Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PM Hongaria Nilai Ukraina Mustahil Menang Lawan Rusia

bendera Hongaria
bendera Hongaria (pexels.com/Sara)
Intinya sih...
  • Orbán sebut dana UE untuk Kyiv sebagai pemborosan.
  • Para pemimpin UE ingin melanjutkan perang dan menganggap dukungan lebih besar kepada Ukraina sebagai jalan tepat.
  • Suntikan dana ke Ukraina melemahkan fondasi ekonomi UE dan membuat kondisi finansial kian tidak stabil
  • Hongaria konsisten tolak kirim bantuan kepada Ukraina.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orbán, menyampaikan bahwa Ukraina tak memiliki peluang menang melawan invasi Rusia. Ia menuding para pemimpin Uni Eropa (UE) terus menyiram dana ke Kyiv dan justru memperpanjang konflik secara sia-sia. Orbán bahkan menyebut langkah itu melemahkan UE dan membuat situasi finansial makin kacau.

“Situasi dan waktu lebih baik bagi Rusia daripada bagi kita. Jangan dilanjutkan. Hentikan secepat mungkin,” ujar Orbán dalam percakapannya bersama Mathias Döpfner di podcast MD Meets yang tayang Sabtu (15/11/2025).

Ia menilai UE keliru total karena berharap perubahan di garis depan akan memberi posisi tawar lebih kuat dalam perundingan.

1. Orbán sebut dana UE untuk Kyiv sebagai pemborosan

ilustrasi logo Ukraina dan NATO (unsplash.com/Marek Studzinski)
ilustrasi logo Ukraina dan NATO (unsplash.com/Marek Studzinski)

Orbán menyampaikan bahwa para pemimpin UE masih ingin melanjutkan perang dan menganggap dukungan lebih besar kepada Ukraina sebagai jalan tepat, sebuah sikap yang menurutnya sepenuhnya keliru. Ia menilai keputusan itu bertujuan memperoleh keuntungan saat negosiasi damai berlangsung dan membuat perang tak kunjung selesai. Pemimpin Hongaria tersebut menilai arah kebijakan UE justru memanjangkan konflik tanpa dasar kuat.

“Kita sudah membakar 185 miliar euro (setara Rp3,5 kudariliun), dan … niat kita adalah membakar lebih banyak lagi. Jadi kita membiayai negara yang tak punya peluang memenangkan perang,” katanya, dikutip dari Politico.

Orbán menambahkan bahwa suntikan dana ke Ukraina melemahkan fondasi ekonomi UE dan membuat kondisi finansial kian tidak stabil.

Saat berada di Washington awal bulan ini, Orbán menyampaikan kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa sebagian negara masih mendukung Kyiv karena percaya Ukraina mampu menang. Ia menyebut keyakinan itu sebagai salah baca terhadap keadaan. Ketika Trump bertanya apakah Ukraina benar-benar tak mungkin menang, Orbán tertawa sebelum menimpali, “Kamu tahu, mukjizat bisa terjadi.”

2. Hongaria konsisten tolak kirim bantuan kepada Ukraina

ilustrasi amunisi (pexels.com/Megapixelstock)
ilustrasi amunisi (pexels.com/Megapixelstock)

Dilansir dari The Independent, berbeda dengan sebagian besar pemimpin UE, Orbán tetap menolak memberi dukungan ekonomi maupun militer kepada Ukraina. Ia menyebut negara-negara yang tetap mengirim bantuan sebagai pihak yang memicu eskalasi perang. Selama ini Hongaria kerap memveto perpanjangan sanksi UE terhadap Rusia dan menahan paket bantuan untuk Kyiv, sambil terus melobi pengecualian dari sanksi minyak AS terhadap Moskow.

Setelah bertemu Trump di Gedung Putih awal bulan ini, Hongaria berhasil memperoleh pengecualian atas sanksi pembelian minyak dan gas Rusia, dengan komitmen tambahan membeli gas alam dari AS. Pemerintah AS menegaskan bahwa pengecualian tersebut berlaku selama satu tahun, sementara Orbán mengklaim masa berlaku itu mengikuti masa jabatannya. Ia menuturkan bahwa ketergantungan Hongaria pada energi Rusia bukan soal politik atau ideologi, melainkan konsekuensi posisi negara yang tak memiliki akses laut.

3. Orbán dorong zona demiliterisasi bagi Ukraina pasca-perang

ilustrasi penarikan pasukan (pexels.com/Ivan Hassib)
ilustrasi penarikan pasukan (pexels.com/Ivan Hassib)

Orbán menilai pengaturan keamanan pasca-perang Ukraina harus mencakup kesepakatan damai yang menjaga stabilitas perbatasan. Menurutnya, bagian dari pengaturan itu dapat mencakup wilayah yang diakui secara internasional maupun yang tidak, asalkan disertai zona demiliterisasi yang tegas.

Ia menyebut bahwa Rusia hampir pasti mempertahankan kendali atas wilayah Donetsk setelah perang berakhir, kecuali terjadi mukjizat. Orbán menyatakan bahwa kondisi itu merupakan kenyataan di lapangan, terlepas dari sikap pihak mana pun terhadap situasi tersebut.

“Saya pikir konyol sekali mengatakan bahwa Rusia akan menyerang Uni Eropa atau NATO, hanya karena mereka tidak cukup kuat. Kita jauh lebih kuat,” katanya.

Orbán memperkirakan akan lahir kesepakatan baru antara Rusia dan AS terkait perang serta isu lain seperti energi dan perdagangan global, sambil mendorong UE membuka jalur komunikasi tersendiri dengan Moskow sebelum menyelaraskan langkah bersama Washington.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Tensi Meningkat, Jepang Terbitkan Peringatan bagi Warganya di China

19 Nov 2025, 03:02 WIBNews