Dubes Rusia: Ukraina Kehilangan Lebih Banyak Jika Perang Lanjut

- Tolchenov menekankan pentingnya mencari solusi jangka panjang untuk penyelesaian di Ukraina, bukan hanya soal gencatan senjata.
- Putin mengklaim wilayah yang telah dikuasai Rusia sebagai milik mereka, dan menyatakan bahwa Ukraina akan kehilangan lebih banyak jika perang dilanjutkan.
- Normalisasi hubungan Rusia-AS menjadi fokus utama dalam pertemuan di Alaska, dengan Putin bahkan mengundang Trump untuk berkunjung ke Rusia.
Jakarta, IDN Times – Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergey Tolchenov menegaskan, pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Alaska, lebih penting bagi Moskow dibandingkan pembicaraan Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Dalam press briefing dengan media di kediamannya di Jakarta, Rabu (20/8/2025), Tolchenov menyebut Trump bahkan menghubungi Putin lagi setelah bertemu dengan Zelenskyy dan sejumlah pemimpin Eropa.
“Setelah pertemuan dengan Zelenskyy kemarin, Presiden Trump menelepon Presiden Putin dan mereka juga membahas hasil pembicaraan itu. Presiden AS menginformasikan Presiden Putin mengenai hasil pertemuannya di Gedung Putih dengan Zelenskyy dan para pemimpin Eropa,” ujar Tolchenov.
Ia menambahkan, “Presiden Putin dan Presiden Trump menegaskan kembali komitmen untuk melanjutkan pembicaraan langsung antara delegasi Rusia dan Ukraina. Mereka juga sepakat menjajaki peluang untuk melibatkan pejabat tingkat tinggi dari kedua negara dalam pembicaraan itu.”
1. Cari solusi jangka panjang

Tolchenov menekankan, inti pembahasan antara Putin dan Trump bukan hanya soal gencatan senjata, melainkan solusi yang lebih menyeluruh.
“Kedua presiden memastikan mereka mencari solusi jangka panjang bagi penyelesaian di Ukraina. Presiden Putin menekankan bahwa Rusia memahami adanya kepentingan Ukraina, Eropa, dan Amerika Serikat. Namun, Federasi Rusia juga memiliki kepentingan nasionalnya sendiri, terutama soal ancaman dari NATO,” bebernya.
Menurut Tolchenov, Moskow melihat ancaman nyata dari rencana pendirian basis militer NATO di Ukraina, penempatan peluncur rudal dekat perbatasan Rusia, serta pasokan senjata jarak jauh ke militer Ukraina.
“Ini adalah ancaman nyata bagi keamanan nasional kami,” kata dia menegaskan.
2. Klaim wilayah yang telah dikuasai Rusia

Tolchenov juga mengutip pernyataan Putin yang menyebut kondisi di medan perang tidak bisa diabaikan dalam pembicaraan damai.
“Presiden Putin pernah mengatakan bahwa apa yang telah dicapai oleh prajurit Rusia di lapangan, itu sudah menjadi milik Rusia, bukan wilayah Ukraina lagi. Jika kesepakatan damai tercapai pada Maret atau April 2022, pembahasan hanya soal Krimea, Donetsk, dan Luhansk. Tapi sekarang Ukraina sudah kehilangan lebih banyak wilayah, dan mereka akan terus kehilangan jika perang dilanjutkan,” kata Tolchenov.
3. Normalisasi hubungan Rusia-AS juga jadi fokus

Meski isu Ukraina menjadi sorotan dunia, Dubes Rusia menekankan bahwa bagi Moskow, pembahasan terpenting dalam pertemuan di Alaska justru terkait normalisasi hubungan bilateral Rusia dan AS.
“Bagi kami, topik yang lebih penting adalah normalisasi hubungan Rusia-AS. Meski masih ada banyak masalah, perdagangan bilateral kami dengan AS tahun lalu bahkan tumbuh 20 persen. Presiden Putin menyebut pembicaraan ini sangat tepat waktu dan produktif,” ungkapnya.
Tolchenov juga menilai sikap Trump selama pertemuan sangat konstruktif.
“Yang paling penting, Presiden Putin mendapatkan saling pengertian yang baik dengan Trump. Pembicaraannya berjalan dengan baik dan kami berharap bisa melanjutkannya,” ucapnya.
Sebagai tindak lanjut, Putin bahkan telah mengundang Trump untuk berkunjung ke Rusia.“Di akhir pertemuan, Presiden Putin mengundang Presiden Trump ke Rusia. Karena sebelumnya Trump sudah datang ke Alaska, yang dulu merupakan wilayah Rusia. Jadi, mungkin pertemuan berikutnya bisa diadakan di Rusia atau di tempat lain dalam beberapa bulan mendatang,” kata Tolchenov.
Ia menutup dengan menegaskan kembali bahwa Moskow menginginkan kelanjutan dialog langsung, baik mengenai krisis Ukraina maupun hubungan bilateral Rusia-AS.