Georgia: Ribuan Demonstran Tuntut Eks Presiden Dibebaskan

Jakarta, IDN Times - Sekitar 10.000 rakyat Georgia pada membanjiri jalanan ibu kota Tbilisi pada hari Kamis (14/10). Mereka menuntut mantan presiden Mikheil Saakashvili dibebaskan, usai ia ditahan sepulang dari pengasingan.
Mikheil Saakashvili adalah presiden Georgia dua perioade, dari tahun 2004 hingga 2013. Dia meninggalkan negara itu setahun kemudian dan dihukum dengan tuduhan korupsi selama enam tahun. Saakashvili ditangkap pada 1 Oktober lalu setelah beberapa hari pulang dari pengasingan.
1. Musuh lama mantan presiden mengatakan tidak akan memaafkannya
Penangkapan dan pemenjaraan Mikheil Saakashvili telah memicu kemarahan publik yang mendukungnya. Sebelum demonstrasi besar itu terjadi, masyarakat Georgia telah menandatangai petisi daring menuntut pembebasannya. Sekitar 70 ribu orang menandatangani petisi tersebut.
Dilansir dari Deutsche Welle, pengacara Saakashvili, Nika Gvaramia, dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa "sudah waktunya untuk menyelamatkan Georgia sekarang, itu sebabnya kita harus bersama."
Ketika mantan presiden Georgia itu ditangkap, para pendukungnya telah berunjuk rasa dalam jumlah ratusan di luar penjara. Mereka menyerukan pembebasannya.
Namun Perdana Menteri Georgia yang bernama Irakli Garribashvili saat itu menyatakan bahwa "tidak ada seorang pun di planet ini yang dapat meyakinkan kami untuk membebaskan Saakashvili."
Salome Zurabishvili, Presiden Georgia yang juga musuh lama Saakashvili mengatakan bahwa dirinya "tidak akan pernah memaafkannya."
2. Dendam politik
Mikheil Saakashvili adalah seorang politikus yang dinilai pro-demokrasi. Ketika puluhan ribu orang demonstran pendukungnya turun ke jalanan, banyak bendera nasional Georgia yang dikibarkan di atas kerumunan, bersama dengan bendera Uni Eropa dan Ukraina.
Ukraina telah menjadi tempat tinggal selama beberapa tahun bagi Saakashvili yang terusir dari negaranya.
Salah satu peserta demonstran yang bernama Misha Mashvildadze menilai bahwa penangkapan dan pemenjaraan Saakashvili bukan keadalah tetapi "ini adalah dendam politik."
Saakashvili dituduh telah menyalahgunakan dana publik dan melakukan korupsi. Tapi dia membantah semua tuduhan yang dijatuhkan kepadanya.
Saakashvili, presiden dua periode Georgia adalah tokoh pemimpin Revolusi Mawar. Dalam revolusi yang terjadi pada tahun 2003 itu, gerakannya mengakhiri kepresidenan Eduard Shevardnadze, yang memimpin Georgia sejak tahun 1972.
Kembalinya sang mantan presiden ke Georgia seiring dengan pemilu pemilihan wali kota di seluruh negara tersebut. Partai oposisi Gerakan Nasional persatuan yang ia dirikan, mendapatkan suara sebanyak 30,7 persen sedangkan partai penguasa, Georgian Dream, menang dengan memperoleh suara sebanyak 46,7 persen.
Hasil pemilu itu dirilis persis satu hari setelah Saakashvili ditangkap dan dipenjarakan. Banyak partai oposisi menuduh partai penguasa telah melakukan kecurangan untuk memenangkan suara.
3. Mikheil Saakashvili melakukan mogok makan sebagai protes

Ada perkiraan bahwa jumlah para demonstran yang mendukung Mikheil Saakashvili jauh lebih banyak dari 10.000 orang. Menurut France24, jumlah para pendukung mantan presiden yang dipanggil "Misha" itu, ada sekitar 50.000 orang yang memenuhi jalanan ibu kota.
Saakashvili terkenal sebagai seorang reformis yang pro-Barat. Dia membawa reformasi Georgia dalam tatanan yang lebih demokratis. Kasus yang menjerat dirinya dianggap adalah kasus yang dibuat-buat.
Setelah pulang dari pengasingan dan ditangkap, Saakashvili yang berada di dalam penjara melakukan protes mogok makan. Dokter yang merawatnya, menyatakan keprihatinan atas kesehatannya yang memburuk.
Penangkapan dan pemenjaraan mantan presiden Georgia telah memicu kekhawatiran Barat. Amerika Serikat telah memberi isyarat kemungkinan menjatuhkan sanksi untuk para pejabat negara itu, karena terjadi kemunduran dalam demokrasi.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mendesak pemerintah Georgia agar segera membebaskan mantan presiden Mikheil Saakashvili.