Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gencatan Senjata Mandek, Hamas Ubah Perlakuan terhadap Sandera 

Ilustrasi pasukan Hamas (mfa.gov.il/Israel Ministry of Foreign Affairs)

Jakarta, IDN Times – Sayap bersenjata Hamas pada Senin (2/9/2024) menyatakan bahwa perlakuan mereka dalam menangani sandera Israel telah berubah. Mereka beroperasi berdasarkan instruksi baru sejak Juni.

Abu Ubaida, juru bicara Brigade Al-Qassam Hamas, tidak memberikan rincian tentang instruksi tersebut. Ia hanya mengatakan, kelompoknya menganggap Israel bertanggung jawab atas kematian para sandera.

"Kegigihan Netanyahu untuk membebaskan tahanan melalui tekanan militer, alih-alih mengunci kesepakatan, berarti mereka akan dikembalikan ke keluarga mereka dalam keadaan tertutup. Keluarga mereka harus memilih apakah mereka menginginkan mereka hidup atau mati," katanya, dilansir The Straits Times.

Pengumuman itu muncul sehari setelah militer Israel menemukan jasad enam sandera dari sebuah terowongan di kota Rafah, Gaza selatan. Beberapa media melaporkan, mereka telah ditembak mati oleh Hamas saat pasukan Israel mendekat.

1. Hamas salahkan Netanyahu atas terbunuhnya sandera

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. (Twitter.com/Prime Minister of Israel)

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan, para sandera yang ditemukan pada 1 September ditembak di belakang kepala mereka. Ia bersumpah akan membalas perbuatan Hamas.

Sementara itu, pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan, pernyataan Netanyahu seolah berusaha melarikan diri dari tanggung jawab atas kematian sandera. Ia menambahkan bahwa ancaman terhadap pemimpin Hamas tak akan membuat mereka takut.

"Netanyahu membunuh enam tahanan dan dia bertekad membunuh sisanya. Israel harus memilih antara Netanyahu atau kesepakatan itu," kata Abu Zuhri.

Senada dengan itu, Ezzat El Rashq, anggota biro politik Hamas, menyebut bahwa hal yang menunda kepulangan para sandera adalah tindakan Netanyahu sendiri.

2. Gencatan senjata masih terhenti

Pertemuan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dengan Perdana Menteri sekaligus Menlu Qatar, Selasa 5 Maret 2024 di Washington AS. (twitter.com/@SecBlinken)

Upaya mediasi untuk gencatan senjata di Gaza masih tak kunjung mendapat hasil positif. Kedua pihak bernegosiasi terkait upaya menghentikan perang dan memulangkan para sandera.

Hamas menginginkan kesepakatan apa pun untuk mengakhiri perang dan mengeluarkan pasukan Israel dari Gaza. Sementara Netanyahu mengatakan, perang hanya dapat berakhir setelah Hamas dikalahkan. 

Pada Senin, pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, berencana mengajukan proposal akhir gencatan senjata di Gaza. Proposal akan diajukan dalam beberapa pekan mendatang.

”Ambil atau tinggalkan. Anda tidak dapat terus menerus menegosiasikan hal ini. Proses ini harus dihentikan pada titik tertentu,” kata seorang pejabat tinggi AS, dilansir Washington Post.

Pejabat itu juga mengatakan bahwa proposal akhir telah disempurnakan bersama dua mediator lainnya, yakni Mesir dan Qatar, sebelum penemuan sandera tewas di Gaza.

3. Konflik masih terus berlanjut

Pasukan militer Israel dalam sebuah aksi penyelematan nyawa yang dilakukan oleh Unit 669 (Unit Penyelamatan Khusus Taktis) selama perang di Gaza. (instagram.com/@israeliairforce)

Konflik di Gaza kini memasuki bulan ke 11. Perang tersebut telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023 lalu.

Saat ini, jumlah korban jiwa masih terus bertambah. Al Jazeera melaporkan, jumlah korban tewas di Gaza kini lebih dari 40 ribu orang.

Sementara itu, warga Gaza juga kini hidup dalam kemelaratan akibat konflik. Sulitnya makanan, kesehatan, dan sanitasi yang buruk membuat warga mengalami krisis yang semakin sulit.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us