Donald Trump Diusulkan Gantikan Wajah Franklin di Uang 100 Dolar

Jakarta, IDN Times – Anggota Kongres dari Partai Republik (GOP), Brandon Gill dari Texas, mengusulkan rancangan undang-undang (RUU) yang mewajibkan uang kertas 100 dolar AS menampilkan wajah Donald Trump menggantikan Benjamin Franklin.
RUU yang diberi nama Golden Age Act of 2025 ini bertujuan menghormati masa jabatan kedua Trump, yang oleh pendukungnya disebut sebagai awal “zaman keemasan Amerika.”
“Tak ada yang lebih banyak berkontribusi membawa Amerika ke zaman keemasan selain Presiden Trump,” kata Gill dalam pernyataannya, Senin (3/3/2025), dikutip dari The Hill.
Ia menilai pencantuman wajah Trump di uang 100 dolar AS sebagai bentuk penghormatan atas pencapaiannya selama empat tahun ke depan
Jika disetujui, Menteri Keuangan AS akan diminta merancang desain awal uang kertas baru sebelum 31 Desember 2026. Semua uang 100 dolar AS yang dicetak setelah 31 Desember 2028 harus menggunakan desain tersebut.
1. Usulan lain untuk menampilkan Trump di mata uang

RUU ini diajukan beberapa hari setelah anggota Kongres GOP lainnya, Joe Wilson dari Carolina Selatan, mengumumkan rencana untuk mencetak uang pecahan 250 dolar AS dengan wajah Trump.
Dukungan terhadap RUU ini mulai bermunculan dari sesama anggota GOP. Di antara mereka adalah Troy Nehls dari Texas dan Lauren Boebert dari Colorado, yang turut menjadi sponsor Golden Age Act of 2025.
Namun, aturan saat ini melarang wajah individu yang masih hidup dicetak pada mata uang AS. Agar usulan ini bisa diterapkan, undang-undang yang sudah berlaku selama beberapa dekade harus diubah.
2. Upaya berulang untuk mengabadikan nama Trump

RUU ini bukan satu-satunya usulan Partai Republik untuk mengenang Trump. Sebelumnya, Claudia Tenney dari New York mengajukan RUU untuk menjadikan hari ulang tahun Trump sebagai hari libur nasional.
Ada pula proposal untuk menambahkan wajah Trump ke Gunung Rushmore, mengganti nama Bandara Internasional Washington Dulles menjadi Trump International Airport, serta menghapus dua pemakzulannya dari catatan resmi.
Selain itu, Darrell Issa dari California juga baru-baru ini mencalonkan Trump untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaian. Langkah ini dinilai sebagai bagian dari upaya anggota GOP untuk menunjukkan kesetiaan mereka kepada Trump dan memperkuat posisi politiknya di masa depan.
3. Kritik terhadap kultus kepribadian dalam politik AS

Sejumlah pengamat politik menilai usulan ini sebagai bentuk pengkultusan individu di dalam Partai Republik.
Sean M. Theriault, profesor pemerintahan di University of Texas, menyebut banyak anggota Kongres GOP berusaha membangun citra pro-Trump untuk keuntungan politik mereka.
Filipe Campante, profesor di Johns Hopkins University, juga menyoroti tren ini sebagai fenomena yang mirip dengan sistem politik di negara-negara otoriter.
“Alasan ini buruk karena sangat jelas tidak masuk akal. Ini menunjukkan bagaimana hal ini menjadi kultus kepribadian ala Kim Jong-Un, di mana para pengikut berusaha saling mengalahkan dalam menjilat untuk mendapatkan perhatian dari pemimpin agung,” ujarnya, dikutip dari MSNBC.
Meski kemungkinan besar tidak akan disahkan, usulan ini menunjukkan pengaruh Trump yang terus menguat dalam Partai Republik. Perdebatan mengenai perannya dalam politik AS tampaknya akan terus berlanjut.