan Paris atas eskalasi ketegangan di Selat Taiwan.
"Kami akan terus memenuhi tanggung jawab kami sebagai anggota komunitas internasional untuk memastikan perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik. Kami juga berharap dapat memberikan lebih banyak kontribusi kepada dunia bersama dengan Prancis," ujar Tsai, dikutip dari Reuters.
Menimpali keterangan Tsai, Richard menyebut kontribusi Taiwan sangat penting bagi kemajuan umat manusia. Namun, dia tidak menyinggung secara langsung soal ketegangan dengan Beijing.
Abbott juga menyampaikan pesan serupa, sudah saatnya mengakhiri isolasi internasional yang dialamatkan kepada Taiwan. Abbott juga memuji demokrasi Taipei dan penanganan pandemik COVID-19 di negara tersebut.
"Tentu saja tidak semua orang senang dengan kemajuan Taiwan, dan saya mencatat bahwa Taiwan hampir setiap hari ditantang oleh tetangga raksasanya," kata Abbott.
2. Taiwan sangat senang dengan kunjungan dari pejabat Prancis dan Australia

Para senator Prancis tiba di Taiwan pada Rabu (6/10/2021). China tentunya keberatan dan marah setiap kali ada pejabat asing yang mengunjungi Taiwan.
Di bawah prinsip one-China policy, China menganggap Taiwan sebagai wilayah separatis yang ingin memerdekakan diri. Presiden Xi Jinping juga berjanji akan melakukan segala cara untuk menyatukan kembali China daratan dan China lautan, merujuk kepada Taiwan, sekalipun menggunakan kekerasan.
Sebaliknya, Taiwan merasa negaranya adalah entitas berdaulat, demokratis, dan merdeka, sehingga patut mendapat pengakuan internasional.
Salah satu pejabat tinggi yang datang adalah Richard yang merupakan Menteri Pertahanan Prancis sepanjang 1997-2002 di bawah kepemimpinan Presiden Jacques Chirac. Richard saat ini menjabat sebagai Kepala Kelompok Persahabatan Taiwan Senat Prancis. Richard tercatat sudah dua kali mengunjungi Taiwan pada 2015 dan 2018.
Tsai mengaku “sangat tersentuh” dengan kedatangan Richard, sekalipun ada berbagai tekanan yang berupaya untuk membatalkan kunjungan tersebut, ujarnya merujuk kepada China.
3. China memperingatkan Prancis agar pejabatnya tidak mengunjungi Taiwan

Pada Maret, Kedutaan Besar China di Paris memperingatkan agar anggota parlemen tidak bertemu dengan pejabat Taiwan.
Kementerian Luar Negeri Prancis mengabaikan peringatan tersebut, dengan penegasan bahwa para senator memiliki kebebasan untuk bertemu siapa saja.
Tsai tidak secara langsung menyebutkan kampanye angkatan udara China baru-baru kepada para senator dan Abbott.
Baik Prancis maupun Australia tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, seperti kebanyakan negara.
Secara terpisah, Kementerian Luar Negeri Taiwan akan memperhatikan pertemuan puncak antara presiden AS Joe Biden dengan Xi Jinping, mengingat posisi AS sebagai mitra Taiwan.
"Kami akan terus berkoordinasi erat dengan Amerika Serikat di Taipei dan Washington untuk memastikan bahwa kebijakan AS terhadap Taiwan tetap tidak berubah," kata juru bicara kementerian, Joanne Ou.